...We...
...|Sebelas|...
...Selamat membaca...
...[•]...
“Mau berteman denganku?”
Tidak apa-apa. Semula diawali dengan pertemanan, siapa tau besok atau lusa, atau lusanya lagi, Atan akan berubah pikiran dan menawarkan hubungan lebih, itu yang sedang dipikirkan Tyra. Sudahlah, jangan ditanya sebi-naal apa Tyra sekarang, yang jelas dia menginginkan Atan lebih dari menginginkan berlian termahal di dunia.
Tapi ingat, image harus tetap dijaga agar tidak runtuh didepan si jantan. Seperti kata Atan, wanita harus punya harga diri. Jadi, jual mahal sedikit mungkin lebih efektif.
“Teman?”
Atan terlihat gelagapan mendengar jawaban tidak meyakinkan dari Tyra. Pasalnya, ia terlalu senang dan terlanjur percaya diri menawarkan pertemanan dengan seorang Tyra yang notabenenya memiliki sirkle pertemanan yang tidak mungkin menerima kaum kismin seperti dirinya.
“Ah, maaf. Saya terlalu percaya diri dan bersemangat.” kata Atan sambil menggaruk ujung alisnya kikuk.
Tyra melipat bibirnya ke dalam guna menahan senyum. Atan yang sekarang, lebih menggoda dari sebelum-sebelumnya. Pria itu terlihat semakin mempesona ketika salah tingkah begitu. Tyra semakin suka.
“Tentu saja kita boleh berteman. Tapi kamu akan kehabisan banyak uang jika berteman denganku.”
Atan meluruskan pandangan. Apa keputusannya mengajak Tyra berteman itu, salah? Atau, berteman dengan Tyra akan membuatnya semakin kesulitan finansial?
Oh come on dude, jangan pikirkan semua itu terlalu jauh. Dia sudah menolongmu. Jadi anggap saja balas Budi jika dia meminta sesuatu padamu.
“Wah, tidak jadi kalau begitu. Saya bukan orang berduit—”
“Eh, kok gitu.” Tyra terkejut dengan jawaban Atan yang tidak terduga. Pria itu menyerah begitu saja dari percobaan jual mahalnya? Oh ayolah. “A-aku kan cuma bercanda—”
Ponsel Tyra bergetar.
“Sebentar.” pintanya pada Atan agar bersedia menunggunya. Atan sekarang terlihat melipat kemejanya dengan gerakan tenang, bersiap untuk makan itu kini menatapnya lurus. “Ah, aku harus bicara dengan managerku sebentar.”
“Ya, silahkan.”
Kebetulan, Atan jadi bisa menetralisirkan lagi suasana jantungnya yang sempat berdegup tanpa alasan yang jelas. Netranya mengikuti kemana arah Tyra berlari sedikit menjauh, lalu senyuman terbit di bibirnya.
Sambil menggelengkan kepala Atan berkata, “Dia gadis yang baik, dan ... lucu.”
Atan, kamu bilang dia lucu. Kamu pikir dia boneka?
Hahaha ...
Tidak butuh waktu sampai sepuluh menit, Tyra sudah kembali ke salah satu pendopo yang mereka tempati untuk makan malam kali ini. Tyra terlihat buru-buru duduk dan bergegas memakan nasi dan bebek ukep miliknya dengan cepat dan lahap. Atan sampai terbelalak melihat Tyra yang seperti itu. Terlihat tidak elegan, tidak seperti Tyra yang pernah ia lihat dengan keanggunannya. Apa Tyra yang sebenarnya, adalah Tyra yang ... bar-bar ketika makan? Atau, dia tipikal gadis yang ... bringas?
“Aku hahuh hepat-hepat. Manaherhu hilang, aha mi'ing hahakan hengan hendor hahi amehika.” kata Tyra dengan mulut penuh makanan yang masih mengepul asap panas yang ia tahan mati-matian, sampai Atan sendiri membutuhkan translator khusus didalam otaknya untuk mengartikan perkataan yang muncul dari bibir wanita itu.
Mengerti maksud ucapan Tyra, Atan mengangguk paham dan ikut melahap makanannya dengan cepat karena tau, Tyra datang kesini tadi dengan taxi. Atan akan mengantarnya ke tempat mi'ing yang dimaksud Tyra.
“Hahi, himaha hempat mi'ing a?” Atan jadi ikut-ikutan bicara dengan bahasa alien yang sama sekali tidak dipahami oleh umat manusia yang adil dan beradab.
“Hi hempah hang hiaha hami—”
“Telen dulu makanannya, saya sulit menerjemahkan bahasa aneh yang sedang kamu gunakan.” tekan Atan sambil menahan tawa setelah menelan makanannya dengan susah payah.
Tyra menelan paksa nasi dan bebek yang masih utuh di mulutnya dengan susah payah hingga matanya melotot. Ah, kenapa suasana jadi seperti ini? Jadi tidak romantis dan memalukan. Hilang sudah keanggunan dan keeleganan dalam dirinya didepan Atan tersayang. Ini semua gara-gara Retno. Tyra akan memotong gajinya dua puluh persen karena mengganggu waktu berduanya bersama Atan. Retno yang akan menanggung akibatnya. Ya, Tyra tidak salah mengambil keputusan.
“Di tempat yang biasa kami gunakan untuk bertemu dan meeting, di kantor agensi.”
Atan mengangguk dan kembali memasukkan suapan terakhir kedalam mulut, meminum sisa teh hangatnya, lalu berdiri menjauhi pendopo menuju westafel terdekat untuk mencuci tangan. Tyra mengekor dibelakangnya yang juga hendak mencuci tangan.
“Lho, makannya sudah?” tanya Atan sedikit terkejut karena kehadiran Tyra yang tiba-tiba di balik punggunnya.
“Huhah.” kata Tyra masih dengan mulutnya yang penuh dengan makanan yang belum ditelan.
Atan tertawa. Ia memperhatikan wajah Tyra yang memerah, mungkin karena menahan pedas dan panas secara bersamaan. Lalu, lengan Atan terulur dan menyentuh pipi Tyra yang masih mengembung.
Tyra yang terkejut, sontak menarik mundur sedikit menjauh. Jantungnya semakin memburu debaran yang sejak tadi muncul perlahan.
“Ada nasi di pipi kamu.” kata Atan, tenang. Lalu menjumput dua biji nasi yang menempel di pipi Tyra dengan senyuman yang mampu membuat Tyra ingin pingsan ditempat saat ini juga.
Sial. Kenapa Tyra ingin sekali memeluk Atan sekarang?
“O-oh.” jawabnya kikuk, membiarkan jari Atan menyentuh permukaan kulitnya hingga menimbulkan rona merah yang tidak lagi bisa ia sembunyikan. “Makasih.”
“Sama-sama.” sahut Atan tanpa rasa berdosa sudah membuat anak gadis orang blingsatan.
Ia berjalan beberapa langkah menjauh dari Tyra yang sudah memunggunginya untuk mencuci tangan. Tapi,
“Ayo, saya antar kesana. Saya bisa menyetir dengan nyaman untuk kamu.”
Tak berkutik, Tyra kehabisan kata-kata. Lalu, berakhir mengangguk patuh tanpa penolakan sedikitpun karena jujur, dia juga suka dengan tawaran Atan untuknya.
***
“Nah, itu belok kiri.” tunjuk Tyra ketika melihat pertigaan jalan, memberi petunjuk kepada Atan layaknya Gugel map agar mereka tidak salah jalan.
Atan mengantar Tyra menuju lokasi pertemuan setelah Retno menelepon, memberi kabar jika ada meeting mendadak dengan pihak produksi sebuah iklan dari salah satu brand dunia yang biasa dinaungi Tyra. Mereka datang langsung dari Amerika dengan label Victoria's secret yang akan melaunchingkan lingerie model baru dengan Tyra sebagai model untuk pemasaran produk di kawasan Asia.
