Dengan didampingi oleh Mamanya, Mira pun turun dari kamarnya. Semoga saja Mama Sara dan Papa Belva tidak terkejut dengan penampilan Mira yang biasa cantiknya dan khas anak remaja Ibu kota, kini justru tampil dengan kunciran dua dan kaca mata yang bertengger di hidungnya. Tampak keduanya tersenyum. Sebab, sebagai seorang Mama, Marsha pun sangat tahu bahwa putrinya pasti memiliki alasan tersendiri.
"Mama Sara ... Papa Belva," sapa Mira begitu sudah berdiri di hadapan tetangganya itu.
"Sudah siap Mira? Kamu cantik banget sih pakai kacamata gitu. Yuk, kita berangkat sekarang," balas Mama Sara yang mengajak Mira untuk masuk ke mobilnya. Sebab, mereka harus segera menuju ke bandara dan juga menjemput Elkan yang sebentar lagi tiba dari Singapura.
"Tumben kamu memakai kacamata Sayang?" tanya Mama Sara kepada Mira.
"Iya Ma ... kelihatannya matanya Mira lelah karena tadi abis baca novel," balasnya.
"Kamu justru cantik kok memakai kacamata," balas Mama Sara.
Mira pun tersenyum, benarkah bahwa dirinya justru kelihatan cantik dengan memakai kacamata. Berarti usahanya untuk tampil culun gagal dong, soalnya Mama Sara saja bilang bahwa Mira justru lebih cantik berkacamata.
"Mira sih mau berkacamata atau enggak ya cantik, Ma ... dia cantik sejak kecil," sahut Papa Belva yang kala itu mengemudikan mobilnya sendiri tanpa menggunakan supir pribadinya.
"Eiffel tidak ikut ya Ma?" tanya Mira kemudian kepada Mama Sara.
"Eiffel gak mau, Mira ... katanya mau persiapan besok masuk sekolah. Apalagi sudah kelas 3 SMP, harus bersiap dengan UANAS juga. Marvel kok tadi tidak kelihatan?" tanya Mama Sara kepada Mira.
"Oh, Marvel baru belajar memotret di studionya Papa kok Ma ... kelihatannya Marvel juga hobi dengan fotografi, sama seperti Papa. Dia bisa memotret dengan bagus juga, Ma," balasnya.
"Wah, keren yah ... bakatnya nurun dari Papa Bram yah," balas Mama Sara.
Papa Belva pun menganggukkan kepalanya, "Biasanya begitu Sayang ... Evan mirip denganku dan studi bisnis sekarang. Elkan memiliki sikap yang hangat kayak kamu, dan Eiffel yang baru SMP sudah kenal make up walau tidak bermake up. Semoga nanti anak-anak mewarisi apa yang baik dari orang tuanya," balas Papa Belva.
"Kamu suka modelling enggak Mira? Dulu Mama kamu itu model loh," tanya Mama Sara kemudian kepada Mira.
Tampak Mira menggelengkan kepalanya, "Tidak begitu suka, Ma ... nanti kalau lulus SMA mau belajar bisnis saja, Ma ... mau menjadi enterpreneurship," balas Mira.
"Bagus Mira ... nanti belajar sama Mama dan Papa Belva ini. Diajarin pelan-pelan," balas Mama Sara.
Kurang lebih satu jam mobil yang dikendarai Belva terus melaju dan sekarang mereka sudah sampai di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Papa Belva menurunkan Mama Sara dan Mira di jalur drop-off, sementara dia memarkirkan mobilnya terlebih dahulu.
"Tunggu Papa di sini dulu ya Sayang," ucap Mama Sara kepada Marsha.
"Iya Ma," balasnya.
Ya, memang keluarga Agastya sendiri, tidak ada rasa canggung bagi Mira. Sebab, keluarga Agastya sudah seperti keluarganya sendiri. Sejak kecil hubungan keluarganya dengan keluarga Agastya juga sangat baik, sehingga Mira juga bisa membawa diri dengan baik.
"Kok tinggal 1 tahun lulus, Kak El enggak sekalian lulus di Singapura sih Ma?" tanya Mira kemudian.
"Iya, dia ngebet pulang ke Jakarta. Kadang Mama itu juga bingung dengan jalan pikirannya El. Ketika dulu bisa SMP dan langsung SMA di Singapura, tetapi dia memilih istirahat belajar. Harusnya dia sudah kuliah, karena dia dua tahun darimu. Entahlah, maunya El itu apa. Padahal dia pinter, di Singapura dia juga juara kelas," balas Mama Sara.
