Maryati sampai di rumahnya sekitar siang hari, dijemput sang adik di stasiun, Maryati naik becak untuk sampai ke rumahnya yang sederhana,
Ibunya yang telah lama menunggu kedatangan Maryati, tentu saja langsung menyambutnya dengan lega,
Bahkan, saking senangnya Ibunya Maryati melihat anaknya yang selama ini di perantauan telah pulang, beliau yang tadinya hanya berbaring saja langsung tampak berusaha duduk dan ingin turun dari tempat tidur,
"Sudah Bu, di sini saja, yang penting kan Maryati sudah pulang,"
Kata Maryati menahan Ibunya yang ingin bangun saja,
Ibunya Maryati ingin sekali bisa menyambut kedatangan sang anak macam tahun-tahun dulu, yang akan memasak apapun yang menjadi kegemaran anak-anaknya,
"Kemarilah, Ibu ingin memelukmu Mar, lama sekali... lama sekali,"
Kata Ibunya Maryati, yang lantas tampak Maryati memeluk sang Ibu erat,
"Kamu sehat kan Nak?"
Tanya Ibu pula saat mereka masih berpelukan,
"Sehat Bu, sehat, ini makanya Maryati di sini kan?"
"Iya, lega Ibu bisa melihatmu sehat, tinggalah di sini saja sampai jadwal kamu melahirkan, di kota jauh dari keluarga, suami mu juga bekerja,"
Kata Ibunya Maryati manakala pelukan mereka terlepas,
"Sekarang ada yang bantu-bantu di rumah Bu, Mar tidak sendirian,"
Ujar Maryati,
"Ah tetap saja dia bukan keluargamu, melahirkan bukan sesuatu yang sepele,"
Kata Ibu,
Maryati tampak tersenyum, ia tahu Ibunya sangat menyayangi anak-anaknya, ia selalu memikirkan semuanya,
Tok... tok...
Terdengar suara ketukan kecil di daun pintu kamar Ibunya Maryati, membuat Ibu dan Maryati menoleh ke arah pintu lalu mendapati adik Maryati berdiri di sana membawa secangkir teh melati yang aromanya begitu segar manakala gadis itu mendekat,
"Ngeteh dulu Mbak,"
Kata adik Maryati sembari meletakkan cangkir wedang teh yang masih mengepul panas di atas meja rias,
"Siapkan makan siangnya sekalian,"
Kata Ibu,
"Tidak apa Bu, nanti Mar bisa ambil sendiri,"
Kata Maryati sambil mulai memijat kaki Ibunya,
"Ini kehamilanmu setelah sekian lama menunggu, kamu yang ati-ati, Ibu benar-benar ingin kamu selamat,"
Lirih Ibunya dengan mata yang mulai berkaca-kaca,
Maryati menatap sang Ibu dengan lembut,
"Mar akan baik-baik saja Bu, jangan khawatir, jangan terlalu memikirkan hal yang tidak baik,"
Kata Maryati,
Ibunya menggeleng,
"Tidak Mar, Ibu tidak memikirkan hal yang tidak baik jika tidak ada sebab, Ibu terus bermimpi tentang kamu, seolah akan ada sesuatu yang terjadi,"
Kata Ibu, Maryati sekali lagi menatap Ibunya, hatinya mulai tergetar,
Sejak berangkat dari Jakarta, padahal ia sudah memantapkan hati untuk datang menemui Ibunya agar mampu menenangkan Ibu,
Maryati ingin memastikan pada Ibunya jika tidak akan ada hal buruk yang terjadi pada dirinya supaya Ibu berhenti khawatir dan cemas,
Tapi...
Kenyataannya sekarang justeru jauh berbeda, Maryati malah merasa jadi mulai ikut khawatir karena Ibunya bicara sampai bibirnya gemetar, seolah-olah apa yang ia lihat dalam mimpinya begitu mengerikan,
"Ibu,"
Panggil Maryati lembut,
Tampak Ibunya menatap Maryati dengan air matanya yang kini mulai menetes,
"Ceritakan saja apa yang Ibu lihat dalam mimpi Ibu, supaya Ibu bisa lebih lega, mungkin jika Ibu menceritakannya, Ibu akan..."
"Tidak,"
Ibu cepat menggeleng dan memotong kalimat Maryati,
"Tidak Mar, Ibu tidak bisa mengatakannya,"
"Kenapa? Itu akan lebih lega untuk Ibu,"
Bujuk Maryati,
Namun Ibu tetap saja tidak mau,
"Terlalu menakutkan, mengerikan, tidak, tidak..."
Ibu terus menggelengkan kepalanya, Maryati pun akhirnya memutuskan memeluk Ibunya lagi,
"Ya sudah Bu, tidak apa-apa, sudah tidak usah diingat, baiklah Maryati akan tetap di sini, sampai Maryati melahirkan, supaya Ibu tenang,"
Kata Maryati sambil memeluk Ibu,
Tampak Ibu yang begitu mendengar kata-kata Maryati pun akhirnya mulai bisa tenang,
Ya, tentu saja karena yang paling penting adalah Maryati mau tetap di rumah bersamanya, agar ia bisa memastikan Maryati akan aman hingga anak pertamanya lahir dengan selamat,
"Berjanjilah pada Ibu kamu tidak akan ke mana-mana, berjanjilah,"
Pinta Ibu pada Maryati yang masih memeluk dirinya sambil menepuk-nepuk punggungnya,
"Ya Bu, Mar janji, Ibu bisa tenang sekarang, ya,"
Kata Maryati menyanggupi permintaan Ibunya, meskipun di dalam hati Maryati tentu saja ada kebimbangan yang besar, karena ia mengingat suaminya sendirian di Jakarta,
Bagaimana jika nanti suaminya yang malah jadi tidak tenang bekerja karena mencemaskan Maryati dan calon anaknya berada di tempat jauh,
Apa yang harus Maryati katakan pada suaminya nanti saat ia akan meminta ijin padanya agar bisa tinggal sampai jadwalnya melahirkan?
Mungkinkah suaminya mengijinkan?
Bagaimana jika suaminya tidak mengijinkan?
Maryati dilanda kebingungan, ditepuk-tepuknya lagi punggung Ibunya yang kini terasa keras karena sang Ibu semakin kurus,
Betapa Ibunya sudah tua dan sering sakit, jika ini permintaannya yang terakhir, lalu Maryati tak memenuhi, pasti Maryati akan menyesal seumur hidupnya pula.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
◉✿✪⃟𝔄ʀⓂ️𝐚𝐰𝐚𝐫✿◉
Judulnya dilema lah ini...
2023-02-03
2
◉✿✪⃟𝔄ʀⓂ️𝐚𝐰𝐚𝐫✿◉
Lha trus suamimu yg melayani siapa, Mar... Kelamaan jablay bisa di embat pembantumu yg kegatelan lagi nanti
2023-02-03
1
🍁𝕬𝖓𝖉𝖎𝖓𝖎•𖣤᭄æ⃝᷍𝖒❣️HIAT
insting seorang ibu sangat kuat
2023-01-22
0