Dadang tampak menatap Intan dengan perasaan tak karuan,
Sudah sekian lama ia menahan diri atas kebutuhannya sebagai seorang laki-laki karena isterinya tengah mengandung,
Tapi, tidak!
Dadang sekuat tenaga menghalau semua keinginannya, meski itu jelas tak mudah, namun ia sebagai laki-laki terhormat tentu tak boleh menyerah,
Meskipun...
Intan menarik tangan Dadang dengan lembut, terlihat gadis itu seolah menginginkan sesuatu yang tak seharusnya ia lakukan sebagai seorang perempuan,
Gadis yang masih begitu molek dengan wajah ayu mempesona itu, nyatanya begitu menggiurkan untuk dicicipi andai saja Dadang tak terus berusaha meyakinkan diri bahwa dia tak berhak sama sekali atas asisten rumah tangganya itu,
Hingga, saat kemudian Intan hendak meletakkan tangan Dadang ke arah dadanya, seolah mempersilahkan laki-laki itu melakukan sesuatu padanya, Dadang dengan cepat mengibaskan tangan Intan dan berpaling dari gadis itu,
"Tidak! Pergilah ke kamarmu, aku tak akan melakukannya dengan selain isteriku,"
Kata Dadang tegas tanpa menoleh lagi pada Intan,
Gadis berparas ayu itu tentu saja sama sekali tak menyangka jika saat sebentar lagi semua bisa terjadi, Dadang justeru menolaknya mentah-mentah,
Laki-laki itu begitu terus terang dan tanpa basa-basi menunjukkan kesetiaannya pada isterinya yang kini telah pulang kampung dan bahkan akan tinggal di sana dalam kurun waktu yang lama,
Kedua mata Intan seketika berkaca-kaca, ditatapnya Dadang yang kini memalingkan wajahnya ke arah lain,
Sungguh, Intan sangat malu sekaligus juga sakit,
Betapa ia terluka atas apa yang dilakukan majikannya itu,
"Aku rela jika harus menyerahkan diriku untuk anda,"
Lirih Intan menghiba, ia sungguh tak lagi peduli jika harus dinilai atau dikatakan sebagai perempuan murahan,
Bagi Intan, saat ini yang ia pikirkan dan inginkan hanyalah bisa merasakan kehangatan sosok Dadang,
Ia ingin bisa mengikat laki-laki itu sedikit demi sedikit, mencurinya dari isterinya yang biasa-biasa saja dan penyakitan,
Intan yang merasa jauh lebih cantik dan lebih muda, tentu saja merasa jauh lebih pantas jika disandingkan dengan Dadang laki-laki yang wajahnya tampan rupawan,
"Ini bukan masalah kau rela atau tidak rela, tapi ini soal salah dan benar. Tak ada satupun alasan yang akan membenarkan aku menyentuhmu sementara kau bukan isteriku,"
Kata Dadang,
"Kalau begitu, aku rela jadi isterimu, aku rela jadi madu untuk Nyonya Maryati,"
Ujar Intan tanpa tahu malu,
Gadis itu lantas berdiri dari duduknya, ia mendekati Dadang lalu berusaha memeluk Dadang dari belakang,
Sebagai laki-laki biasa, mendapatkan perlakuan semacam itu jelas adalah satu hal yang berat untuk diabaikan,
Tapi...
Sekali lagi, Dadang sekuat tenaga terus bertahan,
Ia tak mau menyerah begitu saja, ia tak mau jatuh dengan mudah ke dalam kubangan kesalahan besar yang mungkin kelak hanya akan bisa ia sesali tanpa bisa ia perbaiki,
"Aku jatuh cinta pada anda sejak pandangan pertama Tuan,"
Kata Intan semakin mengeratkan pelukannya dari belakang tubuh Dadang,
Tak mau nantinya akhirnya ia tak bisa bertahan, Dadang pun melepaskan tangan Intan dari tubuhnya,
"Aku tak mau bahas apapun lagi Intan, pergilah ke kamarmu, besok sore, aku akan kembalikan kamu ke yayasan,"
Ujar Dadang tanpa menoleh sama sekali,
Intan yang mendengar kalimat Dadang jelas saja melongo,
Bagaimana bisa ada laki-laki seperti itu di jaman sekarang?
Bagaimana bisa ia menolak Intan sampai dua kali dalam satu malam. Intan sungguh tak bisa mengerti.
...****************...
"Belum tidur Mbak?"
Dina tampak terkejut melihat Kakaknya sedang sibuk mencari sesuatu di kulkas ruang makan rumah mereka,
Di jam yang sudah melewati jam satu malam, ditambah hujan yang turun rintik-rintik disertai angin cukup kencang, Maryati justeru malah sibuk mencari makanan di lemari pendingin,
"Oh, kamu Din,"
Kata Maryati,
"Aku belum sempat mengisi kulkas lagi Kak, belakangan sibuk banyak tugas di kampus, Kakak cari apa? Di kamarku ada dua toples biskuit,"
Kata Dina,
Maryati tampak tersenyum, lalu menggeleng pelan,
Perempuan yang tengah hamil itu kemudian menutup pintu kulkas rumah orangtuanya,
"Mbak pikir ada apel atau pir, rasanya entah kenapa tiba-tiba ingin makan buah,"
Ujar Maryati,
"Oh iya, besok Dina belikan deh pagi-pagi ke pasar,"
Kata Dina,
Tampak Maryati pun mengangguk,
"Untuk gantinya, mau aku buatkan apa Mbak? Mie goreng? Omelette?"
Tanya Dina menawarkan diri,
Ia jelas harus berbaik hati pada sang kakak dengan kondisinya yang tengah hamil sementara sebetulnya ia tak begitu sehat, pastinya Dina sebagai adik ingin sekali melakukan yang terbaik untuk kakaknya,
"Tidak usah Din, Mbak minta biskuit saja, praktis,"
Kata Maryati,
"Ah tidak apa Mbak kalau memang ingin dibuatkan mie goreng atau omelette, gampang dan cepat kok, sebentar saja juga sudah selesai,"
Ujar Dina,
Tampak Maryati jadi tertawa kecil,
"Ya baiklah, buatkan omelette saja, Mbak ingin lihat, benar tidak sekarang kamu bisa memasak,"
Ujar Maryati,
Dina, sang adik tentu saja langsung memanyunkan bibirnya, yang kembali membuat sang kakak tertawa melihat tingkah polahnya,
Dina dengan diikuti Maryati kemudian pergi ke dapur rumah mereka yang sederhana,
Di saat banyak orang tertidur lelap, kedua anak manusia kakak beradik itu justeru sibuk membuat makanan di dapur untuk mengganjal perut yang keroncongan di malam hari,
"Mbak duduk di sana ya, duduk manis, tidak usah bantu sama sekali, oke,"
Kata Dina meminta sang kakak untuk duduk di kursi dekat meja yang biasa digunakan untuk meletakkan lauk-pauk yang baru saja matang sebelum nantinya dipindahkan ke ruang makan,
Dapur rumah yang baru sebagian saja di keramik itu tampak rapih dan bersih, menandakan penghuni rumah bukanlah orang-orang pemalas,
Dan tentu saja, ini jelas adalah hasil dari didikan Ibundanya Maryati pada anak-anaknya, yang selalu mewanti-wanti agar sebagai perempuan mereka harus selalu hidup rapih dan bersih,
Perempuan tak perlu terlalu memaksakan menjadi cantik, karena kecantikan bisa dipoles dengan make up,
Tapi hati yang baik, sikap yang halus, budi pekerti serta tutur kata yang santun, itu tidak bisa dipoles di manapun,
Belum lagi juga selain itu perempuan harus pandai dalam semua hal, pandai mengatur keuangan, pandai mengurus rumah tangga, pandai mendidik anak, dan bila perlu pandai banyak ketrampilan agar kelak bisa untuk modal mencari uang,
Perempuan akan terus mampu terhormat jika bisa melakukan semuanya. Begitulah selalu yang diajarkan Ibunya Maryati,
"Din, Mbak kok tadi sore tidak lihat Rinah?"