Obrolan mereka terjeda, karena Papa Belva sudah kembali dari memarkirkan mobilnya dan menyusul Mama Sara dan Mira. Pria tampan yang menjelang usia paruh baya itu mengajak istrinya dan Mira untuk menuju ke pintu kedatangan di Bandara Internasional Soekarno - Hatta.
"Kamu masih ingat enggak sama Elkan? Sekarang dia tambah cakep loh ... sudah setinggi Papanya," balasnya.
Mira tampak mengamati Papa Belva yang dia perkirakan tingginya lebih dari 170 cm itu. Berarti memang Elkan begitu tinggi sekarang. Dulu, ketika Elkan memutuskan SMP di Singapura, seingat Mira, Elkan belum begitu tinggi.
"Sudah lima tahun, Ma ... entahlah, apa Kak El ingat sama Mira," balasnya.
"Pasti ingatlah ... kalian kan saling sayang dari kecil. Jadi, pasti ingat," balas Mama Sara lagi.
Kemudian, mereka bertiga berdiri di pintu kedatangan dan menunggu kapan pesawat dari Singapura menuju Cengkareng akan landing. Rupanya sudah terlihat bahwa pesawat sudah landing sepuluh menit yang lalu. Hingga kurang lebih lima belas menit kemudian ada seorang pemuda tampan yang berjalan ke arah Mama Sara. Pemuda berkulit putih bersih yang kala itu mengenakan celana jeans hitam, kaos putih, dan jaket hitam. Pemuda itu memanggul satu ransel di bahunya dan satu tangan yang mendorong koper.
"Itu Elkan ... El," teriak Mama Sara yang sudah menangis melihat putra bungsunya datang.
Papa Belva pun merangkul Mama Sara di sana, "Anaknya pulang malahan nangis. Mama mulai mellow," balas Papa Belva.
"Kangen Pa ... terakhir ke Singapura jengukin El, enam bulan yang lalu," balas Mama Sara.
Kemudian Mama Sara dan Papa Belva melambaikan tangannya kepada putranya itu. Rasanya bahagia menyambut putranya pulang ke Jakarta lagi.
"Mama, Papa," sapa Elkan dengan memeluk Mama dan Papa bergantian.
"Akhirnya kamu pulang ke Jakarta, El ... Mama sangat kangen kamu," balas Mama Sara dengan memeluk putranya itu.
"Jangan menangis, Mommy ... El mulai sekarang akan tinggal dengan Mama dan Papa," balasnya.
"Harusnya kamu tinggal dengan Mama ... setelah kakakmu kuliah ke London, Mama kesepian di rumah," balas Mama Sara.
"Makanya ini El pulang," balasnya.
Kemudian Mama Sara dan Papa Belva sedikit bergeser dan menarik tangan Mira, "Ingat dengan dia El?" tanya Mama Sara.
Sungguh, Mira menjadi gugup rasanya. Benarkah yang ada di hadapannya sekarang adalah Kakak Elkannya waktu kecil dulu? Lima tahun yang lalu, Elkan belum setinggi sekarang. Namun, sekarang Elkan sudah terlihat dewasa dan tampan. Mira yang berdiri hanya sepantaran dengan dagu Elkan itu memilih untuk menunduk. Kemudian Elkan, memperhatikan gadis berkacamata yang sekarang berdiri di hadapannya itu.
"Siapa Ma?" tanyanya.
"Kamu serius tidak mengenalinya?" tanya Mama Sara.
Elkan dia dan mengamati gadis itu, kemudian dia melihat dengan mata bulat yang tidak pernah dia lupakan. Namun, Elkan juga merasa sanksi karena gadis itu tampil culun dengan berkuncir dua dan mengenakan kacamata.
"Dia Mira, El ... adik kecil kesayangan kamu," balas Papa Belva.
Elkan pun tersenyum, "Hei, Mira," sapanya dengan sapaan formalitas.
"Hei Kak El," balasnya dengan menganggukkan kepalanya.
Ya, setelah lima tahun berlalu. Usia di awal belasan sudah berganti. Sekarang Elkan dan Mira sama-sama menjadi siswa SMA yang kembali dipertemukan kembali. Lama tidak bersua membuat keduanya juga tampak gugup satu sama lain. Padahal di sama kecil dulu, keduanya adalah teman sepermainan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 244 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Kayak nya sambutan sinEl dgn penampilan Mira agak gak suka tuh,pasti pikir Si Mira sekarang mmg culunngitu,wkwkwk,Ketahuan cuma mau yg cantik doang🤣🤣
2023-03-11
4
Fatma ismail
pasti canggung,,smngt Mira
2023-01-08
1
💜⃞⃟𝓛 ༄༅⃟𝐐🇺𝗠𝗠𝗜ᴰᴱᵂᴵ 🌀🖌
masih mengikuti alur cerita nya dulu Thor
2023-01-06
0