13. Firasat Ibunda

Keesokan harinya, Dadang tampak terburu-buru berangkat ke kantor, hari bahkan masih lumayan gelap saat Dadang memutuskan keluar dari rumahnya,

Semalaman ia tak bisa tidur lagi, tak juga jadi makan malam, apalagi lembur pekerjaan kantor yang ia bawa ke rumah seperti biasanya,

Dadang tak tahu kenapa semua jadi begitu kacau seperti sekarang, kenapa bisa asisten rumah tangganya sampai mengatakan ia jatuh cinta pada Dadang?

Dadang melajukan mobilnya keluar dari halaman rumah, dan langsung melesat di jalanan komplek lalu dalam sekejap telah berada di jalan Ibu kota,

Entah sudah berapa kali Dadang menghela nafasnya yang terasa berat, mengingat setiap penggalan kejadian membuat Dadang begitu tak tenang,

Ya, ia harus mengembalikan Intan kepada yayasan saja hari ini, jika tidak, lama-lama Dadang takut akan terjadi sesuatu yang buruk antara dia dan Intan,

Sementara itu, Intan yang juga sebetulnya semalaman ini tidak tidur tampak berjalan gontai dari arah pintu kamarnya menuju tempat tidurnya lagi,

Ia baru saja mengintip Dadang yang keluar dari rumah dengan terburu-buru,

Jelas sang Tuan pergi tak seperti biasanya, hari bahkan masih subuh, tapi majikannya itu seperti orang ketakutan di dalam rumah hingga ingin cepat-cepat melarikan diri,

Tentu saja, hati Intan sebagai perempuan begitu sedih dan terluka, dalam satu malam ia ditolak dua kali, dan Dadang melakukannya dengan bersungguh-sungguh sampai menyebut jika ia tidak akan melakukannya dengan selain isterinya,

Intan yang ditolak demikian hatinya semakin lama semakin sakit, ia menangis sambil menjerit kesal, lalu mengobrak-abrik tempat tidurnya,

Bayangan jika ia bisa membawa sang Tuan ke tempat tidur semalam hingga membuat laki-laki tampan itu bertekuk lutut padanya nyatanya kini hanya bayangan semu,

Harga diri Intan terluka, yang di mana hal itu membuatnya sangat kesal,

Sekitar pukul delapan pagi, saat akhirnya Intan sudah bisa berhenti menangis,

Intan pun memutuskan untuk keluar rumah menuju temannya,

Teman sesama asisten rumah tangga di komplek itu, siapa lagi jika bukan Masnah,

Ya Masnah, sudah banyak yang telah diceritakannya pada Intan, salah satunya adalah ia bisa menggaet salah satu saudara dari majikannya dan itu membuatnya sangat tercukupi secara kebutuhan,

Di jam seperti sekarang, Intan tahu dari cerita Masnah, jika rumah majikan Masnah sudah sepi, maka Intan buru-buru datang ke tempat Masnah,

"Apa? Ditolak?"

Masnah tampak terbelalak menatap Intan yang begitu sampai di tempatnya lalu diajak Masnah duduk di ruang TV rumah sang majikan,

Masnah bersikap seperti dialah pemilik rumah, begitu santai mengambil makanan ini itu untuk disajikan bagi Intan,

"Aku merasa benar-benar harga diriku saat ini telah hancur sehancur-hancurnya,"

Kata Intan sambil kembali menitikkan air mata,

Masnah menggelengkan kepalanya,

"Keterlaluan, laki-laki munafik,"

Kata Masnah geram,

"Tidak mungkin jika dia tidak tergoda dengan keberadaan mu Tan, aku tahu kok Nyonya Maryati itu wajahnya kan biasa saja, tubuhnya juga pendek, hanya menang kulitnya putih saja, selebihnya dia sama sekali tak ada istimewanya dibanding kamu,"

Ujar Masnah menambah dada Intan terasa seperti terbakar,

Teringat terus saat semalam Dadang mengibaskan tangannya dan juga melepaskan diri dari pelukan Intan, membuat Intan merasa begitu marah,

"Ah, pakai jurus aku saja Tan, kalau begitu,"

Kata Masnah,

Intan menatap Masnah dengan kedua matanya yang berkaca-kaca,

"Ap... apa itu?"

Tanya Intan,

Masnah tersenyum penuh arti sambil kemudian ia berdiri dari duduknya,

"Sebentar, biar ku ambilkan,"

Kata Masnah pula,

Intan pun mengangguk mengerti.

...****************...

"Kenapa Mbak?"