Tanya Maryati pada Dina,
"Rinah?"
Dina menoleh ke arah kakaknya sebentar, lalu kembali fokus memasukkan bumbu ke dalam wadah,
"Iya Rinah, anak Mbok Tugiyem, katanya buka salon kok sepertinya salonnya sudah lama tutup, banner lepas saja tak ada yang membetulkan,"
Kata Maryati,
"Oh iya, sejak didatangi isteri sah pacarnya Mbak, dia pergi ke Bali atau ke mana ya, Dina juga kurang tahu, terlalu sibuk kuliah,"
Kata Dina cekikikan,
"Isteri sah pacarnya, maksdnya pacar Rinah sudah punya isteri?"
Maryati yang sudah terlanjur penasaran, meneruskan kekepoannya,
Dina mantuk-mantuk,
"Slentang-slentingnya sih begitu Mbak, tapi memang aku sempat lihat perempuan itu ngamuk-ngamuk di depan rumah, hanya saja karena waktu itu aku mau kuliah, jadi aku tidak tahu selanjutnya, Ibu juga waktu itu kalau tidak salah sedang kondangan sama Uwak,"
Ujar Dina,
"Oalah, Rinah jadi janda malah pacaran sama suami orang,"
Gumam Maryati miris,
Rasanya di tahun itu menjadi simpanan pastinya adalah sebuah aib besar, dan itu sangat mencoreng nama baik keluarga,
"Sejak itu Mbok Tugiyen juga jarang keluar rumah, malah suaminya sakit lalu meninggal, ya pastinya mereka malu sekali Mbak, soalnya kan tadinya sudah terlanjur bangga katanya Rinah meskipun sudah janda tapi laku sama bujangan sukses,"
Tutur Dina,
Maryati mantuk-mantuk,
Ia tentu hafal betul karakter Mbok Tugiyem sekeluarga, selain mereka tetangga dan juga masih ada hubungan saudara, Mbok Tugiyem juga kerap membandingkan nasib Maryati dan Rinah sejak kecil,
Mbok Tugiyem dan Rinah sendiri seringkali bersikap seolah-olah mereka adalah saingan yang harus lebih unggul dalam segala hal, termasuk juga masalah jodoh,
Saat Maryati kemudian menikah dengan Dadang, Mbok Tugiyem dan Rinah sangat sentimen pada Maryati,
Mereka bahkan sempat mengatakan Maryati pasti memakai pelet untuk mendapatkan laki-laki setampan dan sukses seperti Dadang karena mengingat penampilan Maryati yang biasa-biasa saja.
"Mereka sedang belajar menerima yang seharusnya mereka terima Mbak, biar saja."
Kata Dina,
Maryati mengangguk setuju,
"Aku juga membenarkan isteri sahnya berani datang ke sini, karena bagaimanapun itu adalah rumah tangganya yang sudah seharusnya ia pertahankan,"
Kata Dina lagi, yang kemudian membuat Maryati kembali mengangguk,
"Ya, kau benar Din, bahkan andai itu menimpaku, pasti aku juga akan melakukan hal yang sama."
Lirih Maryati yang tiba-tiba ingat Dadang, suaminya kini tengah sendirian di rumah.
Ah' benarkah ia sendirian di rumah?
Atau jangan-jangan ia malah tidak pulang dan bersama perempuan lain?
Maryati malah jadi berpikir ke mana-mana.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
◉✿✪⃟𝔄ʀⓂ️𝐚𝐰𝐚𝐫✿◉
G di novel g di rl banyak begitu y, kayak orang terdekatku juga ada yg begitu.. 🤭🤭🤭
2023-02-03
2
◉✿✪⃟𝔄ʀⓂ️𝐚𝐰𝐚𝐫✿◉
Punya saudara kayak Dina begitu pasti bahagia sekali y
2023-02-03
1
◉✿✪⃟𝔄ʀⓂ️𝐚𝐰𝐚𝐫✿◉
Tak lempar lah kalau q yg punya pembantu begitu
2023-02-03
2