Syuting permainan kedua dan ketiga berjalan dengan sukses dan seru. Keenam pemain melakukan syuting dengan senang meski mereka merasa lelah karena syuting selesai pukul sepuluh malam.
"Terima kasih semua untuk syuting utama hari ini. Setelah ini adalah jam bebas, para pemain diperbolehkan melakukan kegiatan apapun. Untuk syuting penentuan pasangan besok pagi akan dilakukan pukul sepuluh pagi, terima kasih." Nathalie memberi pengumuman sebelum memberi komando pada stafnya untuk membereskan tempat syuting.
"Oiya.. aku mau masak buat camilan malam nih, kalian kalau nggak keberatan ikut makan sama aku ya di ruang makan." Kata Razer memberitahu semua pemain.
"Iya Razer, aku mau bersih-bersih badan dulu nanti aku ikut." Kata Stefly.
"Aku ikut juga deh." Bobby tidak mau Stefly dan Razer berduaan jadi dia memilih untuk ikut.
"Aku juga ikut." Lovely dan Shina juga ikut karena Bobby ikut.
"Eh.. aku juga deh." Sedangkan Denovian ikut karena Shina ikut.
"Sempurna, kalau begitu aku segera masak deh. Kalian pakai waktu buat istirahat dulu." Kata Razer bersemangat.
"Mau aku bantu?" Tanya Stefly.
"Nggak apa kok Stef, kamu bersih-bersih badan dulu saja. Aku bikinin makanan enak deh." Kata Razer.
"Uww.. Razer perhatian banget sih sama Stefly." Sindir Shina.
"Iya nih, calon pasangan kencan pertama nih." Lovely juga ikut berkomentar.
"Nggak kok, aku masak buat kalian semua. Sudah sana kalian masuk kamar aku mau langsung ke dapur." Razer pergi ke dapur sedangkan yang lain berjalan pergi ke kamar masing-masing.
...----------------...
Pukul sebelas lebih lima belas malam Stefly turun ke dapur, ternyata sudah ada Razer dan Bobby.
"Hai.. Stef, wangi banget sih kamu." Razer mulai berani menggombal.
'Chh.. belum tahu aja dia kalau dsrah Stefly lebih wangi daripada parfumnya.' Batin Bobby.
"Masa sih?" Stefly merona.
'Ini lagi cewek satu ini, dibilang wangi aja langsung klepek-klepek.' Bobby sibuk dengan pikirannya sendiri.
Tak lama pemain lain datang satu per satu. Mereka ngobrol dan makan bersama, tak terasa sudah jam dua pagi.
Stefly merasa kepalanya mulai pusing, ternyata sudah empat puluh delapan jam berlalu dari hisapan terakhir Bobby.
"Emm.. teman-teman maaf ya aku masuk ke kamar dulu. Sudah ngantuk nih." Stefly berbohong, padahal dia tahu bahwa malam ini dia tidak akan bisa tidur kalau Bobby tidak menghisap darahnya.
"Yah.. Stef, kan masih seru nih mainnya." Lovely menahan Stefly.
"Stefly curang nih takut kalah ya? Hehe.." Shina bercanda.
Mereka sedang bermain jenga stacko.
Bobby bisa merasakan bahwa Stefly sedang merasa kesakitan. "Hoaaaam.. aku juga ngantuk nih." Bobby pura-pura menguap.
"—udahan saja yuk." Ajak Bobby.
"Ya sudah besok kita juga harus syuting kan? Kita istirahat saja yuk." Ajak Denovian.
"Oke, kita udahan ya ladies." Razer membersihkan piring di dapur, sedangkan yang lain membersihkan tempat bermain.
"Stef, kamu masuk saja ke kamar. Kamu pasti pusing kan?" Bobby berbisik pada Stefly.
"Nggak apa kok Bob, nggak enak sama yang lain kalau nggak bantu beres-beres. Masih bisa ditahan kok." Stefly sedang menyapu lantai, keringat dinginnya sudah mulai bercucuran.
"Stef kamu sakit?" Tanya Lovely yang mulai memperhatikan wajah pucat Stefly.
"Emm.. sedikit pusing."
"Sudah kamu istirahat saja sana, aku yang teruskan." Lovely mengambil sapu dari tangan Stefly.
"Iya, ayo aku antar." Bobby menarik tangan Stefly membimbingnya menuju kamar.
Sampai di dalam kamar Stefly, Bobby mematikan microphone-nya, dia meminta Stefly melakukan hal yang sama.
"Kamu sampai keringat dingin gitu Stef, sakit banget ya?"
"Iya Bob, sakit banget. Belakangan sakit kepalanya langsung terasa sakit banget kalau zat zeronix-nya sudah habis." Stefly duduk di ujung tempat tidur.
"Mau aku hisap sekarang?" Tanya Bobby.
Stefly mengangguk.
Bobby berlutut di depan Stefly lalu menggigit darah Stefly di leher.
Bobby merasa jantungnya berdetak kencang, darah dalam tubuhnya mengalir lebih kencang.
'Ada apa denganku?' Batin Bobby.
Bobby menarik badannya. "Emm.. aku keluar dulu ya Stef, kamu istirahat, bye." Bobby salah tingkah, wajahnya memerah.
Bobby kembali menemui pemain lainnya yang terlihat khawatir dengan keadaan Stefly. Namun Bobby memberitahu bahwa Stefly sudah minum obat dan mau tidur.
Setelah selesai bersih-bersih semua pemain masuk ke kamar masing-masing.
Bobby melemparkan badannya ke atas tempat tidur.
"Huft.. kenapa aku jadi salah tingkah begini sih di depan Stefly?" Bobby memegang kedua pipinya.
Tok.. tok..
Bobby membuka pintu.
"Hai Bob, maaf mengganggu. Aku mau kasih lilin aroma terapi ini untuk kamu. Aku bawa dua kok, lilin ini bakal memberi sensasi tentang saat kita tertidur." Shina memberi sebuah lilin aroma terapi untuk Bobby.
"Oh.. terima kasih Shina." Bobby menerimanya.
"Kalau begitu aku balik ke kamar dulu Bob, selamat istirahat, good night Bobby." Shina pergi ke kamarnya.
Bobby menutup pintu.
"Padahal aku nggak suka bau lavender." Bobby meletakan lilin aroma terapi itu begitu saja di atas nakas, lalu kembali berbaring di tempat tidur.
Tok.. tok..
Bobby menghembuskan nafas kesal, mendengar pintu kamarnya diketuk.
Bobby kembali membuka pintu kamarnya.
"Hai Bob, aku tahu kamu pasti belum bisa tidur juga. Emm.. mau minum bareng?" Lovely memakai piyama jenis bathrobe yang talinya dibiarkan terlilit tidak kuat sehingga bagian dadanya terlihat membumbul tinggi. Dia menawarkan sebotol wine.
"Maaf ya Lovely, aku sudah mengantuk. Aku baru saja mau tidur tapi kamu mengetuk pintu." Bobby dengan tegas menolak ajakan Lovely.
"Oke deh kalau gitu, good night ya Bob, see you tomorrow." Lovely pergi.
"Hahhh.." Bobby masuk ke kamarnya, kembali berbaring di tempat tidurnya.
Tok.. tok.. tok.. tok.. tok..
Terdengar seseorang mengetuk pintu dengan brutal.
"Ya Tuhan.. siapa lagi sih?" Bobby kembali membuka pintu kamarnya.
Nathalie langsung masuk ke kamar lalu menarik Bobby.
"Apa sih Nath?"
"Stefly baik-baik saja?"
"Iya, tadi sudah aku hisap darahnya. Semakin hari darahnya semakin wangi dan manis Nath, tapi katanya sakit kepalanya terasa lebih sakit dari sebelum-sebelumnya. Apa itu efek samping dari rutin aku hisap darahnya ya Nath?"
"Mana aku tahu, aku nggak pernah hisap darah seorang manusia terus menerus. Aku peringatkan kamu ya Bob, hati-hati! Disini banyak mata dan banyak kamera!" Nathalie berkacak pinggang.
"Iya-iya, sudah sana pergi, aku mau tidur." Bobby mendorong punggung Nathalie.
"Tunggu.. tunggu.. kau mau tanya, siapa yang bakal kamu pilih besok pagi? Eh.. nggak! Aku mau kasih kamu saran, besok pilih Lovely ya? Aku yakin 10.000% dia pilih kamu."
"Nggak! Jijik aku sama dia, sudah sana kamu pergi. Hush.. hush.." Bobby mendorong tubuh Nathalie hingga keluar dari kamarnya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments