...We...
...|Dua belas|...
...Selamat membaca...
...[•]...
Saya sudah sampai rumah.
Pesan itu Tyra terima sekitar tiga jam yang lalu. Dan sekarang, pukul dua belas malam, mau membalaspun segan. Dia baru saja berhasil mengistirahatkan diri setelah melakukan meeting panjang bersama pihak Victoria's secret yang mengontraknya menjadi model untuk memasarkan produk lingerie baru yang hendak mereka luncurkan tahun ini.
Tyra sendiri merasa biasa saja selama ini, saat melakukan pekerjaannya. Tapi, setelah melihat wajah Atan yang penuh keterkejutan saat dia bilang akan di foto dengan sebuah lingerie, dipajang di semua media, dan di lihat banyak orang, tiba-tiba ada rasa ragu yang muncul.
Tyra menatap lagi isi pesan WhatsApp dari Atan, kemudian melihat photo profil yang dipajang pria itu. Tyra berubah kesal.
“Ish, apa gunanya punya wajah tampan tapi foto profilnya gambar default gitu?” kesal Tyra sambil memukulkan ponselnya diatas ranjang. Tapi setelah itu, Tyra tersenyum hingga tertawa sendiri seperti orang tidak waras setelah ingat penemuannya dengan sang pujaan hati tadi. “Atan memang ganteng.” gumamnya sambil menggigit bibir bawah membayangkan wajah Atan. Bule mah lewat. Nggak sebanding dengan ketampanan milik sang leader marketingnya Earth Beauty, Zelatan Adonizio.
Tapi jangan terlalu percaya diri dulu, Ra. Dia belum tentu suka sama kamu.
Suara hati Tyra tiba-tiba menyadarkannya dari angan yang melambung tinggi di angkasa. Seketika, senyuman itu sirna dari bibirnya, berusaha menerima kenyataan.
“Cowok ganteng gitu, mana mungkin nggak ada cewek? Mungkin itu alasan Atan ngajak aku berteman.” gumamnya pelan. “Cuma temen.”
***
Minggu pagi yang terasa sedikit membingungkan. Entah mengapa, Atan tidur tidak nyenyak semalam, dan sekarang saat bangun, Atan malah kepikiran soal Tyra.
Tangannya bergerak meraih ponsel yang semalam ia letakkan diatas bantal tanpa penghuni disampingnya. Lampu yang masih gelap, membuat cahaya dari layar ponsel itu menyorot langsung pada wajah Atan yang masih sedikit sembab yang justru, membuatnya terlihat semakin tampan.
Telunjuknya menekan aplikasi berbalas pesan, kemudian mencari kontak Tyra yang baru ia beri nama semalam. Dua centang abu-abu yang sejak semalam ia tunggu berubah warna, pagi ini sudah berwarna biru, namun tidak ada balasan yang ia terima.
Kedua bola mata Atan yang masih berusaha menyesuaikan cahaya dari ponsel, kini mencari tau kapan terakhir Tyra terlihat menggunakan aplikasi ini.
Terakhir dilihat 00.15
Atan meregangkan punggung dan lehernya yang terasa sedikit kaku. Lalu isi otaknya kembali tertuju pada Tyra.
“Mungkin dia masih tidur.” gumamnya dalam hati kemudian bangun dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi untuk bersuci. Ia harus bergegas menunaikan kewajibannya sebelum matahari terbit.
Dan setelah semuanya sudah rampung, Atan mengganti baju dengan setelan Jersey karena berniat lari pagi keliling kompleks sambil mencari udara segar pagi hari. Ia juga berencana sarapan di luar karena ingin makan nasi pecel di warung sederhana yang tidak jauh dari pintu keluar kompleks perumahan.
“Bu, Atan olahraga dulu.”
“Iya.” teriak sang ibu dari dapur.
Tak membuang waktu lebih lama, Atan segera beranjak meninggalkan rumah. Tak lupa menutup kembali pagar tralis agar tidak ada orang yang masuk sembarangan ke area rumah.
Ia mulai menautkan earphone dengan ponsel untuk mendengarkan musik pop kesukaannya saat sedang berolahraga. Lalu dia mulai memacu kedua kaki panjang miliknya untuk berlari.
