BRUG!
Nathalie menendang Felix hingga tersungkur di lantai. Mereka bertiga berada diatas atap sebuah gedung perkantoran.
Bobby mencekik leher Felix mengangkatnya ke udara dengan satu tangan.
"Pergi kamu dari sini, jangan ganggu dia lagi!" Semakin kuat Bobby mencekik leher Felix.
Felix kesakitan namun dia masih bisa melawan.
BUG!
Felix berhasil menendang Bobby hingga terpental dua meter jauhnya.
Nathalie bergegas menarik Felix dari belakang namun gagal, Bobby terbang untuk mengejar Felix yang akan kembali ke villa.
"Belum menyerah juga kau rupanya!" Bobby berhasil membawa Felix kembali ke atap gedung.
Nathalie memegang kedua tangan Felix dari belakang, sedangkan Bobby mencekik lehernya.
"Kamu salah! Darahnya tidak akan membuat kamu jadi manusia! Kita semua terlahir sebagai vampir, tidak akan bisa menjadi manusia!" Bobby menceramahi Felix.
Felix menyeringai sambil menahan sakit. "Ka.. kau yang salah. Darah wanita itu sudah tercampur zat zeronix dengan kadar diambang batas! Kau tahu kan apa maksudnya?"
Bobby mengerutkan dahi, dia tidak tahu dengan apa yang Felix bicarakan.
"Apa maksudnya?!" Nathalie juga bingung, dia tidak paham apa yang dimaksud Felix.
Felix menyeringai, dia mengumpulkan kekuatannya hingga berhasil melarikan diri, dia berteleportasi.
"Dia udah pergi, aman." Kata Nathalie.
"Nath, apa yang dimaksud?"
Nathalie menggelengkan kepala.
"Apa ada efek sampingnya kalau rutin dihisap darah oleh vampir zeronix?" Bobby mulai panik.
"Aku juga nggak paham Bob, kita telepon mamaku atau papa kamu aja. Mereka pasti tau, kamu jangan panik ya." Nathalie menepuk pundak Bobby.
"—Kita kembali ke villa, sihir tidurnya akan hilang setelah dua jam, jadi aku harus hapus semua rekaman sebelum mereka bangun." Nathalie terbang, melompat dengan lihainya menuju vila.
Bobby juga melakukan hal yang sama.
Nathalie dan Bobby kembali ke villa. Semua penghuni vila masih tertidur pulas.
Nathalie kembali ke ruang kontrol mengecek rekaman dari seluruh kamera yang aktif, dia harus menghapus rekaman video dirinya, Bobby dan Felix.
Bobby datang, "Udah dihapus semua?"
"Udah, udah lihat Stefly? Aman?" Nathalie ikut mengkhawatirkan Stefly.
"Aman."
"Syukurlah, kamu kembali ke kamar sana. Aku harus memantau keadaan vila karena semua masih tidur." Nathalie duduk di kursi kebesarannya.
"Terima kasih ya Nath."
"Udah ah jangan melow gitu, nggak seru. Sana balik ke kamar!" Nathalie mengusir Bobby.
Bobby pergi dari ruang kontrol menuju kamarnya.
Bobby berbaring di kasur, dia masih memikirkan perkataan Felix. Dia takut kalau memang benar ada efek samping yang akan membuat Stefly bahaya.
Bobby tidak bisa tidur hingga pagi hari.
"Hoam.." Bobby sedang menunggu kopi yang dibuat di mesin pembuat kopi.
"Ngantuk Bob?" Tanya Denovian.
"Iya nih."
"Aku malah merasa bangun tidur ini badannya segar bugar." Kata Denovian sambil menyeruput kopinya.
"Eh.. kirain aku aja yang gitu, aku juga merasa badan aku segar banget pas bangun tidur." Razer sedang membuat roti panggang.
Sruuuup..
Bobby menyeruput kopinya. "Aku nggak bisa tidur semalam."
"Good morning." Sapa Shina yang baru saja bergabung di ruang makan.
"Morning Shina." Jawan ketiga lelaki bersamaan.
"Mau kopi?" Tanya Denovian.
"Nggak deh, badan aku berasa enak banget bangun tidur ini jadi kayaknya nggak butuh kopi dulu." Shina mencomot roti panggang buatan Razer.
"Sama, mungkin karena suasana villa nya yang bikin tidur berkualitas. Kalau aku di rumah tidur cuman bisa lima sampai enam jam aja. Pekerjaan menanti, huft." Razer masih sibuk dengan roti panggang.
"Sama sih, aku juga gitu." Sahut Shina.
"Jadi cuman aku aja nih yang tidurnya bisa delapan jam lebih?" Kata Denovian.
"Kamu kan athlete." Shina menyenggol bahu Denovian.
"Eh.. Bob, bawa ini ke kamar Lovely." Razer memberi dua porsi roti panggang ke Bobby.
"Nggak ah.. buat apa? Nanti dia juga bakal kesini." Bobby tanpa ragu menolaknya.
"Ya udah, aku mau bawain roti ke kamar Stefly dulu." Razer membawa dua porsi roti panggang ke kamar Stefly.
BRAK!
Bobby meletakan gelasnya di meja dengan sedikit keras.
"Kaget woy!"
"Eh.. sorry Deno, aku ke kamar dulu ya." Bobby kesal dengan sikap Razer yang seolah ingin mendekati Stefly.
BAAM!!
Bobby membanting pintu kamarnya. "Apa-apaan sih si Razer, norak banget lakai bawain roti ke kamar Stefly segala."
Bobby merebahkan tubuh di kasur, lama kelamaan dia tertidur karena tidak bisa menahan kantuk.
...----------------...
Tok.. tok..
Stefly baru saja selesai mandix dia masih mengeringkan rambut namun ada seseorang mengetuk pintu kamarnya.
Stefly membuka pintu kamarnya, Razer menyambutnya dengan senyum manis dan roti yang harum diatas nampan.
"Good morning Stef." Sapa Razer.
"Morning." Stefly melirik ke nampan yang sedang dibawa Razer.
"Ini aku buat khusus buat kamu yang banyak selainya." Razer terlihat malu-malum
Stefly menerima nampan yang Razer berikan.
"Dihabiskan ya Stef, aku mau ke kamar dulu, mau mandi, dandan yang cakep dan wangi buat nge-date sama kamu nanti, bye." Razer dengan wajah malu-malunya pergi begitu saja.
Stefly tersenyum melihat kelakuan lucu Razer.
'Semoga Razer nggak benar-benae suka sama aku ya.' Batin Stefly.
Dia takut akan menyakiti perasaan Razer jika tahu dirinya dan Bobby sudah resmi berpacaran.
Stefly menutup pintu kamarnya, melanjutkan perawatan rutin di pagi hari. Dia ingin terlihat cantik untuk syuting kali ini, karen di beberapa media membuat artikel tentang riasan wajah Stefly yang terlalu polos.
"Lihat saja aku bakal dandan yang cantik." Gumam Stefly di depan cermin.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments