HAMPIR seminggu berlalu, Akbi belum membalas SMS-nya. Bahkan cowok itu tidak terlihat di kampus. Berkali-kali Kekira mencoba menemuinya, tapi katanya Akbi tidak masuk kuliah.
Bertanya pada Cinay, Reno pun tidak tahu Akbi di mana.
“Paling juga lagi balapan di luar kota.” Begitu kata Reno.
Kekira sedih karena Akbi ternyata tidak mengingatnya.
Padahal sudah 10 tahun Akbi masih memakai gelang persahabatan mereka.
Bagaimana bisa Akbi tidak mengingatnya?
Ia jadi tidak semangat kuliah.
Secercah cahaya muncul ketika menemukan kembali sahabatnya.
Namun cahaya itu meredup menyadari tidak tersambut.
***
Siang itu di perpustakaan, Kekira membaca buku mengisi waktu sebelum mata kuliah selanjutnya satu jam lagi.
Sendirian.
Karena Cinay yang biasa bersamanya tidak masuk kuliah.
Suasana perpustakaan siang itu tumben sepi.
Tapi situasi tenang begini membuatnya sedikit lega.
Ia mengambil tempat agak pojok dan mulai membuka bukunya.
Lagi-lagi pikirannya ke Akbi!
Ia tidak yakin Akbi seperti yang Reno bilang, sedang balapan di luar kota.
Kalau memang Akbi balapan, ia cemas pada sahabatnya.
Apa baik kalau dia coba menghubungi Akbi lagi?
Hanya memastikan sepertinya tidak apa-apa.
Ia mengeluarkan HP, ragu-ragu.
Akhirnya menghubungi nomor Akbi.
Tersambung!
Kekira kaget, ada dering HP!
Bunyinya makin nyaring.
Kok? Ia merasa bunyinya dekat.
Jantungnya mendadak berdebar kencang.
Jangan-jangan…
“Aku di sini.”
DEG!
Ia menoleh dan kaget Akbi berdiri menjulang di belakangnya sejak tadi.
Akbi menatapnya penuh kerinduan.
Kekira merasakan matanya memanas.
“Adinda Kekira Kurniawan, kita pernah janji untuk ketemu lagi?” Akbi mengusap kepala Kekira yang tertutup jilbab hijau.
“Jadi kamu inget aku?” Kekira menitikkan air mata.
Akbi menunjukkan gelang di tangannya. “Sejak kamu pergi, aku nggak pernah lepas gelang ini. Karena aku yakin kita akan ketemu lagi. Dan bagaimana aku bisa lupa sahabat kecilku.” Akbi memeluk Kekira.
Kekira tersenyum lega. “Aku kira kamu nggak mau ketemu aku lagi.”
Akbi melepas pelukannya dan memegang kedua bahunya.
Kekira kaget menyadari ada luka di wajah Akbi.
“Kamu kenapa..?”
“Aku minta maaf baru bisa nemuin kamu. Seminggu kemarin aku di rumah sakit. Yah sedikit keserempet waktu balapan,” jelas Akbi santai.
“Sedikit?” Kekira cemas. “Kamu bercanda ah! Ini lukanya sampe begini masa’ cuma sedikit. Kalo masih sakit kenapa ke kampus?!”
“Karena aku nggak sabar mau ketemu kamu.”
Wajah Akbi ada lebam-lebam bekas jatuh.
Kekira memperhatikan luka cowok itu, cemas.
“Aku nggak pa-pa kok, Adinda termanis…” Akbi memegang tangan Kekira tanpa melepaskan pandangannya.
“Tapi ini luka beneran lho.”
“Nggak seberapa dibanding senengnya aku ketemu kamu lagi.”
Kekira terdiam, walau masih cemas.
“Dilarang pacaran di perpustakaan!”
Mereka kaget suara Pak Oman penjaga perpus menggelegar sampai seisi perpus melihat ke arah mereka.
“Maaf Pak. Yuk kita keluar aja!” Akbi menarik tangan Kekira meninggalkan perpustakaan dengan wajah merah.
***
“Serius lho! Aku nggak nyangka kita bisa ketemu di sini? Kamu apa kabar?”
Kekira masih kikuk karena Akbi mengajaknya mengobrol di taman kampus.
Otomatis semua mata tertuju pada mereka.
Tapi Akbi cuek aja.
“Si kecil yang selalu bawa boneka, sekarang udah besar ya?” Akbi cuek membelai kepala Kekira.
“Emangnya kamu pikir aku kecil terus?” Kekira merengut. “Kamu juga nggak ngenalin aku kan?”
“Gimana bisa ngenalin? Sahabatku yang manja sekarang jadi cantik begini.”
Pipi Kekira bersemu merah. “Tapi kok semua taunya nama kamu Bira?”
“Namaku kan Akbira Fardinan. Dan di kampus ini semua panggil aku Bira. Cuma kamu yang panggil aku Akbi. Biar selalu begitu. Seperti awal aku tau nama kamu Adinda. Tapi kok kamu jadi adik kelasku? Kita kan seumuran.”
“Ayah sering mutasi ke luar kota, aku jadi ketinggalan pelajaran dan sempet ngulang dua kelas. Kenapa? Kamu malu sahabat kamu adik kelas?”
“Kenapa juga mesti malu? Nggak ada yang salah. Eh aku anter pulang ya? Aku pengen tau rumah kamu.”
“Iya tapi aku masih ada kuliah, Bi. Eh lima menit lagi ini. Aku ke kelas dulu.”
“I’m waiting for you.” Akbi tersenyum.
Kekira balas tersenyum dan bergegas pergi. Bahagianya bertemu kembali sahabat satu-satunya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments