"Maaf aku tidak memberitahu lebih dulu, pasti kamu kaget tadi,"
Kata Dadang pada Maryati saat malam harinya,
Maryati yang telah berbaring di atas tempat tidur tampak menyunggingkan senyuman,
"Tidak apa Pah, aku tahu kamu melakukannya karena mengkhawatirkan aku, kamu lupa memberitahu pun karena kamu sibuk bekerja yang hasilnya untuk aku, maka kenapa aku harus marah,"
Ujar Maryati,
Dadang mengangguk dan tersenyum lega,
Ia menatap isterinya dengan lembut, ia nyatanya sangat menyayangi dan mencintai Maryati,
Meski mereka menikah karena perjodohan, tapi Dadang begitu dikenalkan sosok Maryati oleh orangtuanya langsung merasa cocok,
Maryati adalah perempuan yang pendiam, ia tak terlalu banyak bicara dan tak suka keluar rumah, ia lebih banyak menghabiskan waktu di dalam rumah untuk beres-beres atau kadang membuat kerajinan,
Kadang ia merajut, kadang ia menjahit kain-kain perca yang sengaja ia beli dari tukang jahit, ia akan membuat sarung bantal, membuat taplak meja, taplak TV, dan apa saja yang bisa dipakai sendiri,
Banyak sudah hasil kerajinan yang dibuat oleh Maryati semenjak menikah dengan Dadang untuk mengisi waktu luang,
Maryati tak banyak menuntut Dadang agar mengajaknya jalan-jalan, belanja ini itu, apalagi liburan ke sana kemari,
"Papah tidak tidur? Sudah hampir jam sepuluh, istirahatlah, besok masih harus ke kantor,"
Kata Maryati,
Dadang meraih tangan Maryati, menggenggamnya dengan erat, membawanya mendekati wajahnya lalu mencium punggung tangannya, telapaknya, lalu mencium satu persatu jari jemarinya,
"Pah, maafkan aku,"
Hanya itu yang bisa Maryati ucapkan, ia terlalu tak tega mengatakan lebih dari sekedar maaf,
Dadang pun menghentikan kegiatannya, ia menatap isterinya dengan penuh kerinduan,
Ya benar, sudah dua bulan dan kini Dadang benar sudah ingin mendapatkan hak nya sebagai suami, namun ia pun bukan tipe laki-laki yang tega memaksa isterinya untuk melayani apa keinginannya,
Dadang melepaskan tangan sang istri, sejenak ia menunduk menahan diri untuk tidak berkata apapun yang akan membuat isterinya menjadi sedih,
"Papah marah?"
Tiba-tiba Maryati bertanya pada sang suami, Dadang pun menggelengkan kepalanya pelan,
"Tidak apa Mah, tidak apa, aku akan sabar menunggu, yang penting kamu sehat, itu sudah lebih dari cukup,"
Kata Dadang berusaha tegar dan sabar,
Laki-laki tampan itu lantas berdiri dari duduknya yang semula duduk di sisi tempat tidur persis di samping isterinya,
"Aku akan lembur sebentar, kamu tidur saja, aku tidak mau kamu sakit,"
Kata Dadang,
Maryati pun mengangguk mengiyakan,
Dadang beranjak pelan meninggalkan isterinya, mematikan lampu kamar lalu menutup pintu kamar dengan hati-hati,
Maryati yang melihat kepergian suaminya dalam keadaan kecewa sebetulnya merasa sedih dan menyesal, tapi sungguh ia pun merasa sedang tak begitu sehat sejak kehamilannya, dan karena itu ia tak ingin nantinya ada hal yang tak diinginkan atas calon bayi mereka,
Keluar dari kamar, Dadang berniat akan membuat kopi lebih dulu sebelum masuk ruang kerjanya yang ada di samping kamar tidurnya dan Maryati,
Dadang pun berjalan ke dapur, sudah biasa ia membuat kopi sendiri jika akan lembur, maka baginya tentu itu juga bukan masalah,
Namun, betapa kagetnya Dadang manakala ia akan masuk, bersamaan dengan seseorang yang akan keluar dari dapur hingga mereka nyaris saja bertabrakan,
"Oh, Pak Dadang, maaf Pak... maaf..."
Seseorang yang akan keluar dari dapur itu berkali-kali membungkuk,
"Ya tidak apa-apa, harusnya aku yang minta maaf, mie instan mu nyaris tumpah,"
Kata Dadang,
Seseorang yang tak lain adalah Intan itupun jadi semakin tak enak karena ia ketahuan membuat mie instan,
"Makanlah, nanti mie nya jadi tak enak kalau tidak langsung dimakan,"
Kata Dadang lagi,
"Ngg... Bapak mau buat mie juga?"
Tanya Intan sambil memberanikan diri memandang Dadang,
Kembali kedua mata mereka bertemu, dan dada Intan pun kembali berdegup kencang,
"Tidak, aku hanya ingin membuat kopi untuk teman lembur,"
Kata Dadang,
"Oh kalau begitu biar Intan buatkan Pak, sebentar,"
Intan cepat berbalik untuk kembali ke dapur untuk membuatkan kopi Dadang, namun karena ia bergerak tiba-tiba dan kurang hati-hati ia malah kehilangan keseimbangan hingga agak terhuyung dan mie rebusnya pun tumpah,
"Ah,"
Intan memejamkan matanya sejenak karena merasa sangat bodoh, ia tidak hati-hati dan terlalu gugup di depan Dadang,
"Kamu kenapa tidak hati-hati?"
Dadang menggeleng-gelengkan kepalanya,
Intan kembali membungkuk meminta maaf.
"Sudah, aku buat kopi sendiri saja, kamu bereskan saja mie mu."
Ujar Dadang ketus, ia sudah menahan keinginannya dengan isterinya saja ia sudah harus berusaha bersabar, sekarang malah harus dibuat kesal lagi.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
nath_e
naaah yaa🤭
2023-02-11
0
🎎 Lestari Handayani 🌹
kasian pak Dadang. mungkin itu yg bikin nantinya dia selingkuh
2023-01-11
1
Putrii Marfuah
tanda tanda nih
2023-01-09
1