13. Taktik Trixie

“SENYUM dong, Sayang? Kita kan mau ketemu keluarga besarnya Riga.”

Perkataan Bunda tidak menghibur Kekira yang diam saja sejak berangkat tadi.

Ayah yang menyetir ikut melihat putrinya dari kaca spion.

“Kamu nervous ya? Ini kan pertama kali kita ketemu keluarga besar Pak Reza.”

Kekira berusaha tersenyum. “Iya, Yah.”

Ia sama sekali tidak merasa nyaman.

Karena sempat mendengar percakapan Ayah Bunda bahwa akan ditentukan tanggal pernikahan dia dan Riga.

Menikah dengan laki-laki kasar seperti Riga jelas bukan yang diinginkannya.

Tapi… mungkin kali ini ia tidak punya pilihan lain.

Karir Ayahnya dipertaruhkan.

HP-nya bergetar.

Ia terdiam.

“Telepon dari siapa, Nak? Kok nggak dijawab?” tegur Ayah melihat cahaya HP dari kaca spion.

“Dari Riga kan?” tebak Bunda. “Jawab aja, bilang sebentar lagi kita sampai.”

Kekira tidak menjawab, dan me-reject panggilan.

***

Akbi memandang HP-nya bingung.

“Kok tumben di reject?”

“Akbi, Nenek panggil dari tadi kok nggak denger.”

Nenek masuk kamarnya. “Ayo makan?”

“Iya, Nek.”

Nenek heran melihat cucunya.

“Kamu kenapa tho? Kayak lagi galau gitu.”

Akbi kaget dan tertawa.

“Galau? Aduh Nenek ada-ada aja ah. Aku nggak lagi galau, Nek.”

“Trus lagi mikirin siapa?”

Akbi cuma tersenyum.

“Ada deehhh.. Nenek kepo.”

“Kepo? Apa itu?”

Akbi tertawa. “Bahasa ABG Indonesia. Makan yuk, Nek? Laper nih.”

Sambil menuruni tangga, Akbi masih gelisah memikirkan Kekira.

“Tumben betah di rumah.” Nenek menyindir.

“Lagi males keluar aja, Nek.”

Tiba di ruang makan, sudah ada Tante Vina menunggu.

“Kok lama, Bu?”

“Keponakanmu ini, lagi galau,” goda Nenek.

Akbi tertawa lagi. “Wah ada acara apa nih, Tante? Masak banyak begini.”

“Bukan Tante yang masak. Tuh chef-nya.”

Kepala Akbi berputar, ekspresinya kaget melihat Trixie berjilbab.

“Hai, Biraaaa…” sapanya sambil membawa dua piring masakan.

Akbi kaget namun tidak komentar.

Kesambet apa si Trixie?

“Tante pulang telat soalnya meeting sama klien besar. Makanya Tante nggak sempet masak. Untung tadi Trixie telepon mau dateng, dan bantu masakin untuk kita,” jelas Tantenya yang memang bekerja sebagai pengacara handal yang kasusnya rumit dan bayarannya pasti mahal.

Nenek tersenyum. “Nenek juga seneng sekarang Trixie mau berhijab.”

Trixie tersipu sambil duduk.

“Bira, kamu mau makan apa? Aku ambilin ya.”

Akbi membalikkan piring. “Gue bisa ambil sendiri.”

Suasana makan malam terasa aneh, karena Akbi diam saja.

Sementara Nenek dan Tante Vina memuji-muji Trixie yang jago masak.

Selesai makan, Akbi ke dapur mengambil jus.

Pikirannya semrawut, lebih pada Kekira yang tidak ada kabar.

Matanya menangkap sesuatu di lantai.

Kertas.

Ia mengambil dan membaca isinya.

Akbi geleng-geleng kepala. Emang licik tu cewek!

Ia keluar membawa jaket dan kunci motor, menghampiri Nenek, Tante Vina, dan Trixie yang lagi mengobrol di ruang tengah.

“Nenek, Tante, aku keluar dulu.”

“Lho mau ke mana, Nak?”

“Ada urusan.”

“Eh kalo gitu, aku juga pamit ya, Nek.” Trixie menenteng tasnya.

“Buru-buru amat?” tanya Tante Vina ramah.

“Udah malem, Tante. Nanti kapan-kapan aku ke sini lagi deh.”

Sikap Trixie manisssssss banget kayak gulali, beda sama sikapnya kalo ketemu Kekira super asem kayak jeruk kecut.

“Oh iya, Bi, sekalian anter Trixie ya?”

“Oh enggak usah, Nek. Aku bawa mobil kok.”

“Ya sudah, antar ke depan sekalian. Terima kasih masakannya ya, Trixie.”

Begitu tiba di depan, Trixie langsung gelendotan di bahu Akbi.

“Biraaaa…”

Akbi menghindar risi’. “Apaan sih lo?”

“Kamu nggak say thanks sama aku?” Trixie merajuk manja.

Akbi menatapnya aneh. “Lo ngapain dandan begini?”

“Lho, kamu suka kan?”

“Lo sakit ya? Dari dulu gue nggak pernah suka sama lo.”

“Bukannya kamu yang berjilbab kayak junior Sastra itu?”

“Adinda Kekira maksud kamu?”

“Iya, kamu suka yang berjilbab gitu, makanya aku dandan begini. Aku nggak kalah cantik dari dia kan?”

Akbi geleng-geleng kepala. “Kalo lo tutup aurat begini cuma demi gue, lupain aja. Nutup aurat itu karena Allah. Lagian, lo nggak pantes pake jilbab dengan baju ketat begitu.”

Trixie masih mau bela diri tapi Akbi keburu buka dompet dan mengeluarkan uang.

“Nih gue ganti uang lo.”

“Uang apa ini?”

“Ganti harga makanan yang lo beli buat keluarga gue.” Akbi menyodorkan struk makanan.

“Jadi impas. Gue nggak ada hutang budi sama lo.”

Trixie menganga. Duuhh.. ni kertas kenapa bisa jatoh? Jadi ketauan kan!

“Bira, kamu mau ke mana?”

Akbi melajukan motornya tanpa peduli Trixie.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!