Sepanjang berlari, tak sedikit warga kompleks yang menyapa Atan dan dibalas pria itu dengan ramah meskipun dia sendiri tidak tau siapa mereka. Selain itu, Atan juga menjadi perhatian banyak pasang mata karena posturnya yang gagah, dan disokong wajah rupawan dan manisnya yang begitu menggoda, tak mungkin bisa ditolak kehadirannya oleh setiap mata yang memandang.
Hingga akhirnya dia memutuskan untuk berhenti setelah berputar beberapa kali berkeliling area kompleks, ia pun berhenti di taman dengan nafas terengah. Tenggorokannya kering, juga perutnya yang kini terasa lapar memaksanya untuk kembali berdiri dan berjalan keluar kompleks dan menuju warung sederhana yang sudah ada di tepian jalan besar sejak Atan pindah kesini.
Antrian tidak terlalu panjang, tapi mungkin akan memakan sedikit waktu untuk menunggu. Dan tanpa ia duga, seseorang menyapanya.
“Atan?” panggil orang itu sembari menyentuh pelan lengan Atan yang lembab.
Atan menoleh, lalu menangkap sosok perempuan yang berdiri tepat dibelakangnya.
“Oh, putri?” jawab Atan dengan suara tenang dan mengimbanginya dengan senyuman kecil yang tercetak dibibirnya.
Lain Winda, lain pula Putri. Jika Winda adalah perempuan yang ia kenal dua setengah tahun lalu, Putri adalah perempuan yang ia kenal sejak duduk di bangku kuliah.
“Jadi beneran kamu? Wah, udah lama nggak ketemu.”
Atan tersenyum. Dulu, perempuan ini adalah segalanya bagi Atan. Dia cinta pertama Atan, yang ternyata harus berakhir miris karena orang tua Putri, menjodohkan perempuan itu dengan orang lain yang memiliki kehidupan jauh lebih baik dari seorang Atan yang hanya perantau bermodal beasiswa saat kuliah.
“Sendirian? Mana suaminya?” tanya Atan menjalin keakraban sambil mengamati sekitar, mencari keberadaan pria yang bahkan tidak dia ketahui wajahnya yang mungkin adalah suami Putri. Hari ini adalah hari pertama Atan kembali berbicara dengan Putri setelah bertahun-tahun putus kontak.
“Aku sendirian.” jawab Putri dengan raut berubah sendu.
“Gimana sih suami kamu? Kenapa dia malah ngebiarin istri secantik ini pergi sendirian? Gimana kalau diembat orang?” canda Atan sambil tertawa dengan suara menggoda yang sengaja dibuat-buat, yang justru ditanggapi Putri dengan senyuman masam.
Mereka bergerak maju karena antrian didepan mereka semakin berkurang.
“Udah pisah, Tan. Udah lama.”
Mendengar itu, hati Atan mencelos. Mungkin dulu, jika itu dirinya, putri pasti tidak akan seperti ini. Atan yakin, karena dulu dia sangat mencintai perempuan ini, sampai detik inipun, rasa itu masih berusaha muncul ke permukaan meskipun Atan berusaha menepis.
Bukan tidak menghargai Winda yang baru saja dia putuskan, dia hanya tidak ingin munafik dengan mengingkari perasaannya sendiri yang ternyata masih tersisa untuk Putri.
“Ah, sorry.” kata Atan, penuh penyesalan.
“Eh, nggak apa-apa.”
Sekarang giliran Atan memesan. “Bentar, aku mau pesan makan dulu. Kamu, mau sekalian dipesenin?”
Tak mau merepotkan, Putri menolak dengan sebuah gelengan. “Kamu pesen buat kamu sendiri aja. Toh setelah kamu, aku yang pesen kok.”
Atan terkikik dan memutar wajah menghadap pada ibu Dwi menunggu pesanan darinya. Wanita berjilbab itu sudah ia kenal baik karena dulu sering makan disini kalau ibunya sedang kurang sehat.
“Pagi, Tan. Mau sarapan pecel biasa apa pecel tumpang?”
“Pecel biasa aja mbak. Perut lagi agak error.”
Dwi tersenyum dan langsung saja melayani apa yang ditunjuk Atan dan menyusunnya rapi diatas piring yang sudah diberi beberapa jenis sayuran dan juga bumbu pecel yang aromanya begitu menggiurkan.
“Bungkus dua yang kayak gini ya mbak, bumbunya dipisah.”
