Tidak terasa waktu satu bulan sudah berlalu, kehidupan di putih abu-abu seakan terasa berjalan di tempat untuk Mira. Terlebih ketika dirinya sudah berada di kelas tiga, membuatnya Mira harus belajar lebih keras karena cita-citanya adalah ingin kuliah di luar negeri. Sebagai siswa yang pintar, Mira pun sudah pasti selalu mendapatkan nilai tertinggi untuk nilai ujian harian.
Pun dengan Mama Marsha dan Papa Abraham yang merasa bangga karena Mira begitu pintar secara kognitif. Ketika anak-anak seusianya menyukai jalan-jalan ke Mall atau tahap pendekatan untuk pacaran, tetapi Mira justru banyak menghabiskan waktunya di rumah dan tentunya untuk belajar. Sama seperti hari ini, Mira yang justru memilih berada di rumah saja untuk belajar padahal Mama dan Papanya mengajak Mira ke satu tempat.
"Mira, ayo ikut Mama dan Papa dulu ... tidak lama kok. Kita diundang ke rumah Mama Sara. Mereka ingin makan malam bersama mungkin Elkan sudah pulang dari Singapura," ajak Mama Marsha kepada Mira.
"Ma, Mira di rumah saja ya Ma ... sampaikan maaf Mira kepada Mama Sara dan Papa Belva. Soalnya besok ada ujian Matematika, Ma. Mira perlu belajar," jawabnya.
Mama Marsha pun tersenyum menatap putrinya itu, "Ikut sebentar tidak bisa?" tanya Mama Sara kemudian.
"Lain kali juga pasti ikut, Ma ... sekarang sudah kelas tiga, Ma," ucap Mira lagi.
"Oke deh, baiklah ... nanti Mama sampaikan kepada Mama Sara dan Papa Belva. Eh, gimana Elkan di sekolah? Kalian satu kelas kan?" tanya Mama Sara kemudian.
"Iya, satu kelas Ma ... ya pinter, Ma ... Kak El kan memang pinter. Makanya Mira terpacu untuk bisa bertahan menjadi yang terbaik di kelas bahkan di sekolah."
Ya, terlihat bahwa Ada ambisi yang dimiliki oleh Mira untuk bisa tetap menjadi yang terbaik di kelas dan sekolah. Sebab, memang Mira adalah juara Paralel sejak kelas 10, sehingga walau Elkan memang pintar, agaknya Mira justru menganggap Elkan sebagai rivalnya. Tidak ingin tersisih dari Elkan.
"Tidak harus menjadi juara, Mira ... kamu lulus dengan nilai baik saja, Mama sudah seneng," balasnya.
Akan tetapi, Mira justru menggelengkan kepalanya, "Mira mau jadi yang terbaik, Ma ... selain itu selesai semester ini Mira akan mengikuti Ujian A Level ya, Ma," ucapnya.
A Level atau sering disebut Level A adalah kualifikasi yang diakui secara internasional dan dibuthkan untuk masuk ke beberapa program universitas dan kesempatan untuk pelatihan profesional. Siswa biasanya belajar level A pada usia sekitaran 17 atau 18 tahun. Subjek yang akan dipelajari pada A level ini adalah Matematika, Bahasa, Sains, Ilmu Sosial, dan Seni. Bahkan ada A Level Test yang merupakan tes standarisasi yang diakui secara internasional sebagai syarat untuk masuk perguruan tinggi di luar negeri.
Mendengar keinginan Mira, Mama Marsha pun menganggukkan kepalanya, "Oke, baiklah Mira ... Mama dan Papa intinya selalu mendukung kamu. Kejar cita-citamu setinggi mungkin," balas Mama Marsha.
"Makasih, Ma ... dengan doa dari Mama dan Papa, sudah pasti Mira akan menggapai semua yang Mira cita-citakan," balasnya.
***
Keesokan harinya ....
Ujian Matematika yang akan dilakukan pada jam pertama, terasa lebih baik untuk Mira. Sebab, dia merasa otaknya masih fresh. Bahkan Mira mempersiapkan alat tulisnya juga supaya tidak ada kesalahan dan gangguan teknis karena alat tulis yang tidak benar.
Mira menatap setiap soal yang diberikan berupa Pertidaksamaan Linear, Sistem Persamaan Liner, dan Persamaan Garis Lurus. Mira sangat yakin akan bisa menyelesaikan semuanya dengan baik.
Sementara di sampingnya Elkan juga tampak mengerjakan dengan tenang. Di saat semua gaduh dan berusaha mendapat jawaban dari teman sebangku, atau yang duduk di depan bangkunya, atau dari bangku yang lain. Mira dan Elkan justru terlihat sama-sama tenang dan fokus dengan soal yang ada di depannya.
"Ayo, semuanya kerjakan sendiri-sendiri," ucap Pak Pambudi yang adalah guru Matematika mengingatkan kepada siswa untuk bisa mengerjakan sendiri-sendiri.
"Susah Pak," teriak Sonya yang kala itu memang merasa tidak bisa mengerjakan.
Kemudian Pak Pambudi pun tersenyum di sana, "Kalau kalian memperhatikan selama Bapak mengajar selama ini, pasti bisa. Itu Mira dan Elkan saja kelihatannya lancar banget ngerjainnya. Pasti mereka yang akan mendapat nilai terbaik nanti," ucapnya.
Namun, baik Elkan dan Mira memilih tenang dan fokus ke soal yang harus dia kerjakan. Kemudian Pak Pambudi memanggil nama Mira, "Kayaknya kamu mulai mendapat rival, Mira. Melihat Elkan yang serius dan tidak ada kesulitan, bisa saja dia yang menjadi rangking satu nanti," ucap Pak Pambudi.
Mira memilih tersenyum sekilas dan menganggukkan kepalanya. Ya, mungkin tidak Pak Pambudi, guru-guru yang lain pun akan mengira bahwa Mira dan Elkan adalah rival karena nilai mereka yang terpaut sedikit dan juga keduanya terlihat sama-sama cerdas di kelas.
Namun, jauh di dalam hatinya Mira ingin bersaing dengan sehat dengan Elkan. Dia sangat tahu, Elkan sudah begitu cerdas sejak dia kecil. Akan tetapi, dia rasa bisa mengimbangi Elkan. Kini, Mira justru terpacu untuk bisa belajar lebih giat dan tetap menjadi yang terbaik di sekolah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 244 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Makanya skolah tuh belajar yg bener,Jangan pacaran mulu yg kamu kejar🙄🙄
2023-03-11
0
Diana Susanti
grazy up dong kak
2023-01-13
1
Fitri
semangat kk 😘😘😘
2023-01-12
0