Stefly? Kenapa lagi sih dia?” Nathalie melipat kedua tangannya di dada.
“Setelah syuting bagian kedua selesai aku mau ke L.A dua atau tiga hari, ada kerjaan disana. tolong jagain Stefly ya?” Bobby memasang senyum manis.
“Jijik banget sih, nggak bakal ngefek apa-apa sama aku mau kamu pasang muka seimut marmut juga nggak akan ngefek. Nggak! Aku sibuk!” Nathalie melangkah, berniat meninggalkan Bobby.
“Ets.. tunggu.. tunggu.. aku bakal kenalin kamu sama teman aku. Orang L.A, cakep, dia seorang bartender yang mau cari kerja di kota ini katanya.” Bobby mengeluarkan jurus yang sulit ditolak Nathalie.
“Aku nggak semata keranjang itu ya.” Nathalie kembali berniat meninggalkan Bobby, tapi kali ini Bobby menarik tangannya.
“Bau darahnya lumayan wangi, serius. Badannya kekar, uhh.. pokoknya. Gimana?” Bobby berbisik di dekat telinga Nathalie.
Nathalie menelan ludahnya.
“Jagain gimana sih Bob? Aku ini punya kerjaan lho Bob, aku sibuk!”
“Biarin Stefly sama kamu tiap malam, ajak dia kemanapun kamu pergi, kalau malam aja. Dan, ehm.. minta tolong hisap juga darahnya, supaya dia nggak menderita.”
Nathalie memicingkan matanya, “Kali ini aku bantu kamu, lain kali kau harus membayarnya. Udah ya, aku sibuk, minggir.” Nathalie mendorong badan Bobby.
Bobby berjalan keluar, menuju mobilnya. “Udah beres urusan dengan Nathalie?” Tanya David.
“Beres.” Bobby terlihat lesu.
“Huft.. kenapa lagi sih Bob?” David semakin tidak mengerti kenapa sikap Bobby belakangan berubah drastis.
Bobby menutup wajahnya dengan handuk kecil, David hanya bisa menggeleng kepala melihat kelakuan Bobby.
...----------------...
Bobby meneguk segelas jus jeruk, dia duduk di sofa, tangannya sibuk mengganti film di Netflix. “Nggak ada yang bagus.” Bobby merasa bosan, selama berada di negara ini semua kegiatan terasa membosankan jika tidak bersama Stefly.
Bobby tidak bisa menahannya, dia ingin bertemu Stefly, dia pergi ke apartemen Stefly, namun ternyata dia sudah diusir sebelum masuk. Di depan pintu apartemen Stefly sudah tergantung sebuah peringatan ‘Don't disturb, Sorry, I'm in duty!’
Bobby pulang ke apartemennya dengan wajah murung, rindunya masih harus diperpanjang. Bobby kembali ke apartemennya, menyalakan musik dengan volume keras lalu bermain game di ponsel.
“Argh! Gara-gara nggak fokus, main game receh gini aja kalah, malas banget sih, huh.. Stefly udah selesai belumnya?” Bobby berjalan mondar-mandir, namun akhirnya dia benar benar tidak bisa menahan keinginannya bertemu Stefly, dia berteleportasi ke apartemen Stefly.
CLING!!
“Arrrrrgh…” Stefly kaget saat Bobby tiba-tiba muncul di depannya seperti lalat.
“Hai Stef.” Bobby memasang wajah tanpa dosa.
Stefly menghentikan syutingnya. “Kamu nggak bisa begini Bob, bikin kaget aku, nanti kalau aku jantungan gimana?”
“Maaf Stef, habisnya kamu lama. Aku tadi udah kesini tapi pulang lagi karena kamu nggak mau diganggu.” Wajah Bobby seperti anak TK yang ditinggal ibunya.
Stefly tersenyum, dia tidak tahan melihat wajah imut kekasihnya itu, Stefly mencium pipi Bobby.
CUP!
Pipi Bobby merona.
“Ada apa Bob?” Stefly duduk di sofa.
“Ooiya.. Nathalie udah setuju untuk bantu aku jagain kamu selama aku di L.A.”
“Apa? Ih.. kenapa sampai dititipin begitu sih? Aku kan bukan anak kecil Bob.” Stefly merasa tidak enak jika harus merepotkan orang lain.
“Aku takut da vampir yang mendatangi kamu lagi Stef. Jimat penangkal vampir yang aku beli belum sampai, jadi mau nggak mau kamu harus aku titipka ke Nathalie, cuman dia yang bisa jaga kamu.” Bobby membelai rambut Stefly.
Stefly diam sejenak, dia tahu bahwa Bobby mengkhawatirkannya, tapi bersama orang yang belum terlalu dikenal adalah hal yang tidak biasa baginya.
“Tenang aja Nathalie orangnya santai kok, walau terlihat galak tapi dia baik kok.”
Stefly menghembuskan nafas kasar, mau tidak mau dia harus menerima bantuan dari Nathalie.
“Nanti Nathalie juga akan hisap darahmu.”
“APA?! Nggak ah Bob, geli!” Di otaknya terbayang adegan Nathalie menghisap darahnya.
“Emm.. Nathalie akan menggigit darah dari tangan kok bukan leher.”
“Bisa?”
“Emm.. sebenarnya di bagian manapun bisa.”
“Terus kenapa selama ini kamu selalu hisap di leher aku?”
Bobby salah tingkah, dia bingung mau menjawab apa. “Ya, biar romantis aja(?)”
Stefly menggeleng kepala heran.
Stefly dan Bobby berbincang cukup lama hingga tengah malam, sebelum pulang Bobby tidak lupa menghisap darah Stefly. Mereka sempat berciuman sebelum Bobby pulang ke apartemennya.
...----------------...
Tok.. tok.. tok..
“Stefly bangun! Stef! Stefly bangun! Aku butuh konfirmasi dari kamu! Bangun!” Vreya menggedor-gedor pintu kamar Stefly.
“Argh!” Stefly terbangun dari tidur nyenyaknya. “Kenapa sih kak?”
Vreya menarik tangan Stefly membawanya ke sofa memperlihatkan laptopnya, Vreya memutar sebuah video.
“Hahh!” Tiba-tiba kesadaran Stefly kembali seratus persen saat melihat video dirinya dan Bobby sedang berciuman, ternyata semalam kamera belum mati, dan merekam dirinya dan Bobby.
“Buka itu yang bikin aku kaget, tapi ini.” Vreya memutar video saat Bobby menghisap darah Stefly. Stefly semakin tidak bisa berkata-kata, dia sudah ketangkap basah!
“Ini apa Stef?” Vreya melotot meminta penjelasan pada Stefly.
“Emm.. oke kak, aku cerita sebenarnya, ini mungkin terdengar nggak nyata tapi ini nyata, real!” Stefly menguncir rambutnya memasang wajah serius.
“Apa?”
“Bobby itu sebenarnya seorang vampir kak”
Mata Vreya melotot sebesar kelereng, lalu dia tertawa terbahak-bahak, menurutnya apa yang Stefly katakan terdengar sangat tidak masuk akal. “Vampir? Saudaranya Edward Cullen? Haha.”
Stefly membiarkan Vreya menertawakannya.
“Emm.. nggak mungkin kamu serius kan Stef? “ Sebelah alis Vreya terangkat.
Akhirnya Stefly menceritakan apa yang sudah dia lalui bersama Bobby, selama hampir tiga jam mereka membahas semuanya, Vreya seperti seorang penulis yang sedang research untuk mengumpulkan bahan menulis, semua hal ditanyakan, jika Stefly tidak tahu jawaban dari pertanyaannya Vreya meminta Stefly untuk menanyakannya pada Bobby. Vreya benar-benar penasaran dengan sosok Bobby setelah tahu siapa dia sebenarnya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments