Mobil Bobby berhenti di baseman. Stefly dan Bobby sama-sama keluar dari mobil. Keduanya berjalan berjauhan karena merasa canggung.
Bobby berjalan di belakang Stefly, menuju lift. Stefly menggigit bibir bagian bawahnya.
"Emm.. Stef. Jangan merasa terbebani ya sama pernyataanku tadi. Aku nggak akan paksa kamu buat jawab kok. Aku juga masih tetap mau bantu kamu." Akhirnya Bobby mengeluarkan kata-kata, dia ingin Stefly tetap merasa nyaman bersamannya, tapi bagi seorang wanita yang sudah mendengar pernyataan seorang pria pada dirinya tidak akan bisa seperti biasanya.
TING!
Pintu lift menyelamatkan Stefly.
"Aku bakal pertimbangkan Bob, bye." Begitu pintu lift terbuka Stefly langsung berlari masuk ke apartemennya, secepat kilat menghindari Bobby.
Bobby tertawa kecil melihat kelakuan Stefly. "Lucu sekali kalau baru malu. Semoga dia tetap bisa nyaman bersamaku."
...----------------...
Stefly sedang mengeringkan rambut sehabis mandi. Dia melamun menatap bayangan dirinya di cermin.
"Hahh.. lagi-lagi kepikiran Bobby. Gimana dong?" Stefly membanting badan di tempat tidur.
Stefly melirik jam di atas nakasnya, sudah larut malam.
23:10 PM
"Pantas saja aku nggak bisa tidur, sudah waktunya dihisap oleh Bobby. Tapi gimana dong? Masa mau tiba-tiba minta dihisap sih?" Stefly menendang-nendang selimut hingga terjatuh.
...----------------...
Bobby juga tidak bisa tidur, dia kepikiran karena sudah saatnya dia menghisap darah Stefly. Bobby berjalan mondar-mandir di ruang tamu, dia menunggu panggilan Stefly. “Kenapa dia nggak menghubungi aku sih? Nanti dia nggak bisa tidur dong?” Bobby merasa tidak tenang, akhirnya dia menghubungi Stefly.
“Halo Stef? Kamu baik-baik saja?” Tanya Bobby.
“Emm.. sebenarnya aku mulai sakit kepala sih.”
“Aku ke situ sekarang.” Bobby langsung berjalan keluar menuju apartemen Stefly.
“Emm.. iya.” Stefly tidak bisa menolaknya karena sudah merasa tidak nyaman dengan sakit kepala yang dia rasakan.
Bobby menekan bel apartemen Stefly. Stefly membuka pintu lalu mempersilahkan Bobby masuk ke apartemennya, lalu tiba-tiba..
“Stef?” Bobby kaget karena Stefly tiba-tiba pingsan, untuk saja ia langsung sigap menangkapnya. Bobby langsung membawa Stefly ke tempat tidur lalu menghisap darahnya.
“Dia kenapa sih? Sesakit itu ya?” Bobby menyeka keringat di dahi Stefly. Bobby memantau keadaan Stefly untuk beberapa jam, namun karena mengantuk Bobby malah ketiduran di kursi.
Pukul 03:10.
Stefly terbangun karena merasa kedinginan, dia melihat Bobby tertidur di kursi kamarnya. Stefly mengambil selimut untuk menutupi badan Bobby.
“Gimana kalau dia udah nggak di negara ini lagi? Apa aku harus menderita terus karena penyakitku ini?” Stefly memandang wajah polos Bobby saat tidur, dia seperti bayi saat tidur.
“Hoam..” Stefly masih mengantuk, dia akhirnya kembali tidur.
...----------------...
Stefly bangun pukul delapan pagi, Bobby sudah tidak ada di kamarnya, selimutnya sudah terlipat rapi. “Dia pulang jam berapa ya?” Stefly penasaran.
“Stef?” Stefly kaget mendengar suara Vreya dari luar kamar.
“Lho udah sampai disini aja kak?”
Vreya sudah sibuk dengan barang-barang endorse yang datang. “Setelah kamu ikut ‘Dare to Date?’ endorse yang masuk gila-gilaan Stef. Sampai empat kali lipat lho, bulan depan kita naikin ya harga endorse kamu.” Vreya sedang memilah-milah produk endorse.
“Terserah kakak aja, aku ngikut kakak. Aku mandi dulu ya kak.”
“Eh.. tunggu Stef, foto satu endorse dulu, soalnya udah janji bakal upload jam sembilan pagi.” Vreya menahan Stefly.
“Tapi kan aku belum mandi kak?”
“Nggak ngefek, ini endorse handcream kok, butuh jari-jari indahmu aja.” Vreya menarik Stefly duduk di sofa.
Stefly menuruti Vreya, mereka melakukan pemotretan tangan untuk endorse hand cream.
“Ooiya.. tadi di taman aku ketemu sama Bobby, ditanya gimana keadaan kamu? Memang kenapa sih?”
“Oh.. nggak apa kok. Ooiya.. kemarin aku syuting kolaborasi sama Razer lho kak.” Stefly mengalihkan pembicaraan agar Vreya tidak bertanya lagi.
“What? Kenapa nggak bilang dulu ke aku sih Stef? Kan kolaborasi harus di tarifin juga.”
“Hush.. jangan komersil-komersil gitu deh kak.”
Pemotretan selesai mereka berdua melanjutkan obrolan di ruang santai. Vreya membuka laptop dan ponselnya untuk kebutuhan edit foto.
“Emm.. kak, ada yang mau aku ceritain nih.” Stefly duduk di sofa, kedua kakinya ditekuk sambil memeluk bantal sofa.
“Apa? Pasti soal komentar-komentar kontra soal kamu ikut ‘Dare to Date?’ ya? Udah nggak usah dipikirin, hempas aja!” Vreya fokus pada layar laptop.
“Bukan itu, aku nggak masalah soal komentar orang. Bodo amat kak. Ini soal aku kok kak, dan… ehem.. Bobby.”
“Bobby? Kenapa dengan Bobby?”
“Jangan kaget ya kak.”
“Ih.. apa sih Stef? Bikin penasaran aja, buruan cerita.”
“Bobby bilang kalau dia suka sama aku kak.”
“WHAT? Serius Stef? Wow! Gila.. gila.. seorang Stefly disukai oleh artis internasional? Bravo!” Vreya tepuk tangan.
“Apaan sih kak?” Wajah Stefly merona.
“Terus kamu jawab apa?”
“Emm.. belum jawab kak.”
“Terus bakal kamu jawab apa Stef?” Vreya pindah duduk di sofa.
“Emm.. nggak tahu kak, aku nggak yakin sama diri aku sendiri.”
“Kenapa nggak yakin?”
“Aku nggak tahu kak aku tuh sebenarnya suka atau nggak sama Bobby.”
“Mau aku kasih saran nggak Stef?”
“Apa kak?”
“Cium aja dia, nanti kamu pasti bakal dapat jawabannya.”
Pipi Setfly semakin merona, “Udah ah.. aku mau mandi dulu kak.” Stefly lari menuju kamar mandi menghindari Vreya.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Agusrita Wijayanti
wah....stefly mulai jatuh cinta nich ....setuju thor 👍🤗
2023-01-20
0