Malam harinya usai makan malam, Mama Marsha dan Papa Abraham mengajak Mira untuk mengobrol bersama. Kali ini adalah pembicaraan penting yang harus mereka obrolkan bersama. Secara khusus, mengenai apa yang sudah direncanakan oleh kedua belah keluarga.
"Mama ... Papa, ada apa? Kenapa semuanya terlihat tegang sih? Apa Mira melakukan kesalahan?" tanya Mira.
Kala itu memang wajah Mama Marsha dan Papa Abraham terlihat tegang, Mira menerka mungkinkah dirinya sudah melakukan kesalahan. Hingga, Mama dan Papanya sekarang terlihat tegang dan hendak memarahinya.
"Hanya ingin mengobrol dengan kamu, Sayang," balas Mama Marsha.
"Iya, Sha ... kami ingin berbicara sama kamu. Tolong dengarkan Papa dan Mama dulu yah, setelah itu kamu bisa mengemukakan pendapatmu. Hanya saja, Mama dan Papa memiliki tujuan yang baik untuk kamu," ucap Papa Abraham di sana.
Mira yang mendengarkan Papanya dengan begitu serius akhirnya pun menganggukkan kepalanya perlahan, "Hmm, iya ... baiklah, Pa."
"Begini Mira ... Mama dan Papa sangat bangga karena kamu berhasil untuk mendapatkan kuliah dan sekaligus beasiswa ke Australia. Hanya saja, kami khawatir Nak ... di sana pergaulannya bebas. Kami tidak ingin terjadi apa-apa kepada anak kami ini. Oleh karena itu, Mama dan Papa ingin menikahkan kamu, Mira ... sekiranya ada yang menjaga kamu di luar sana adalah lebih baik. Pastinya kamu tidak akan menyesal, karena yang akan menikahimu adalah pria yang sayang sama kamu," ucap Papa Abraham.
"Menikah?"
Mira sangat tidak percaya bahwa dirinya yang baru saja berusia 18 tahun, tetapi sudah akan dinikahkan dengan seorang pria. Padahal menurut keyakinan Mira sendiri, dia bisa menjaga dirinya ketika di Australia nanti. Tidak akan mencemarkan nama kedua orang tuanya.
"Iya, Mira ... di sana minuman keras, obat terlarang, bahkan berhubungan badan di luar pernikahan sangat lazim. Tinggal di luar negeri, bukan berarti membuatmu menjadi berbeda. Pertahankan kepribadianmu yang baik, dan jangan ikut-ikutan. Biarlah ada yang menjagamu. Itu tujuan baik dari Mama dan Papa," tambah Mama Marsha.
"Kenapa Ma? Nanti pria itu akan menyuruh Mira berhenti kuliah dan punya anak gimana? Mira tidak mau."
Mira merasa takut dan tidak mau jika sampai akhirnya pria itu akan memaksakan untuk tidak sekolah dan justru memiliki anak. Dalam rencana Mira sekarang, dia masih menginginkan mengejar mimpinya. Walau bukan dari kalangan pebisnis, tapi Mira ingin menjadi pebisnis yang sukses satu saat nanti. Untuk itulah, dia mengambil program studi Bisnis di Australia.
"Tidak akan Mira ... kami kenal baik kok dengan pria itu. Yang pasti dia dan orang tuanya akan mendukung kamu seratus persen untuk belajar. Jadi, tenang saja," balas Mama Marsha.
Mira tampak menghela nafas. Rupanya inilah keinginan orang tuanya. Memintanya untuk menikah supaya ada yang akan menjaganya ketika di Australia nanti.
"Siapa pria itu Ma? Mira maunya yang seperti Papa. Pria yang selalu hebat untuk Mira sejak kecil," balasnya.
Ya, memang dari kecil sosok pria terhebat dalam hidup Mira adalah Papanya. Papa Abraham yang melimpahkan kasih sayang untuk dirinya, Marvel, dan juga Mamanya. Pria yang bekerja keras untuk bisa memenuhi kebutuhan keluarganya. Papa Abraham yang selalu mengalokasikan dana khusus untuk pendidikan Mira dan Marvel.
"Mungkin dia akan seperti Papamu," balas Mama Marsha.
Papa Abraham pun tersenyum di sana, "Cowok idola kamu belum berubah ya Mira? Masih suka yang seperti Papa yah? Walau dulu waktu kalian masih kecil, Papa sering galak," balasnya.