“Memangnya, kamu mau jadi model untuk produk apa?”
“Lingerie.” jawab Tyra enteng yang berkebalikan dengan ekspresi Atan yang terlihat membolakan kedua mata.
“L-lingerie? Pakaian tipis kayak jaring laba-laba itu?”
Sialan memang si Atan ini. Lingerie mahal buatan Victoria's secret di sebut jaring laba-laba?
“Astaga, itu gaun tidur mahal tau. Kenapa disebut jaring laba-laba sih?” cebik Tyra sedikit kesal. Ia tidak menduga jika Atan akan menyamakan gaun malam seksih yang mahalnya melebihi harga motor bebek jaman now itu dengan jaring laba-laba. Sungguh tidak punya hati.
“Kamu-pakai pakaian seperti itu-didepan banyak o-orang?” tanya Atan tergagap juga malu saat membayangkan Tyra memamerkan lekuk tubuhnya didepan banyak orang yang pastinya, sedikit banyak akan ber—
Ah sudahlah, itu memang pekerjaannya.
“Ya, mau bagaimana lagi. Itu pekerjaan ku sejak lama, Pak Atan.” kata Tyra sambil tersenyum. “Lagian, mumpung masih muda, belum nikah, kejar mimpi nggak ada salahnya kan?” lanjutnya dengan nada pahit diujung lidah. “Nanti, kalau misal sudah punya suami, nggak bakal boleh kerja beginian. Jadi, sebelum semua itu terjadi, aku ingin menikmati masa muda yang tentu saja nggak bakalan bisa aku rasain lagi dimasa depan.”
Tidak salah, tapi Atan tidak setuju dengan keputusan Tyra yang mengumbar lekuk tubuhnya untuk dilihat khalayak umum.
Lama mengobrol selama perjalanan, tanpa terasa, roda mobil Atan sampai didepan area agensi, dan Tyra menunjukkan identitas pada penjaga pintu masuk area agensi yang memudahkan aksesnya untuk masuk ke dalam.
“Aku mengorbankan banyak hal untuk sampai di titik ini, Tan.” lanjut Tyra yang sempat menjeda kalimatnya ketika memasuki area agensi tadi. “Dan aku akan bekerja keras untuk membayar semuanya yang sudah aku korbankan demi mendapat semua ini.”
Atan semakin sangsi dengan apa yang dimaksudkan Tyra. Mengorbankan banyak hal? Apa maksudnya?
Setelah dengan mudah Atan mendapatkan area parkir, Tyra bergegas melepas seatbelt dan tidak lupa mengucap salam perpisahan dengan Atan.
“Terima kasih untuk traktiran nya, ya.”
Atan tau Tyra sedang buru-buru, jadi dia hanya memberikan jawaban dengan anggukan. Lalu, dia mengingat sesuatu.
“Kamu tidak bawa mobilkan? Saya tunggu disini sampai kamu selesai.”
Tyra menghentikan gerakan buru-burunya, kemudian menoleh pada Atan.
“Nggak perlu. Aku pulang bareng Retno aja.” sahutnya cepat, kemudian menarik pengait pintu mobil dan melambaikan tangan kepada Atan. “Terima kasih sekali lagi. Sampai jumpa lagi kapan-kapan.”
Atan tersenyum lembut. “Eum. Aku balik dulu.”
Tyra tersenyum tulus. Dia menatap Atan dengan binar bahagia. “Hati-hati dijalan. Beritahu aku kalau sudah sampai rumah ya, teman?” []
...—To be continue—...
###
Teman rasa ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
nobita
ini alur ceritanya apik beda dg yg lain... akhirnya aku menemukan cerita novel yg bagus banget... sampek enggan mau tidur malam... gimana dong???
2023-10-13
2
Putu Suciptawati
atan dan tyrex malam.mingguan kemana? kok ga ada up sih kak?? ayo kak ip dong unt nemenin kita emak2 malming
2023-01-14
4
Putu Suciptawati
winda sdh kewat ya tan?????
2023-01-14
1