Sembilan

...We...

...|Sembilan|...

...Selamat membaca...

...[•]...

*D**inner sederhana yang belum pernah terbayangkan oleh Tyra telah berakhir. Sekarang Atan sedang mengantarnya pulang dalam keadaan perut kenyang dan mata mengantuk. Nggak perlu mikirin pesta karena pasti acaranya sudah dimulai. Tyra juga lelah setelah hari ini full* kerjaan.

Mobil Atan berhenti tepat didepan pintu pagar rumah Tyra. Dia bisa melihat dari ekor mata, jika Atan sedang menoleh padanya. Lalu, suara husky itu kembali menyapa.

“Kalau masih mau menuntut saya atas penalti yang sudah menjadi kesepakatan kontrak, silahkan. Saya tidak keberatan karena mungkin, kesalahan memang berasal dari saya.” kata Atan pelan, namun terdengar jelas karena hanya ada mereka berdua didalam mobil, tanpa orang lain, tanpa musik, bahkan suara kendaraan dari luar pun tidak terdengar jelas. “Maaf karena saya sudah mengacaukan rencana kamu hadir di pesta, karena saya tidak mau datang ke tempat seperti itu. Saya tidak suka tempat seperti itu.” lanjutnya mencoba memberi pengertian agar Tyra tidak berlarut menaruh kesalahpahaman pada dirinya.

Tyra bahkan sudah sadar sejak dulu, jika memang tidak seharusnya dia ada ditempat seperti itu. Tapi dengan alasan menjaga image, dia harus tetap datang dan bersikap seolah semua baik-baik saja di depan teman-teman satu geng yang biasa dia jadikan teman bermain. Atau jika tidak, mereka akan menganggap Tyra tidak keren dan ketinggalan jaman.

“Saya sebagai orang asing cuma bisa berpesan, tolong jauhi tempat seperti itu demi kebaikan kamu. Demi menjaga harga diri kamu sendiri, karena kamu seorang perempuan.”

Atau, mulai sekarang Tyra harus mengubah cara pandang seperti itu? Ucapan Atan ada benarnya. Seharusnya dia lebih selektif memilih tempat dan teman bermain agar harga diri dan martabatnya sebagai wanita tetap terjaga.

Kini, Tyra tak lagi mau menyembunyikan rasa kagumnya pada sosok Atan. Kedua orang tua pria ini pasti mendidiknya dengan amat sangat baik. Sikap dan sifat pria ini sangat baik, lembut, dan penuh kesopanan juga menghargai serta menghormati seorang wanita. Atan adalah pria yang sempurna idaman para wanita.

“Maaf terkesan mengatur. Tapi saya memang selalu menerapkan itu kepada adik perempuan saya.”

Tyra bisa paham kekhawatiran seorang kakak pada saudarinya, ia hanya bisa menarik nafas besar, kemudian berkata untuk mengalihkan topik yang terlalu sensitif untuknya. “Lupakan penalti itu. Kita anggap semuanya sudah lunas.” kata Tyra, masih tidak ingin memalingkan pandangannya dari fitur wajah Atan yang memang sejak awal menggoda imannya. “Terima kasih sudah mau bertemu, dan mentraktir saya makanan enak.”

Jujur, menu bebek yang dia makan bersama Atan tadi sangat enak. Itu adalah bebek terenak yang pernah Tyra makan. Mungkin efek makan bersama orang yang dia sukai juga, sih.

“Nggak perlu berterima kasih. Makanan itu murah, tidak ada bandingannya dengan makanan restoran berbintang yang biasa kamu datangi.” celetuk Atan berusaha menciptakan suasana humoris yang ternyata, justru terdengar kaku layaknya jokes bapak-bapak ngopi sambil ngerokok.

Tyra mendecak keras mengekspresikan kekesalannya karena Atan sedang menggoda dan mengoloknya terang-terangan.

Atan pun pada akhirnya tertawa lantang. Kemudian, dia mengulurkan tangan di samping posisi duduk Tyra.

“Terima kasih, sudah mau berbelas kasih pada saya.” kata Atan tulus dari dalam hati. Dia benar-benar ingin berterima kasih karena Tyra menyelamatkan dirinya dari jerat hutang yang sudah menjadi pilihan jika Tyra tetap ngotot meminta kerugian berupa uang ratusan juta.

Tyra tersenyum dengan bibir sedikit terbuka hingga deretan giginya yang rapih terlihat, lalu menyambut uluran tangan Atan dan menggoncangnya naik turun sebanyak dua kali. “Makanya, kerja yang kompeten, hati-hati. Jangan asal ambil keputusan yang bisa merugikan dirimu sendiri dan perusahaan.”

Petuah Tyra sudah terdengar seperti seorang guru yang sedang mengayomi muridnya dengan kata-kata bijaksana.

“Iya. Maafkan saya.” kata Atan yang merasa rendah setelah mendengar kalimat Tyra yang jauh dari sifat kekanakan. Dia sadar dunia Tyra pasti tidak lah mudah, jadi perempuan itu sedikit banyak juga merasakan pahitnya dunia kerja yang menyita kewarasan. “Sekali lagi maaf sudah mengecewakan kamu, terima kasih dan, senang bertemu dengan kamu, nona Tyrana Agnalia.”

Entah mengapa, kalimat itu terdengar begitu menyakitkan di telinga dan ulu hati Tyra. Atan seolah mengucapkan kalimat perpisahan yang tidak akan mungkin membuat mereka bisa bertemu dan bersama seperti ini lagi. Tyra tau betul, dunia mereka memang berbeda. Tapi, apa salahnya berharap memiliki sesuatu yang mustahil untuk di dapatkan?

Ya, bagi Tyra sendiri, Atan seperti sesuatu yang mustahil didapatkan. Karena ia bisa melihat, tidak ada sedikitpun tatapan berbeda dari sorot mata Atan padanya. Tyra bisa melihat, jika tatapan mata Atan hanya sebatas aku dan kamu adalah orang asing yang tidak sengaja bertemu karena sebuah masalah. Kita adalah orang lain, dan tidak ada perasaan apapun yang harus di katakan. Seperti itu kiranya yang ia tangkap dari sorot mata Atan yang begitu tajam namun indah.

“Senang bertemu dengan kamu juga, pak Zelatan Adonizio.”

Atan tersenyum sangat manis ketika Tyra menyebut nama lengkapnya dengan embel-embel ‘pak’ sebagai rasa hormat, lantas menarik telapak tangannya menjauh yang berhasil membuat Tyra semakin kecewa dan meradang.

“Sudah malam, segera masuk dan beristirahat.” seru Atan membuat Tyra kembali ditarik paksa dari angan yang sangat ia damba, yakni selalu bisa bersama Atan.

“Ah, iya.” jawabnya sambil melepas seatbelt dan meraih tas selempang kecil berlogo LV dari dashboard mobil. Lalu dua jarinya menarik handle pintu mobil dan bergegas turun. Saat pintu mobil itu sudah terkatup, kaca jendela bergerak turun.

“Saya pamit.” kata Atan sedikit keras yang membuat dua sudut bibir Tyra tertarik membentuk sebuah senyuman.

“Eum, hati-hati dijalan.” angguk Tyra masih saja tidak lelah memperhatikan sosok Atan.

Atan mengangguk dan kaca itu bergerak naik kembali, namun dengan cepat Tyra menahannya dengan telapak tangan yang sontak membuat Atan refleks menurunkan lagi kaca jendela sambil menyorot lembut ke arah Tyra berada, menunggu apa yang hendak perempuan itu katakan padanya.

“Itu ... ” Tyra gugup, jantungnya mulai membuatnya gelisah. “Eum, kalau misal saya minta ditemani makan di tempat tadi, apa kamu mau?”

Lagi-lagi Atan tersenyum manis yang seketika itu juga membuat Tyra merona.

“Tentu saja. Silahkan hubungi saya, saya antar jika memang ada waktu luang.”

***

“Darimana kemarin kamu kok baru pulang tengah malam, Le?” tanya Lastri mencari tau, karena semalam dia tidak bisa tidur nyenyak menunggu putranya itu pulang.

“Atan bertemu teman, Bu. Ada hal penting yang harus Atan urus.” kata Atan sambil menuang kuah sayur asem dibatas nasi dalam piring, kemudian mengambil dua perkedel jagung dan saat sendok sambal bajak khas jawa timur buatan sang ibu. Menu sarapan sederhana yang menjadi kesukaan seorang Atan. “Linda mana? Kok belum keluar?”

“Katanya jadwal kuliahnya sore.”

Atan mengangguk dan segera melahap sarapannya.

“Winda lama nggak mampir ke sini ya, Tan. Ibu kok kangen sama dia.”

Atan hampir tersedak saat ibunya mengingat mantan kekasihnya itu. Ah, jelas saja, Atan belum membicarakan hal ini karena sibuk memikirkan masalah pekerjaannya yang beberapa hari ini menguras kesabaran dan juga isi otaknya.

“M-mungkin sibuk, bu.” kata Atan menimpali yang diberi anggukan oleh sang ibu.

“Sampaikan salam ibu sama dia. Bilang kalau ibu kangen, suruh dia mampir.”

Atan tidak bisa bicara sekarang. Waktunya tidak akan cukup karena dia harus berangkat bekerja setelah ini. Jadi, Atan memutuskan mengangguk saja untuk sementara, dan nanti malam dia akan membicarakan hal penting itu dengan ibunya.

***

Nolan mengundang Atan ke ruangannya karena mendengar berita dari sekretaris pribadinya, bahwa pembatalan kontrak yang sempat menjadi masalah dengan model papan atas bernama Tyrana Agnalia itu berakhir damai.

Atan sendiri merasa kembali percaya diri dan tidak perlu sampai menundukkan kepala karena malu pada si bos karena masalahnya sudah teratasi.

“Jadi, semuanya sudah teratasi?”

Atan mengangguk. Dia membalas tatapan mata Nolan dengan percaya diri. “Sudah, pak.”

Nolan menganggukkan kepala. Sebagai seorang atasan, jujur dia kagum dengan kinerja Atan yang memang tidak pernah mengecewakan. Semua yang di handle oleh Atan, berjalan baik.

“Tyrana tidak jadi mengajukan masalah ini ke jalur hukum. Saya juga sedang memproses surat perjanjian hitam diatas putih yang nantinya akan ditandatangani sendiri oleh yang bersangkutan.”

Ya, Atan juga sudah memberitahu Tyra jika dia butuh bukti jelas tentang kesepakatan mereka untuk di serahkan kepada pemilik perusahaan sebagai bukti konkret jika keduanya memilih jalan damai.

Nolan mengangguk lagi seperti ayam sedang mematuk. “Lalu, sejauh apa sekarang tim pemasaran memasarkan produk baru kita?”

Atan menyodorkan sebuah map berisi laporan kinerja timnya kepada Nolan. Bapak dari satu anak itu membaca seksama lembaran yang disodorkan padanya dengan amat sangat teliti.

“Oke. aku suka cara berfikirmu yang selalu kreatif dan inovatif seperti ini.”

Atan menghela nafas lega mendengar pujian itu keluar dari mulut Nolan yang selalu suka berkata pedas kepada siapapun tanpa pandang bulu.

“Terima kasih, pak.”

“Apa kamu mau menerima promosi dari saya tahun ini?”

Promosi, langsung dari bos, siapa yang tidak tergiur?

“Posisi HR sedang membutuhkan satu orang berkompeten dan saya bisa melihat itu dari kamu.”

Atan menelan ludah susah payah. Apa dia harus menerimanya sekarang juga?

“Tidak perlu buru-buru, karena saya tidak ada keinginan memasukkan orang lain pada posisi itu, selain kamu.”

Atan masih diam, dan terus mendengarkan apa saja yang dikatakan oleh boss besar Earth Beauty, tempatnya mengais rupiah.

“Hubungi sekretaris atau asistenku saja. Nanti akan aku proses sendiri kenaikan jabatan itu jika kamu memang bersedia.”

“Terima kasih, pak.”

HR, apa Atan harus menerima jabatan itu? []

...—To be continue—...

###

Semakin tinggi jabatan, semakin besar pertanggungjawaban yang di emban. Bantu Atan memutuskan, apakah harus menerima tawaran si bos?

Terima kasih sudah membaca Atan-Tyra ☺️

Semoga ada hal baik yang bisa di ambil dari bab ini,

See you next episode

Terpopuler

Comments

Nur Yuliastuti

Nur Yuliastuti

oke 👍

2024-01-06

0

nobita

nobita

aku like like like

2023-10-13

1

yumin kwan

yumin kwan

terima sj Tan...wong naik jabatan... soal tanggung jawab, kamu pasti bisa 💪

2023-01-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!