Dengan cepat Mira menggelengkan kepalanya, "Papa tidak galak kok. Itu wujud kasih sayang dan perhatiannya seorang Papa. Kan itu didikan Papa, Mira bisa menuai sekarang setelah sudah besar."
"Makasih Mira ... kamu memang sudah besar, anakku. Aku bisa mengerti bahwa didikan itu tidak selalu lembut, tapi kadang keras dan tegas supaya anak-anak belajar lebih giat dan mendisiplin diri," balas Papa Abraham.
"Jadi siapa calonnya Ma, Pa?" tanya Mira kemudian.
Agaknya jika memang calonnya sesuai dengan kriterianya, Mira tidak akan menolak. Pun dengan syarat dirinya diperbolehkan untuk sekolah tinggi, rasanya itu sudah cukup. Sebagai siswi yang pinter, pemikiran Mira memang logis dan realistis. Sekarang sudah bukan zamannya wanita hanya mendapatkan pendidikan dasar. Wanita bisa mengepakkan sayapnya, terbang ke angkasa. Oleh karena itu, Mira ingin menggapai apa yang dia mau melalui pendidikan.
"Kamu sudah mengenalnya," ucap Mama Marsha dengan tersenyum.
Mira tampak mengernyitkan keningnya. Dia bertanya-tanya siapa sebenarnya sosok yang dia kenal. Mengingat sebenarnya sekarang tidak banyak juga sosok pria yabg dia kenal.
"Serius Ma?" tanya Mira kemudian.
"Iya, kamu sudah kenal, Mira ... dia juga sayang kok sama kamu," jawab Papa Abraham.
"Siapa? Kasih tahu dong, Pa ... jangan membuat Mira penasaran," balasnya.
Kemudian Mama Marsha dan Papa Abraham tampak memberikan kode dan hendak menyebutkan satu nama itu bersama-sama.
"Elkan."
"Ha, Kak Elkan? Mama dan Papa serius?"
Mira merasa tubuhnya bergidik ngeri, benarkah bahwa pria yang akan dijodohkan dengannya adalah Elkan. Ya, Elkan Agastya. Sosok yang sudah dia kenal hampir selama hidupnya, hanya saja mereka berpisah untuk lima tahun ketika Elkan memutuskan sekolah di Singapura. Elkan Agastya, sosok yang selalu dipanggilnya kakak itu dan juga temannya bermain sejak kecil dulu. Benarkah harus Elkan Agastya?
"Iya, serius ... Elkan kan sayang sama kamu, Mira," balas Mama Marsha.
Mendengar kata sayang dari Elkan pun, Mira semakin bergidik ngeri rasanya. Gadis itu membayangkan suaminya adalah teman sebangkunya di kelas. Dunia terasa sempit sekali bagi Mira.
"Kamu juga sayang Elkan kan? Kakak El-nya kamu itu?" tanya Papa Abraham kemudian.
Mira tampak menundukkan wajahnya. Bingung juga, memang dia sebenarnya sayang dengan Elkan, tapi dengan kecanggungan dan hubungan yang sudah tidak lagi akrab ini membuatnya merasa bingung dengan perasaannya sendiri.
"Mama dan Papa yakin dengan Kak El?" tanyanya.
"Iya, yakin ... kamu pun akan menjadi bagian dari keluarga Agastya yang baik, Mira," balas Mama Marsha.
"Menikahnya tidak besok kan Ma?" tanyanya.
"Tidak, waktu liburan Semester 1 saja. Menikah resmi, Mira ... kami menolak menikah dibawah tangan," jawab Mama Marsha lagi.
Agaknya Mira memang harus menerima jika menikahnya dengan Elkan. Walau sekarang perasaan keduanya sama-sama tidak terungkap. Agaknya lebih baik ada Elkan yang akan menjaganya nanti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 244 Episodes
Comments
Ddek Aish
setuju nih mira sama kak elkan.ngk berontak ato gmn gt
2023-01-17
1
anypuji
surprise mira
2023-01-17
0
Nany Setyarsi
surprised ya Mira,
pasti kaget deh mau dinikahin sama kak el 🤩.
setuju ya Mira,kak el sayang bgt loh sama kamu sedari kecil 🤩🥳
2023-01-17
1