Tanya Dina yang terlihat sudah rapi akan keluar rumah kali ini mendapati Kakaknya duduk tak semangat di sebelah meja telfon rumahnya,

"Telfon ke rumah tidak ada yang angkat, padahal masih jam delapan, Mas Dadang biasanya masih ada di rumah jika hari Jumat begini,"

Kata Maryati,

Wajahnya terlihat pucat, sementara kegelisahan tergambar jelas di sana,

Dina tersenyum sambil menghampiri sang kakak,

Dina tahu dan bisa merasakan jika Kakaknya sedikit terganggu dengan cerita Rinah yang menggoda laki-laki beristri,

Sadar kakak iparnya cukup istimewa sebagai laki-laki, tentu saja sudah sewajarnya jika sang Kakak sebagai isteri mulai khawatir apabila hal itu juga berlaku pada sang suami,

"Jangan khawatir, paling suami Mbak Mar sudah berangkat kerja pagi ini, dia pasti malas berlama-lama di rumah karena mbak tidak ada,"

Kata Dina mencoba menenangkan,

Namun, kata-kata tersebut nyatanya malah terdengar jadi semakin menakutkan bagi Maryati yang pada dasarnya sedang sensitif,

"Itu sebabnya aku menelfon ke rumah Din, takutnya dia tidak pulang,"

Kata Maryati,

Dina pun mendengarnya malah jadi serba salah,

"Intan, ke mana dia, kenapa dia tidak angkat juga telfon dari tadi berdering?"

Maryati kini menggerutu, mengeluhkan asisten rumah tangganya yang membuatnya semakin kesal karena telfon darinya tak diangkat hingga membuat Maryati tak tahu kabar apapun di Jakarta,

Dina baru akan mengatakan sesuatu untuk menanggapi kata-kata Maryati, kakaknya, saat tiba-tiba terdengar Ibu mereka memekik dari dalam kamar,

Maryati dan Dina pun seketika saling berpandangan, dan tanpa menunggu lagi, keduanya segera berlari menuju kamar Ibu mereka,

"Mar, astaga jangan Mar, jangan pergi, tidak usah,"

Ibu Maryati mengigau sambil menggeleng-gelengkan kepalanya,

Sekujur tubuhnya kini terasa basah oleh keringat dingin saat Maryati dan Dina meraih Ibu mereka untuk membuatnya sadar,

"Ohh, Mar... anakku,"

Lirih Ibunya Maryati begitu akhirnya membuka kedua matanya, setelah beberapa kali Dina menepuk-nepuk pipinya,

"Ya Bu, ini aku Bu, Mar,"

Kata Maryati yang lantas ditarik Ibunya untuk ia peluk dengan erat,

"Jangan pergi, di sini saja, jangan pergi, Ibu takut mimpi Ibu terjadi, jangan pergi Mar,"

Ibu seperti memohon sambil menangis,

"Iya Bu, Mar tidak ke mana-mana, Mar di sini menurut dengan maunya Ibu,"

Kata Maryati meyakinkan sang Ibu agar beliau tenang,

Dina yang berdiri di sebelah tempat tidur Ibunya tampak memandangi Ibu dan Kakaknya yang saling berpelukan,

Entah apa sebetulnya yang terus datang di mimpi Ibunya, hingga membuat Ibu selalu histeris setiap memimpikannya,

"Darah, di mana-mana ada darah, perempuan itu, perempuan syetan, jangan dekat-dekat Mar, jangan dekat-dekat,"

Ibu berkata sambil mengeratkan pelukannya pada tubuh Maryati,

Hal itu pun membuat Maryati sampai tak bisa bernafas, hingga akhirnya Dina turun tangan membantu membujuk Ibunya melepaskan Maryati dari pelukannya yang terlalu kencang hingga malah membuat Maryati sulit bernafas,

"Syetan, dia jelas syetan Mar, berjanjilah pada Ibu kau tak akan berurusan dengan perempuan itu,"

Kata Ibu lagi dengan ekspresi yang begitu serius,

Maryati tampak kemudian mengangguk, meski ia tak tahu perempuan mana yang dimaksud sang Ibu.

...****************...

Terpopuler

Comments

◉✿✪⃟𝔄ʀⓂ️𝐚𝐰𝐚𝐫✿◉

◉✿✪⃟𝔄ʀⓂ️𝐚𝐰𝐚𝐫✿◉

Apa mungkin Dadang mau di pelet, atau malah si Mar yg di santet sm Intan...

2023-02-03

1

◉✿✪⃟𝔄ʀⓂ️𝐚𝐰𝐚𝐫✿◉

◉✿✪⃟𝔄ʀⓂ️𝐚𝐰𝐚𝐫✿◉

Pembantu" g beres nih otaknya

2023-02-03

1

Putrii Marfuah

Putrii Marfuah

serba salah...meninggalkan suami dengan perempuan yg ketahuan bukan siapa2nya...mana ada perasaan ..sekuat2nya...setan lebih pinter nyari celah....jika tidak ada yg ngawasin

2023-01-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!