7. Pagi Panas

Pagi menjelang, saat Maryati membuka matanya pelahan terbangun dari tidurnya karena cahaya matahari pagi yang telah menerobos masuk ke dalam kamar dari kaca jendela dan juga ventilasi di atas jendela,

Maryati tampak menggeliat sejenak seraya bangun dari berbaringnya, lalu ia menoleh ke samping kirinya, di mana biasanya sang suami tidur di sana,

Tapi...

Kosong.

Pagi ini ia tak ada di sana, Maryati tentu saja seketika perasaannya tidak enak, iapun cepat turun dari atas ranjang tidurnya, keluar dari kelambu tipis yang melindunginya sepanjang malam dari serangan nyamuk,

Maryati dengan tergesa-gesa berjalan menuju pintu kamar dan keluar dari kamarnya mencari Dadang, suaminya.

"Paaah... Paaaah..."

Maryati memanggil dengan sedikit panik,

Suasana di ruang TV di depan kamar Maryati tampak sepi, Maryati pun menuju ruang depan yang kini tampak jendela dan pintu utama sudah terbuka lebar,

Maryati berjalan cepat ke arah pintu sambil menoleh ke sana ke mari,

"Paaaah... Paaah..."

Maryati terus memanggil sang suami, hingga kemudian Maryati melihat Intan yang tengah menyapu halaman dan sepertinya baru selesai merapikan tanaman juga,

Maryati tergesa keluar ganti memanggil Intan, asisten rumah tangganya yang baru datang kemarin sore,

"Intan... Intaan, kamu lihat Pak Dadang?"

Tanya Maryati pada Intan,

Maryati semakin panik karena ia tak melihat mobil Dadang di halaman rumah,

Intan menghentikan kegiatannya sejenak, lalu membungkuk sopan ke arah sang Nyonya,

"Pak Dadang, ke mana dia?"

Tanya Maryati,

"Tadi pagi-pagi sekali saat saya masak sarapan beliau pamit keluar sebentar Nyonya,"

Jawab Intan,

"Ke mana?"

Tanya Maryati yang tampak langsung gelisah,

Intan sejenak menatap wajah Maryati yang sebetulnya biasa saja, tapi entah kenapa begitu beruntung mendapatkan suami setampan Pak Dadang,

Ah, bukan hanya tampan, tapi juga sukses dan sepertinya sangat mencintai Maryati,

"Ke mana Intan? Pak Dadang ke mana?"

Tanya Maryati mulai seperti panik,

Intan yang sejatinya tahu Dadang sedang ke mana karena tadi memang laki-laki itu telah berpesan padanya agar disampaikan pada Maryati, namun entah kenapa Intan rasanya tidak ingin menyampaikan pesan itu,

Intan justeru memilih menggeleng saja, dengan wajah polosnya ia seakan sungguh tak pernah mendengar Dadang memberikan pesan agar disampaikan pada sang isteri,

"Astaga, ke mana dia? Tidak biasa-biasanya dia begini..."

Gumam Maryati semakin gelisah, karena melihat Intan menggeleng,

Maryati pun lantas masuk ke dalam rumah lagi, ingatannya terus ke peristiwa semalam di mana Dadang mencoba mengajaknya beraktivitas di tempat tidur karena telah lama mereka tak melakukan,

Apa karena itu? Apa karena ia menolak lalu Mas Dadang kini pergi pagi-pagi sekali tanpa pamit padaku?

Ah ke mana dia? Ke mana dia?

Maryati masuk ke dalam rumah dan kembali ke kamarnya, ia menuju lemari pakaian, memastikan Dadang tak membawa baju-bajunya,

Maryati, perempuan itu begitu panik hingga seluruh keringat dingin bahkan keluar dari tubuhnya,

Bayangan yang tidak-tidak atas suaminya di luar sana yang pergi seolah tanpa pesan membuatnya semakin tak karuan perasaannya,

Maryati menatap isi lemari pakaian di bagian-bagian yang berisi baju-baju milik Dadang,

Merasa tak ada yang berkurang, Maryati lantas keluar kamar lagi, kali ini menuju ruang kerja,

Ruang kerja terlihat masih ada beberapa berkas di atas meja kerja Dadang yang sepertinya ia kerjakan semalaman,

Maryati menghampiri meja kerja Dadang, memperhatikan setiap lembar kertas yang ada di atas meja kerja ruangan tersebut,

Tak ada yang mencurigakan, semua seperti biasanya saat suaminya lembur semalaman suntuk,

Ah ke mana dia sebetulnya? Maryati nyaris menangis karena saking kesalnya,

Hingga...

Tiba-tiba terdengar suara mesin mobil yang sepertinya memasuki halaman rumah,

Posisi ruangan kerja yang memang bisa dengan mudah melihat ke halaman depan dari kaca jendelanya membuat Maryati seketika berlari ke sana,

Dan...

Astaga, Maryati sampai harus mengelus dadanya yang sempat terasa begitu sesak,

Tampak kini Dadang turun dari mobil, ia lantas langsung berjalan melewati Intan yang masih menyelesaikan pekerjaannya dan langsung masuk ke dalam rumah,

Maryati yang melihat sang suami dari kaca jendela kamarnya akhirnya cepat keluar dari kamar kerja dan langsung menemui Dadang,

"Pah, dari mana sih? Kamu pergi ke mana? Kenapa tidak membangunkan aku? Kenapa tidak pamit?"

Serentetan pertanyaan seketika Maryati sampaikan pada Dadang yang baru saja masuk ke dalam rumah,

"Harusnya kalau mau pergi jangan nyelonong saja dong Pah, akunya khawatir, aku..."

Maryati tampak begitu emosional, namun Dadang yang sepertinya begitu mengerti dengan kejiwaan Maryati hanya tampak tersenyum saja,

Dadang mendekati isterinya yang masih terlihat begitu kesal,

Dadang, laki-laki itu menghampiri isterinya, untuk kemudian ia raih ke dalam pelukan,

"Sudah, jangan khawatir lagi, aku kan sudah pulang,"

Kata Dadang lembut, membuat hati Maryati pelan membaik,

"Aku tadi sudah pesan ke Intan, kalau Nyonya bangun, sampaikan kalau aku ke stasiun sebentar untuk beli tiket,"

Dadang membelai rambut Maryati yang panjang melewati bahu,

Mendengar jawaban Dadang, membuat Maryati seketika langsung ingat Intan yang tadi ditanya tampak menggeleng,

"Tapi... Kenapa Intan tidak mengatakan apa-apa,"

Gumam Maryati,

"Hmm Kenapa Mah?"

Tanya Dadang yang tak begitu jelas mendengar gumaman Maryati,

Tapi...

"Ah, ke stasiun beli tiket? Untuk siapa? Kamu Pah? Mau ke mana?"

Kembali Maryati menghujani Dadang dengan pertanyaan lain yang begitu banyak, mengalihkan pembahasan karena ia mulai berpikir bisa jadi Intan memang lupa atau tidak mendengar dengan jelas,

Dadang pun kemudian merenggangkan pelukannya sebentar, di tatapnya wajah sang isteri yang sungguh teramat ia cintai,

"Sayang, semalam Dina telfon,"

Kata Dadang kemudian,

"Dina? Kenapa?"

Tanya Maryati langsung kembali panik,

"Kamu harus pulang hari ini, makanya aku belikan tiket agar kamu bisa pulang dan naik kereta saja agar kamu aman,"

Kata Dadang,

"Pulang? Ke Jawa? Apa ada sesuatu yang terjadi Pah? Ibu... Kenapa dengan Ibu?"

Maryati semakin terlihat panik,

Dadang yang sudah hafal betul dengan kebiasaan Maryati yang mudah panik lalu histeris, kini langsung terlihat meraih Maryati lagi ke dalam pelukannya,

"Tidak ada apa-apa Mah, Dina hanya memintamu pulang sebentar, Ibu ingin ketemu katanya,"

Ujar Dadang pada Maryati yang kini ada dalam pelukannya,

"Benarkah hanya itu? Ibu sungguh hanya ingin bertemu aku?"

Tanya Maryati lirih,

Dadang tampak mengangguk, ia mengeratkan pelukannya, bersamaan dengan itu Intan masuk ke dalam rumah, mendapati kedua majikannya tengah berpelukan di depan kamar kerja Datang membuat Intan pun buru-buru melewati mereka,

Intan cepat langsung menuju dapur, namun matanya sesekali masih terlihat mencoba mencuri pandang ke arah Dadang yang tampak mencium bibir istrinya,

Sejenak Intan yang melihat hal itu tampak jadi gelisah sendiri, ia cepat menuju dapur, namun karena di dapur memang sudah ia bersihkan, maka Intan pun pindah ke belakang rumah di mana di sana ada tempat untuk mencuci pakaian dan juga ada tanah yang tembusan ke halaman samping dan juga bisa langsung ke halaman depan,

Intan duduk di bangku kecil untuk bersiap mencuci baju kotor majikannya yang sudah ia rendam,

Namun saat ia mengambil salah satu baju yang ternyata milik Dadang, perasaannya jadi kembali tak karuan,

Laki-laki tampan itu, entah kenapa rasanya begitu menggodanya.

...****************...

Terpopuler

Comments

Habibie Raisa

Habibie Raisa

si alan memang i ntan setan

2024-01-27

0

◉✿✪⃟𝔄ʀⓂ️𝐚𝐰𝐚𝐫✿◉

◉✿✪⃟𝔄ʀⓂ️𝐚𝐰𝐚𝐫✿◉

Mulai g beres itu pembantu lucknut y, bilangnya g tau lagi...

2023-02-03

2

◉✿✪⃟𝔄ʀⓂ️𝐚𝐰𝐚𝐫✿◉

◉✿✪⃟𝔄ʀⓂ️𝐚𝐰𝐚𝐫✿◉

Mulai g beres ini pembantu y

2023-02-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!