...We...
...|Empat belas|...
...Selamat membaca...
...[•]...
Kalau dipikir-pikir, hidup Tyra itu sudah mapan, tidak butuh apapun lagi selain pendamping hidup. Rumah, perhiasan, aset lain berupa tanah, saham, mobil mewah, bahkan uangnya itu kini sedang ia pergunakan untuk membangun bisnis pribadi di bidang fashion dengan brand nya sendiri.
Tyra termasuk perempuan yang ulet meskipun, kadang suka menjadi pemarah. Yang jelas, orang yang mengenal Tyra pasti tau marah yang dimaksud itu dalam konteks apa.
Sesuai schedule, malam ini Tyra sampai di bandara internasional Narita, Jepang. Dia dan Retno akan menuju hotel yang sudah di sediakan pihak Victoria's secret sebagai akomodasi, sebelum besok menuju salah satu studio foto besar dan ternama yang ada di Tokyo.
Didalam mobil, ia kembali mengaktifkan jaringan seluler dan beberapa pesan dan panggilan yang tertahan, masuk beruntun berebut tempat.
Tidak ada yang dia tuju selain satu nama, Atan. Dia menahan selama delapan jam untuk pesan yang mungkin ia terima dari si pria yang selalu membuatnya tidak tenang.
Lalu, bibir Tyra mengembangkan senyuman terindahnya ketika melihat itu, melihat nama Atan ada pada salah satu rentetan pesan di ponsel bisnis nya. Lalu, dia megambil ponsel pribadi lainnya dan mengirim pesan untuk Atan.
Ini aku, Tyrana. Mulai sekarang, kalau mau kirim pesan ke aku, ke nomor ini aja. Nomor yang satu juga milikku, sih. Tapi itu lebih ke bisnis dan pekerjaan, kalau yang ini nomor privat.
Thank you.
Hanya ada empat nomor di kontaknya. Mama, papa, Retno, dan, coming soon, Atan.
“Kirim text ke siapa?” tanya Retno mengejutkan hingga Tyra hampir saja melepas jatuh ponselnya dari genggaman. Ia lantas menepuk jengkel lengan Retno. “Bokap? Nyokap?” cerocos Retno masih tidak menyerah. “Gue tebak itu, karena elo cuma paket nomor itu buat menghubungi mereka.”
Tidak salah sama sekali. Tyra memang menggunakan nomor tersebut untuk menghubungi mama atau papa nya, atau bahkan Retno sendiri. Ia tau betul bagaimana dan apa yang biasa dilakukan Tyra. Tapi, Retno sedikit memicing karena melihat ekspresi Tyra yang terlihat senang, bahagia. Dan itu artinya, gadis itu tidak menghubungi kedua orang tuanya. Karena setau Retno, Tyra selalu menatap datar layar ponselnya ketika mengirim pesan untuk mama atau papanya, karena tidak pernah mendapat balasan dari mereka berdua.
“Bukan ya? Terus, siapa yang kamu kirimi pesan dengan nomor privat kamu?”
“Coba tebak.”
Retno menurut. Matanya berkedip-kedip, hidungnya kembang kempis, mulutnya melongo, dan jari telunjuknya menunjuk dagunya yang baru tadi pagi ia cukur jenggotnya.
Tidak ada nama yang muncul dalam otaknya. Ia menyerah. “Kaga tau dodol. Cepetan ngomong aja, siapa! Nggak usah main petak umpet sama gue.”
“Kamu tau orangnya, Jerapah.” sahut Tyra masih merahasiakan nama Atan dari Retno yang sekarang berubah kesal.
“Bodo amat. Gue tau juga Lu nggak bakal kasih gue hadiah. Dahlah, males gue. Cepetan.”
“Ya sudah.” jawab Tyra enteng seperti kepingan kelopak bunga dandelion yang tersapu angin.
Retno mengumpat. Dia butuh informasi orang yang menghubungi Tyra untuk keselamatan gadis tersebut.
“Siapa, Rex?!”
Tyra menoleh malas menatap Retno, kemudian menjawab santai dan tenang. “Atan.”
“WHAT?!”
***
“Saya senang kamu menerima tawaran saya, yang itu artinya, tim HR akan mendapatkan orang terbaik yang akan membantu mereka mengelola kualitas SDM perusahaan.” kata Nolan saat menemui Atan diruang kerja setelah menerima pemberitahuan dari sekretaris pribadinya jika Atan bersedia menerima tawaran yang ia berikan tempo hari.
Sebenarnya berat bagi Atan untuk melepas jabatan sebagai ketua tim pemasaran, tapi bener kata Tyra, kesempatan tidak akan datang dua kali. Jadi, mari jalani apa yang ada didepan mata.
“Saya akan bekerja keras karena anda sudah memercayakan hal ini kepada saya.”
Nolan mengangguk, kemudian tersenyum pada Atan.
“Ya. Jangan kecewakan saya.”
Atan undur diri, dan berniat mengemasi barang-barang miliknya yang ada di ruang kepala tim marketing, dan membawa ke tempatnya yang baru, devisi HR.
***
“Rex, lu jangan sok centil deketin dia deh. Ntar patah hati baru tau rasa.” kata Retno dari atas tempat tidurnya. Mereka berada di dalam satu kamar hotel yang sama, dan besok akan pergi bersama beberapa model lainnya yang juga ada di satu hotel yang sama dengan mereka.
“Enggak pah, jerapah. Aku nggak centil deketin. Kami dekat secara natural. Kami cuma temenan.”
“Seenggaknya, Lo cari tau dulu tentang si Atan. Siapa tau dia udah berkeluarga. Emangnya Lo mau dituduh pelakor?”
Memang, tidak semua pria memilih menikah diusia seperti Atan. Tapi Retno tidak salah bicara. Bisa saja Atan memilih menikah muda atau apapun itu. Meskipun hanya memberi peringatan, hal itu justru mematik sesuatu dalam diri Tura untuk ingin tau lebih banyak tentang kehidupan Atan. Dia, tidak ingin dituduh menjadi orang ketiga jika memang Atan benar-benar sudah berkeluarga.
Tapi, mengapa pria itu menawarkan pertemanan jika memang sudah berkeluarga?
Rumit.
Tyra menjadi sangsi.
“Iya, iya. Tidur gih, besok harus bangun pagi.” katanya sambil bergerak memunggungi Retno yang masih menatap Tyra. Retno sangat tau kelebihan dan kelemahan yang ada pada diri Tyra. Gadis itu mudah sekali merasa senang, tapi sebaliknya, dia rapuh dan sulit bangkit jika sudah terlanjur patah hati.
“Gue nggak ngelarang elu suka sama seseorang karena itu hak Lo. Tapi saran gue, cari tau dulu tentang dia, agar Lo nggak jatuh dan kecewa berlebihan saat tau kenyataan tentang Atan.”
Tyra mendengar suara pantulan ranjang yang ditempati Retno. Dia bisa menebak jika Retno sudah bersiap tidur seperti yang dia minta. Tyra mengerjap dengan gerakan lambat. Kata-kata Retno terngiang di telinga dan otaknya.
Cari tau dulu tentang dia.
Tyra mencoba memejamkan mata. Namun yang hadir justru wajah Atan ketika tersenyum kearahnya. Dia akan patah hati akut jika sampai menemukan kenyataan yang tidak sesuai dengan keinginannya, pada Atan.
Tyra jadi kepikiran dan susah tidur. Lalu berimbas pada pagi hari ini.
Setelah menempuh perjalanan hampir satu jam dari kota Tokyo menuju ke lokasi pemotretan, Tyra yang biasanya riang dan ceriwis mendadak senyap. Dia hanya menatap pantulan dirinya sendiri pada kaca cermin, lalu sesekali menanggapi pertanyaan MUA yang sedang merias wajah dan penata rambut yang sedang menata rambutnya.
Retno yang menyadari mood Tyra tidak dalam keadaan yang bagus, berusaha untuk memancing pembicaraan agar Tyra kembali pada setelan biasanya—pecicilan. Tapi usaha Retno nyatanya gagal karena Tyra hanya menanggapinya dengan tenang dan santai, yang justru membuat Retno khawatir. Jika dalam mood seperti ini, ia yakin, take foto dengan ekspresi terbaik dari wajah Tyra yang genius itu tidak akan gampang diambil.
Setelah makeup dan model rambut untuk Tyra rampung, Retno kembali mendekat pada gadis yang kini sibuk bermain ponsel. Dilihatnya lekat wajah cantik rupawan Tyra yang memang memiliki daya tarik tersendiri itu. Ia duduk di kursi tidak terpakai di sebelah Tyra, kemudian mulai bicara.
“Lo kenapa?”
Tyra mengangkat wajah, menatap Retno dari pantulan kaca yang ada didepannya.
“Nggak kenapa.” jawab Tyra pelan, lalu kembali menunduk dan mengotak-atik ponselnya.
“Lo nggak sedang ada masalah yang sedang Lo sembunyiin dari gue kan?”
Tyra mengangkat wajahnya lagi. Retno bisa melihat bagaimana ekspresi takut, kecewa, dan penasaran menjadi satu, yang terpancar dari wajah Tyra.
“Menurut kamu, apa aku harus bertanya pada dia tentang statusnya?”
Retno melongo. Ternyata gadis ini sedang memikirkan perkataannya tentang pria bernama Atan, semalam. Retno semakin takut, jika nanti Atan memang terbukti sudah berkeluarga, dan Tyra patah hati.
Itu akan menjadi hal yang menakutkan dalam benak Retno.
***
Atan merenggangkan tulang punggungnya yang terasa kaku setelah seharian bekerja didepan layar komputer.
Menjadi staff HR, ternyata lebih melelahkan karena tidak ada kombinasi warna dan gerakan yang muncul pada layar komputer didepannya.
Berbeda dengan menjadi tim marketing yang selalu mewajibkannya untuk melihat, mengevaluasi hasil video dan tulisan beraneka warna yang tidak membuatnya jenuh. Di tim HR, dia hanya melihat data berwarna hitam diatas background putih berisi data karyawan. Matanya terkadang terasa lelah sampai kening pun rasanya seperti mau pecah.
Tatapannya kini berubah pada jam tangan yang sekarang menunjuk angka lima sore. Seharusnya, jam kerja sudah berakhir sejam yang lalu, tapi sebagai penduduk baru di devisi baru, dia tidak ingin tertinggal dan memaksa dirinya untuk belajar memahami lebih banyak tentang pekerjaan barunya itu.
Mengingat jika sudah tidak menyentuh ponsel sejak selesai makan siang, Atan meraih ponsel yang ia letakkan di dalam laci meja. Ia ketuk layarnya sebanyak dua kali, dan muncul pemberitahuan dari aplikasi berbalas pesan.
Dengan gerakan tenang, Atan menggeser layar ponselnya ke atas dan memasukkan password.
Ada nama Tyra di urutan paling atas. Ada dua pesan yang tertulis sudah empat jam lalu diterima. Melihat itu, Atan bergegas mengetuk nama Tyra, dan pesan itu muncul.
Tyra New.
Pemotretan sudah selesai. Aku dapat jaring laba-laba sebanyak empat pieces yang totalnya hampir bisa buat beli moge.
Atan tersenyum membaca isi pesan yang masih menyangkut pautkan jaring laba-laba di dalamnya. Rupa-rupanya Tyra masih nggak rela jika pakaian tidur tipis nan menggoda iman kaum Adam itu disebut jaring laba-laba macam jaring Spiderman.
Besok aku pulang. Kamu ... mau oleh-oleh apa buat kenang-kenangan dari negeri sakura?
Senyuman Atan semakin lebar. Tyra menawarinya oleh-oleh. Haruskan dia menjawabnya dengan meminta jaring laba-laba saja?
Itu pasti akan terbaca cringe dan ca-bul oleh Tyra. Tidak. Dia tidak ingin menjatuhkan harkat martabatnya sebagai seorang laki-laki.
Nggak perlu. Cukup kembali dengan selamat ke sini dan kita makan bebek ukep lagi, itu udah cukup buat saya.
Safe flight.
Balasnya ringan namun terkesan perhatian. Tak dapat dipungkiri, memang itulah tujuan Atan. Memberi sedikit perhatian.
Dan pesan selanjutnya yang menarik minatnya adalah, pesan dari putri. Ia ketuk nama putri. Nomor yang baru ia simpan sehari hari lalu itu, sudah rajin sekali mengiriminya pesan yang mau tidak mau, selalu ia tanggapi.
Putri.
Besok ada waktu nggak? Mobil sedang di bengkel, dan katanya dua hari baru selesai di servis. Tolong temani aku jemput Brina di tempat penitipan anak, ya?
[]
...—To be continue—...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Kustri
dih ngapain itu Putri, cari celah aja, jgn bikin Atan bermasalah deh, janda gatel nih👊
2023-07-07
1
Putu Suciptawati
hadeh kak thor kenapa si putri dibikin ganjen kayak gitu sih? bijin atan mengabaikan putri san anaknya dong, dia pilih si tyrex aja
2023-01-17
1
yumin kwan
ish...kok jd sebel ma putri ya...uda manis2 atan tyra, eh...diakhir muncul yg ga diharapkan.
2023-01-17
3