...We...
...|Tujuh|...
...Selamat membaca...
...[•]...
Kepala Atan terasa begitu berat saat bangun pagi ini. Harusnya, dia berangkat kerja pagi-pagi untuk mengecek prepair tim nya yang hendak melakukan pemasaran di salah satu akun media sosial resmi milik Earth Beauty sebelum menampilkan sosok yang menjadi brand ambassador dan juga sponsor di beberapa media televisi.
Dia berniat izin dan mengerjakan pekerjaannya dari rumah hari ini. Selain itu, dia juga berencana akan berobat ke klinik untuk rasa pusing dan mual di perutnya yang tiba-tiba menyerang pagi-pagi. Ah, dia ingat. Semalam, perutnya belum terisi apapun, dan dia minum kopi hitam di tempat Reza. Double kill, dia benar-benar tepar pagi ini.
Suara pintu diketuk terdengar. “Kamu nggak kerja, Tan? Ini sudah hampir jam lima lho. Kamu juga belum laporan.”
Laporan yang dimaksud sang ibu adalah, berserah diri pada sang Maha Pencipta saat subuh.
“Iya, bu.” balas Atan dengan suara parau, khas bangun tidur. Dia memijat kening karena kepalanya seperti berputar, perutnya mual bukan main, dan dia butuh ke kamar mandi. Asam lambungnya kambuh.
Selain tidak bisa mengkonsumsi kopi—tapi Atan nya sendiri ngeyel tetep minum—karena memiliki riwayat asam lambung, faktor pikiran juga sangat berpengaruh pada kesehatan. Dan Atan mereda sedikit tertekan dan bingung lantaran memikirkan masalah yang berhubungan serius dengan nama baik perusahaan, dan juga tentu saja uang. Ingat, Atan bukan milyarder, dan uang adalah hal yang paling krusial untuknya.
Atan turun dari tempat tidur, dan berjalan menuju kamar mandi yang ada didalam ruangan yang sama dengan langkah sedikit terhuyung, sempoyongan. Didalam kamar mandi, dia tidak bisa menahan lebih lama rasa mual dan memuntahkan isi perutnya semalam. Setelah itu, dia membasuh wajah, dan melakukan kewajiban sebagai seorang umat kepada Tuhannya.
Semua urusan sudah rampung, Atan keluar dari kamar berniat membuat minuman hangat agar perutnya terasa sedikit membaik. Disana, dia melihat punggung kecil ibunya yang sudah sedikit membungkuk karena usianya yang renta, rambutnya sudah hampir memutih seluruhnya yang di sanggul rapi di belakang kepala, dan pakaian sederhana rumahan yang terlihat lusuh. Atan merasa bersalah untuk pemandangan dari sang ibu yang seperti itu.
“Ibu masak apa?” tanya Atan menarik perhatian sang ibu hingga menoleh.
“Lho, nggak ke kantor? Kamu sakit?”
Atan mengangguk. “Lagi kurang sehat. Atan bisa kerja dari rumah kok, Bu.” jawab Atan dan berjalan mendekat ke meja penyangga, dimana dua kompor menyala sedang dipergunakan ibunya untuk memasang sayur dan menggoreng ikan.
“Mau ngapain?” tanya Lastri saat melihat Atan dengan kaos tanpa lengan dan celana pendek itu berbalik menjauh.
“Nanti saja, kalau ibu sudah selesai masak.”
“Mau bikin minum anget?”
Atan mengangguk.
“Ibu buatin. Ngomong toh Le¹ jangan diem dan nunggu ibu selesai. ” kesal ibunya yang ditimpali senyum oleh Atan. Bagi Atan, omelan ibunya selalu menyenangkan, apalagi kalau ibunya khawatir, Atan pasti langsung memeluknya. “Sudah, duduk sana, ibu buatin.”
Kasih ibu sepanjang masa, kasih anak sepanjang galah.
Mungkin peribahasa itu di buat oleh seseorang yang amat sangat menyayangi ibunya, yang kini, bisa Atan pergunakan sebagai pondasi untuk selalu menyayangi sang ibu, apa dan bagaimana pun keadaannya. Bukan sepanjang, galah. Tapi Atan akan melakukannya sepanjang ia hidup, dia akan terus menyayangi ibunya sampai nanti, saat Tuhan meminta ibunya kembali.
Atan menatap teduh penuh sayang pada sang ibu. Dia berharap ibunya diberi umur panjang hingga bisa melihat dan menjadi saksi ketika dia dan adik perempuannya nanti membangun bidak rumah tangga, kemudian melihat cucu-cucunya bermain. Membayangkan itu, sedikit membuat benak Atan dituntut paksa untuk segera memiliki pendamping hidup. Dia tidak ingin anaknya kelak tidak bertemu sang nenek.
Akan tetapi, kembali lagi. Mencari jodoh tidak seperti membeli buah yang jika bagus, kita akan memakannya dengan senang hati. Dan sebaliknya, jika buruk, kita membuang nya. Tidak seperti itu konsep menikah. Bagi Atan, menikah hanya akan terjadi sekali seumur hidup. Untuk semua itu, Atan tidak pernah putus berdo'a yang terbaik ia panjatkan saat ia melakukan kewajiban lima waktunya, agar dia kelak mendapatkan perempuan yang mau berdiri disisinya dalam suka maupun duka. Mau menerima dia apa adanya, serta mau menyayangi ibu dan adiknya, seperti dia melakukannya kepada mereka berdua selama ini.
Langkahnya sedikit mengalami gangguan keseimbangan karena kepalanya yang masih berputar, tapi Atan tetap berusaha terlihat normal agar ibunya tidak perlu khawatir. Dia berjalan ke kamar, mengambil laptop kemudian kembali ke dapur dan duduk di meja makan sambil menemani ibunya menyiapkan sarapan.
Linda muncul dengan pakaian sederhana hendak ke kampus.
“Mas Atan nggak ngantor?” tanya Linda sambil mendekat pada ibunya hendak membantu.
“Lagi kurang enak badan. Kerja dari rumah.” jawab Atan, meraih gelas berisi minuman air hangat dicampur gula buatan sang ibu sambil menunggu laptopnya menyala.
“²Gerd?”
“Eum. Semalam mas main ke tempat Reza, minum kopi.”
“Njarag pancen kowe iku, mas. Udah tau nggak bisa minum kopi, masih aja nekat.” (*cari masalah kamu itu memang, mas.
Atan hanya bisa tersenyum masam mendengar cibiran si adik yang memang tidak ada yang salah. Beberapa waktu lalu saat bertemu dengan Tyra dan meminum sedikit capuccino yang dia pesan dengan perhitungan seharga sepuluh kilogram beras, asam lambungnya juga sempat naik, tapi tidak separah sekarang.
Nah, jadi ingat si menyebalkan itu lagi kan?
Mood yang sudah mengambang di udara seperti balon, harus meletus dan menguap begitu saja saat tiba-tiba mengingat nama Tyra dan masalah yang sedang menjerat dirinya.
Setelah laptop menyala dan melakukan absensi, Atan tidak memonitor pekerjaan. Ya, dia abaikan sebentar pemberitahuan di E-mail nya untuk mengecek sisa saldo rekening tabungannya. Dia ingin memastikan jika uang disana pas, dan dia tidak akan lagi di ganggu bayang-bayang kehadiran Tyra yang seperti hantu jeruk nipis.
Setelah masuk kedalam akun M-banking miliknya, Atan segera membuka kolom pemberitahuan tentang saldo.
Saldo anda saat ini Rp. 504.756.350,-
Miris. Tragis.
Uang itu akan ia bayarkan sebesar lima ratus juta kepada Tyra, kemudian sisanya empat juta akan ia pergunakan untuk berbagai hal yang berhubungan dengan tagihan bulanan rumah seperti listrik dan lain-lain. Lalu, untuk uang pajak mobilnya, bagaimana? Uang bensin? Uang bayar yang diminta Linda untuk riset skripsi?
Atan menghela nafas besar diam-diam. Kepalanya semakin pusing saja sekarang.
“Lin, uang bayar kamu terakhirnya kapan?” tanya Atan memastikan. Jika memang bisa dibayar bulan depan, Atan bisa bernafas sedikit lega karena bisa dia akumulasikan dengan gajinya yang akan ia terima dua minggu lagi.
“Kata dosennya sih minggu ini sudah harus terkumpul, mas.”
Tidak mungkin Atan membayarnya bulan depan. Linda harus membayar biaya tersebut bulan ini.
“Kenapa, mas?”
Pertanyaan Linda mengejutkannya. Ia segera keluar dari aplikasi M-banking karena Linda duduk tidak jauh darinya.
“Enggak, cuma tanya.” kilah Atan tak ingin seseorang tau tentang masalahnya.
Dan disaat otaknya yang runyam kembali membuat perutnya mual, dua buah pesan beruntun Atan terima dari aplikasi bertukar pesan WhatsApp.
Tyrana A.
Satu,
Gini aja deh. Temeni aku sekali ke pesta teman ku besok malam. Nanti, urusan kita kelar. Beres. Nggak akan lagi ganggu-ganggu kamu dan nagih uang penalti.
Dua,
Gimana?
Atan mendengus keras yang membuat Linda menoleh ke arahnya. Mungkin adiknya itu sekarang menganggapnya mengeluh, karena airmuka Linda terlihat seperti menaruh rasa iba padanya, lalu berkata,
“Kalau mas Atan nggak ada bulan ini, nggak apa-apa. Linda akan memberitahu pihak kampus untuk memberi tenggat waktu pembaya—”
“Enggak. Mas ada kok.” sahutnya sambil membalas pesan Tyra dengan mata hati yang sudah ia butakan.
Dan pesan balasan itu pun Atan kirim sambil menutup mata.
Si Atan
Oke. Bagaimana cara saya bisa datang ke tempat kamu untuk menjemput?
Tyra membelalakkan mata. Tubuhnya yang semula merebah santai seperti dipantai di atas tempat tidur yang empuk dan nyaman dengan masker hijau di wajahnya, bangkit secara kasar hingga masker wajahnya yang hampir kering itu, jadi berantakan.
Ia membaca sekali lagi, dan sekali lagi pesan yang baru saja dia terima dari Atan. Sadar itu bukan mimpi, Tyra tidak lagi peduli pada maskernya yang sudah jatuh berserakan diatas sprei kamar karena dia melompat-lompat kegirangan sebab mimpinya menggandeng lengan Atan akan segera terwujud.
“Akhirnya ... ” dengusnya sambil memeluk ponsel berkamera tigi biji Boba itu kedepan dada. Tyra benar-benar tidak menyangka jika Atan akan luluh setelah dia mengejar dan menghantuinya.
Dengan telapak tangan dingin dan bergetar, Tyra membalas.
Nanti aku kirim lokasi rumahku.
Ting!
Ponselnya kembali berdenting, tanda pesan masuk yang sangat ia percaya datangnya dari Atan.
Acaranya jam berapa?
Tyra kembali menendangkan kaki ke udara. Rasa senangnya tidak terhingga. Dia akan memberi bonus kepada Retno karena sudah mendo'akan yang baik-baik untuknya.
Terus, yang kemarin minta Retno cabut sumpahnya siapa ya? Ah, Tyra nggak peduli. Yang penting, suasana hatinya saat ini begitu riang gembira.
Jam delapan malam. Pakai baju santai aja. Bukan acara formal kok
Tyra menunggu balasan tanpa berkedip. Atan Typing ...
Dan,
Ting!
Baiklah. Sampai jumpa besok.
Atan meletakkan ponselnya didekat laptop, bersamaan dengan Lastri yang membawa satu mangkuk nasi diatas meja.
“Periksa ke klinik aja, Le.”
Atan menoleh ketika menangkap suara sang ibu yang berdiri diseberang, tidak begitu jauh karena lebar meja tidak sampai dua meter.
“Atan sudah mendingan kok, bu.” jawabnya, singkat dengan wajah pucat yang sudah terlihat sedikit normal.
Benar. Atan tidak berbohong sama sekali dengan berkata sudah membaik. Mualnya sudah sepenuhnya hilang, pusingnya apalagi, sudah ³minggat entah kemana setelah melakukan deal dengan Tyra. Atan baru sadar, ternyata Tyra ada titik masalahnya bangun kebingungan pagi ini.
Ternyata, semudah itu menyelesaikan masalah jika dia tidak mengikut sertakan harga diri didalamnya. []
...—To be continue—...
###
¹Le: panggilan yang dipergunakan orang Jawa untuk dan kepada anak laki-laki
²Gerd (Gastroesophageal Reflux Disease) adalah penyakit kronis pada system pencernaan lambung. Kondisi ini dapat terjadi Ketika asam lambung naik Kembali ke esofagus (kerongkongan). Hal ini terjadi akibat melemahnya sfingter (katup). Sehingga hal tersebut dapat menyebabkan iritasi pada esofagus. (Sumber; Herminahospitals.com)
³Minggat: Pergi
••••••
Nah, senengkan T-rex mas Atan nya udah respon? Nanti, nama kontaknya di ganti ya, jangan si Atan, nggak romantis 🤭
Terima kasih sudah membaca We. Jangan lupa dukung Atan dan Tyra dengan cara Like, komentar, list subscribe. Serta berikan Vote dan hadiah jika berkenan ☺️
Terima kasih,
💞💞💞
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
nobita
yeee akhirnya... bisa gandeng lengan si Atan buat ke pesta... selamat utk Tyra...
2023-10-13
1
Wiji Lestari
yuhuuu....mohon maaf baru hadir di novel ini kak viscavida...selalu top cerita nya....semangat berkarya thor
2023-04-25
1
yumin kwan
semoga ga terjadi apa2 ma mas atan waktu ketemuan trex...akunya ga rela 🤣
2023-01-10
2