Ciuman pertama.

Stefly sedang menikmati angin malam di balkon, sambil menatap bintang-bintang yang bertaburan menghiasi langit. Stefly memejamkan mata seraya memikirkan sesuatu.

"Hai gadis, aku datang, akhirnya kita bertemu juga ya, ternyata kamu cantik juga." Felix tiba-tiba saja muncul di hadapan Stefly entah dari mana dia datang.

"Si.. si.. siapa kamu? Jawab Stefly ketakutan.

"Aku vampir, hahahaha. Aku datang untuk menghisap darahmu, hmm.. wangi sekali." Felix mendekat, Stefly langsung lari masuk ke kamar mandi, namun dengan mudah Felix menemukannya.

"Bobby tolooooooong." Stefly berteriak berharap Bobby datang menolongnya.

"Haha.. rupanya kamu dan Bobby sudah saling menyukai ya? Unik sekali, hahaha." Stefly keluar kamar mandi menuju ke dapur.

BRAAAAZT..

BRAK.. BRAKK.. BRAKKKK..

Bobby terbang, dia datang melalui balkon. Kini Bobby berhasil menyeret Felix ke rooftop gedung apartemen.

"Apa maumu?!" Bobby membanting Felix. 

"Haha.. ternyata kamu sudah jatuh cinta ya dengan manusia berdarah wangi itu? Pantas saja darahnya wangi, rupanya dia mau kamu jadikan budak darah demi cinta, haha.." Felix mencibir Bobby.

Bobby mengangkat ke udara dengan satu tangan. "Jangan berani-beraninya mengganggu dia atau kamu nggak akan selamat!" 

"Haha.. tidak akan mudah membinasakanku. Coba saja!" Felix menantang Bobby.

"—aku hanya ingin menghisap darahnya hingga aku bisa berubah menjadi manusia!"

"Omong kosong apa itu? Kamu tahu kan nggak akan ada vampir yang bisa berubah jadi manusia?!" Bobby semakin emosi menghadapi Felix.

Tiba-tiba Felix melawan, lalu mereka baku hantam hingga akhirnya Felix menyerah dan pergi.

Bobby teleportasi menuju apartemen Stefly. 

Stefly sedang memeluk dirinya sendiri sambil menangis ketakutan di sofa. Bobby mendatanginya, lalu memeluknya.

"Tenang, dia udah pergi. Ada aku disini." Bobby membelai rambut dan menepuk-nepuk punggung Stefly mencoba menenangkannya.

Lebih dari satu jam mereka di posisi yang sama hingga akhirnya Stefly mulai tenang.

"Terima kasih Bob, aku benar-benar nggak menyangka hidup aku berubah genre gini dalam waktu singkat." Stefly memandang Bobby.

"Maaf ya gara-gara aku kamu jadi diincar oleh vampir lain. Aku yang membuatmu dalam bahaya." Bobby sedih, niat baiknya berujung malapetaka.

"Jangan merasa bersalah Bob." Stefly berjalan ke dapur mengambil sebotol wine dan dua gelas wine.

"Biasanya aku minum wine saat sedang sedih, dan kacau. Mau menemani minum wine?" Stefly menuangkan wine untuk Bobby.

"Cheers." 

TING!

Stefly dan Bobby bersulang, mereka menikmati wine tanpa berkata apa-apa. Membiarkan alkohol mengalir ke seluruh tubuh mereka untuk memberi kekuatan dan keberanian.

"Bob, aku mulai pusing. Mungkin udah waktunya kamu menghisap darahku." Stefly meletakan gelas winenya.

Tanpa berkata Bobby langsung memeluk Stefly dan menghisap darahnya melalui leher. Stefly memejamkan mata, dia merasakan sengatan kecil setiap taring Bobby menembus kulitnya.

Stefly membiarkan tangannya membalas pelukan Bobby. Saat Bobby selesai melakukan ritual rutin hisap darah, tanpa aba-aba Stefly mengecup bibir Bobby.

Bobby kaget, dia tidak menyangka Stefly melakukan hal itu.

"Stef?"

"Manajerku bilang kalau mau memastikan gimana perasaan kita pada seseorang bisa dengan cara menciumnya, nanti hati kita akan tahu jawabannya." Stefly tersenyum, wajahnya memerah karena sedikit mabuk. Alkohol sudah merasuki jiwanya, membawa keberanian diatas rata-rata.

"—tapi sepertinya nggak berlaku buat hatiku deh. Nyatanya setelah mencium mu aku juga masih bingung dengan perasaanku sendiri." Stefly memandang wajah Bobby.

"Manajer kamu benar sih, cuman kamu aja yang salah teknik. Yang tadi namanya bukan mencium, begini nih ciuman yang benar." Bobby menarik pinggang Stefly lalu mencium bibir Stefly dengan lembut, Stefly memejamkan mata, dia menikmati ciumannya dengan Bobby.

Cukup lama mereka memastikan bagaimana perasaan mereka hingga akhirnya Stefly melepaskan diri.

"Hoam." Stefly tidak bisa menahan kantuk yang tiba-tiba datang. Bobby tertawa kecil.

"Sana masuk kamar tidur, aku akan berjaga di sini." Kata Bobby.

"Benar ya Bob jangan pergi?" Stefly masih merasa tidak aman. 

Bobby mengangguk.

"Hoam.. aku ngantuk banget, aku tidur ya Bob. Good night." Akibat zat zeronix yang sudah mengalir di tubuhnya ditambah beberapa gelas wine membuat tubuh Stefly benar-benar terasa relax dan mengantuk. Stefly masuk ke kamarnya, sedangkan Bobby masih melanjutkan minum wine.

Malam itu menjadi malam yang tidak akan bisa Bobby lupakan.

...----------------...

Sniff.. sniff..

Stefly mulai terusik tidurnya karena bau masakan yang wangi. Dia menggeliat di atas kasur, matanya mulai terbuka, melihat jam di atas nakas.

08:40 AM.

"Udah pagi ya ternyata? Hoam." Stefly mulai mengingat-ingat kejadian semalam, lalu terputarlan semua adegan dirinya dan Bobby yang sedang berciuman.

"Hahh.." Stefly menutup mulutnya.

"Aku dan Bobby? Aaaaak.." Stefly berteriak, dia baru sadar telah melakukan sebuah langkah besar.

Stefly turun dari tempat tidur mengendap-endap keluar kamar. Stefly menuju meja makan karena mencium bau enak.

Ternyata satu piring spageti dan jus melon sudah terhidang. Ada sebuah note di meja, Stefly mengambilnya.

'Jangan sampai ada sisa ya. Aku udah susah-susah masak. Aku pergi dulu, hubungi aku kalau kangen.'

Stefly senyum-senyum sendiri, begitu manis perlakuan vampir tampan itu padanya.

"Jadi kita udah jadian apa belum ya kalau udah begini? Hmm.. masa aku harus tanya sih ke Bobby? Tapi kalau nggak tanya nggak ada kejelasan dong? Gimana ini?" Tiba-tiba Stefly galau dengan kepastian hubungannya dan Bobby.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!