Dadang menuntun Maryati masuk ke dalam rumah tatkala perempuan itu sudah mulai tenang,
"Aku bantu bersihkan semuanya, setelah itu kamu pulanglah ke rumah Ibu lagi, hiduplah seolah tak pernah terjadi apa-apa, mengerti?"
Tanya Dadang pada Maryati yang kini terlihat seperti linglung,
Dadang membawa Maryati ke kamar mandi rumahnya yang dekat dapur, memandikannya sampai benar-benar bersih tanpa bercak darah dan juga berbau wangi tanpa meninggalkan bekas jejak aroma anyir darah di sana,
Baju yang Maryati kenakan, yang dipenuhi darah ia masukkan ke dalam kantong kresek,
"Aku bantu berkemas, semua baju-bajumu aku akan akan kemasi, kamu duduklah di ruang tengah rumah, ya,"
Kata Dadang lagi,
Maryati diam saja, ia hanya bergerak sesuai perintah seperti robot,
Hari telah mulai mendekati subuh, Dadang kembali ke halaman belakang, mencangkul tanah sekuat tenaganya, dengan sambil menangis karena hatinya hancur sehancur-hancurnya ia kemudian membungkus mayat Intan dengan selimut dan kain,
Bagaimanapun, gadis itu beberapa hari ini telah ia nikmati tubuhnya, dan kini akhirnya tak lagi bernyawa dengan luka parah di sekujur tubuhnya, bahkan wajahnya,
Dadang memasukkan mayat Intan ke dalam lubang yang ia gali selama tiga jam lebih sendirian, tepat saat adzan subuh berkumandang mayat Intan berhasil ditimbun tanah,
Esok ia akan membeli semen dan pasir, lalu seluruhnya akan ia semen agar tak lagi ada lagi jejak di sana. Begitulah Dadang berniat.
Pukul tujuh pagi, Dadang mengantar Maryati ke stasiun, ia memutuskan agar Maryati segera pulang ke kampungnya saja,
Di stasiun, sebelum Maryati masuk ke dalam kereta, Dadang tak henti-hentinya menciumi kening isterinya, berkali-kali menangis sambil memeluknya dengan erat,
"Hiduplah bahagia, jangan salah memilik laki-laki lagi,"
Bisik Dadang di pelukannya yang terakhir karena bersamaan dengan itu peluit telah terdengar,
Maryati hanya menatap kosong suaminya, hatinya telah dingin seluruhnya,
Ia tak lagi mengenal cinta dalam hatinya, semuanya telah mati, semuanya sirna bagai buih di lautan,
Maryati berjalan ke arah kereta dan nasik tanpa menoleh lagi, seorang petugas membantu membawakan dua koper besar milik Maryati di belakang perempuan tersebut,
Dadang menangis sambil bersandar pada sebuah pilar besar yang ada di sana,
Membiarkan diri tenggelam dalam kesalahan yang jelas bukan kesalahan kecil membuatnya kini seperti tertindih tumpukan batu-batu besar yang sangat berat,
Kereta bergerak pelahan meninggalkan stasiun, dan kemudian melesat tak terlihat lagi,
Dadang memegangi dadanya yang sakit, semua terjadi hanya dalam hitungan jam, benar-benar seperti mimpi,
Sayangnya, mimpi itu adalah mimpi buruk, yang membuatnya akan terus hidup dalam penyesalan dan ketakutan yang mungkin tak akan pernah berujung.
Dadang berjalan gontai keluar dari stasiun, ia tampak menuju mobilnya,
Bayangan Maryati dan juga Intan yang pernah duduk di dalam mobilnya itupun seolah terlihat jelas,
Bagaimana mereka tersenyum, bagaimana mereka menyambut Dadang saat mereka diminta menunggu sebentar di mobil,
Dadang meneteskan air matanya lagi, tergesa menuju mobilnya untuk kemudian akan pergi ke toko bangunan.
...****************...
Bertahun berlalu setelah itu,
Rumah Dadang yang merupakan tinggalan salah satu keluarganya yang menikahi Bule dan pergi tak mau kembali ke negaranya lagi, akhirnya memutuskan meninggalkan rumah itu pula,
Dadang pindah ke pulau terpencil di negara ini hingga akhirnya ia meninggal terkena malaria,
Sementara Maryati, tiga tahun setelah melahirkan, akhirnya menikah lagi dengan laki-laki lain, ia pindah ke satu daerah yang mana suaminya bertugas karena merupakan pegawai negeri,
Maryati tampak hidup normal seperti kebanyakan orang, ia sama sekali tak menunjukkan jika ia bersedih ataupun apa atas semua yang terjadi,
Hanya saja, ia memiliki kebiasaan baru, yang mudah membunuh binatang-binatang di sekitar rumah, yang biasanya kebanyakan perempuan akan takut,
Maryati juga masih sama pendiam, ia juga orang yang tidak pandai mengekspresikan apa yang dirasakannya,
Ia seringkali juga terkesan sangat dingin dan sama sekali tak suka diganggu jika ingin sendiri,
Beruntung suaminya merupakan laki-laki yang berkepribadian hangat, hingga anak yang dilahirkan Maryati bisa tumbuh dengan baik karena suami baru Maryati mampu menjadi sosok ayah yang sangat baik untuk anak Maryati, meskipun dia bukan darah dagingnya.
Suami baru Maryati kemudian meninggal yang selanjutnya disusul oleh anak Maryati dan juga menantunya.
Jadilah Maryati hidup sendirian, dan bersama seorang cucunya hingga hari ini.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
juwita
si nenek itu berarti maryati
2023-03-07
0
◉✿✪⃟𝔄ʀⓂ️𝐚𝐰𝐚𝐫✿◉
Miris y kisah hidup Maryati
2023-02-03
1
◉✿✪⃟𝔄ʀⓂ️𝐚𝐰𝐚𝐫✿◉
Buang juga itu mobilmu, Dang... sudah bekas kan
2023-02-03
1