Dwi mengangguk paham dan bergerak cepat membungkus nasi sesuai yang Atan inginkan. Lalu, Atan menambahkan sebuah pesan untuk mbak Dwi, “Nota mbak dibelakang saya ini, tolong dijadikan satu dengan milik saya ya mbak Dwi.”
Putri yang mendengar itu sontak menolak. Dia merasa tidak enak jika harus makan di bayari oleh mantan. Dia pun menolak dan terjadilah adegan tawar menawar yang membuat antrian geram.
“Mbak, mas, kalau mau berdebat jangan disitu dong. Anak saya keburu nangis dirumah.” maki salah seorang ibu-ibu yang kesal melihat drama picisan dua orang yang tidak ia kenali, yang menurutnya lebay. “Bikin antrian macet aja.”
Putri menoleh dengan raut sengitnya karena kesal. Menyadari hal itu, Atan bergegas menyingkir dari barisan dan memberi isyarat pada Putri untuk menuruti saja apa yang sudah dia katakan tadi. Menjadikan tagihan miliknya dan Atan menjadi satu.
Atan tersenyum manis dan berjalan mencari meja kosong untuk segera mengisi perutnya yang lapar. Tak lama berselang, Putri datang dengan semangkuk pecel tumpang ditambah sambal extra pedas yang setau Atan, bisa membuatnya pingsan.
“Kamu sih, pake acara jadiin satu nota. Jadi kena semprot emak-emak kan?”
Atan hampir tersedak mendengar rajukan Putri yang sekarang duduk disampingnya dengan segelas es teh. Atan menatap heran, pagi-pagi sudah minum es? Demi apa.
“Ya nggak apa-apa. Kamu itu yang bikin ribet. Kalau kamu tadi nggak bersikukuh nolak, nggak bakalan kita ribut dan bikin mak-emak itu kesel.”
Putri mengerucutkan bibir kesal karena disudutkan oleh Atan.
“Jangan marah gitu lah, Put. Anggap aja traktiran reuni dari kawan lama karena lama nggak ketemu.” celetuk Atan mencoba membangun suasana nyaman antara dia dan Putri yang terasa canggung.
Putri hanya diam dan memulai sarapannya.
“Kamu tinggal di daerah sini?”
Atan mengangguk.
“Dimana?”
Atan menunjuk arah dimana kompleks perumahan tempatnya tinggal berada yang sontak membuat Putri ikut menoleh.
“Mampir rumah kalau ada waktu.” tawar Atan tanpa berfikir panjang. Ibunya pasti tidak akan keberatan karena dulu sempat mengenal Putri saat Atan berpacaran dengan dia.
“Ah, engga enak sama ibu kamu.”
“Ibu nggak bakal nolak apalagi ngusir kamu, Put. Kamu tau sendiri bagaimana ibu.”
Putri tersenyum. Atan tidak salah sama sekali saat mengatakan bagaimana sosok ibunya itu didepan Putri. Ia tau sejauh mana baiknya ibu Atan padanya, dulu.
“Ya sudah. Kapan-kapan mampir.” putusnya tak lagi mau berdebat dengan Atan. Pria itu akan keras kepala jika sudah berargumen.
Suasana mereka kembali senyap. Hanya ada suara denting sendok diatas piring dari banyak pengunjung yang makan di tempat ini.
Tiba-tiba, kedua pipi Putri merona saat kembali memutar ingatannya saat bersama Atan. Semua terasa menyenangkan karena Atan, begitu perhatian dan amat sangat baik padanya. Atan adalah pria idamannya sejak dulu.
“Kayak lagi nostalgia nggak sih, kalau makan berdua gini?” goda Putri dengan suara manjanya yang khas di pendengaran Atan.
Atan mengangguk. “Ya, nostalgia sembilan tahun yang lalu.”
Putri tertawa. “Nostalgia, kayak waktu pacaran dulu.” []
...—To be continue—...
###
Nih, saingannya Tyra udah muncul. Bukan Winda lho ya, Winda hanya pemanis buatan agar ada sensasi tenggorokan gatalnya saja 😁
Kalian bakalan dukung siapa?
Tyra?
Atau,
si mantan pacar, Putri?
Boleh drop komen 👉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
osa
tyRex dong
2023-01-15
1
osa
wah muncul saingan berat si tyRex ini hehehe
2023-01-15
1
yumin kwan
tyra donk....ngapain balik ke mantan. mantan mah masa lalu....tyra asa depan 😁
2023-01-15
1