SIANG makin terik, Kekira menunggu di parkiran.
Cinay sudah pergi dengan Reno.
Tinggal Akbi yang katanya lagi di toilet.
Setiap orang yang melintas selalu melirik ke arahnya, bikin nyalinya ciut.
Tiba-tiba…
Cruuutt..
“Astagfirullah!” Kekira kaget.
Terdengar tawa membahana, mobil berhenti dan Trixie memunculkan kepala dari jendela.
“Itu hadiah buat cewek sombong kayak lo!”
Kekira misuh-misuh ketika mobil Trixie meninggalkannya.
Kena cipratan genangan air kotor kedua kalinya.
“Kekira!” Akbi muncul dan kaget.
“Akbi kok lama banget?” Kekira cemberut.
“Sorry sorry… eh tadi tu Trixie kan? Ya ampun kok kotor gini?”
“Tadi Trixie…” Kekira terdiam.
Kalau dia bilang, ntar yang ada Akbi nyari masalah sama anak Sastra, panjang urusannya.
“Kenapa? Dia apain kamu?”
“Ngg.. tadi dia nggak sengaja kok.” Kekira mengelap wajahnya dengan tisu.
Akbi mengeluarkan saputangan. “Baju kamu sampe kotor begini.”
Tingkah lembut Akbi jadi perhatian semua orang. Karena Akbi telaten membersihkan noda di jilbab biru Kekira.
“Tetep harus dicuci biar bersih.”
Akbi melepas jaket dan memakaikan pada Kekira.
“Biar ketutup aja.”
Kekira terdiam, mendadak jantungnya berdetak lebih cepat.
“Ya udah kita pulang.”
Akbi menstarter motornya dan memberikan helm.
***
Akbi menjalankan motornya dengan kecepatan sedang.
Kekira diam saja.
Dalam hati Akbi berniat bikin perhitungan dengan Trixie.
Ketika melirik ke kaca spion, matanya menyipit.
Ada mobil Honda HR-V hitam mengikutinya.
Siapa tu? Perasaan gue baru liat mobil itu, batin Akbi heran.
“Ki, pegangan yang kuat!” perintah Akbi.
Meski heran, Kekira mempererat pegangannya.
Akbi menambah kecepatannya. Memasuki jalur cepat.
Ternyata mobil itu memang ngikutin dia.
****! Mo cari masalah kayaknya ni orang! Gue harus anter Kekira pulang dulu, gue nggak mau sampe berantem depan dia, batin Akbi.
“Bi, kayaknya aku kenal mobil itu!” seru Kekira setengah teriak.
Akbi kaget. “Kamu tau?” ia merasakan pegangan Kekira di pinggangnya mengeras.
Akhirnya Akbi menepikan motornya.
Mobil berhenti tepat di depannya.
Turun seorang cowok ganteng berkacamata yang mengenakan kemeja.
Kekira bergegas turun dan membuka helm.
Cowok itu menghampiri Kekira dengan muka sangar. Dan…
“Apa-apaan kamu, Adinda!?”
Bentakan keras itu membuat Kekira tersentak dan menunduk.
Akbi memandang Kekira dan cowok itu bergantian.
“Ma-mas Riga…”
“Perempuan kayak kamu nggak pantes naik motor kayak gitu!?” bentaknya kasar.
“Lalu ini apa?! Kenapa baju kamu kotor?! Ya ampun… kamu tuh bukan anak kecil lagi, Adinda!!”
Kekira hanya menunduk takut.
Cowok yang bernama Riga itu mencengkeram lengan Kekira, keras.
“Ayo pulang!”
Akbi menahan tangan Kekira.
“Jangan kasar sama cewek!”
“Diem lo!” Riga menunjuk Akbi, geram. “Jauh-jauh dari calon istri gue!”
Akbi melepas pegangannya dan terpaku melihat Kekira yang digiring masuk mobil.
Kekira hanya memandang Akbi sedih dari balik kaca mobil.
Begitu mobil melaju, Akbi tercenung.
Kekira udah punya tunangan?
Tapi kenapa Kekira nggak cerita?
***
Kejadian tadi siang membayangi Akbi sepanjang waktu.
Dia hanya tidak habis pikir Kekira diperlakukan seperti itu dan tidak melawan.
“Bi, lo denger kita?”
Akbi tersentak. Semua memandang ke arahnya.
“Eh sorry sorry, gue nggak fokus tadi. Ada apa?”
“Mengenai geng motor yang keroyok gue sama Andre, Bi.” Goga menjawab, wajahnya masih ada lebam.
“Emang mereka masih nyari masalah?” Akbi memandang Andre. “Gue udah bikin perhitungan sama mereka kemarin. Dan mereka bilang, malah lo yang rebut ceweknya Yoga, Ndre. Apa itu bener?”
Andre gelagapan. “Hah? Mereka ngomong gitu?”
Semua mata tertuju pada Andre.
“Bener gitu, Ndre?” tanya Goga. “Lo bilang si Riri cewek lo?”
“Lo bokis, kali!” timpal Gery kesal. “Lo kan demen rebut cewek orang!”
Semua membenarkan kata Gery.
Karena sudah terpojok, Andre mengaku.
“Iya gue emang rebut si Riri dari Yoga. Tapi gue ngelakuin itu karena nggak tega liat Riri disakitin melulu. Riri suka curhat sama gue. Makanya gue…”
“Apapun alasannya, dalam kasus ini jelas lo yang salah. Karena Riri statusnya masih pacar Yoga, dan lo usik dia, wajar Yoga sama gengnya bikin perhitungan sama lo.”
Akbi geleng-geleng kepala.
“Masalah ini gue anggap selesai. Gue nggak mau denger lo berurusan lagi sama mereka.”
Andre menyetujui dengan berat.
“Tapi masalah besar bukan itu, Bi.” Hendri menjelaskan. “Sebenernya, kita lagi bahas tentang penculikan yang lagi menggila di Jakarta.”
“Penculikan? Tumben kalian tertarik dengan berita?”
“Masalahnya, beberapa keluarga geng Tyrex jadi korban, Bi!”
“APA?!”
“Iya, sepupu Roni yang namanya Mayang, itu udah ilang sejak tadi pagi dan nggak bisa dihubungi. Bahkan adiknya Egi, Elon, sama Dedy juga menghilang.”
“Kalian yakin mereka jadi korban penculikan?”
“Gue udah cek semua temen adik gue si Indah, Bi…” Egi menjawab cemas. “Mereka bilang, terakhir mereka liat Indah keluar kampus mau ke tempat fotocopy, dan nggak balik-balik juga. Gue udah cari dia ke tempat yang kira-kira dia datengin tapi nggak ada.”
“Sama, Bi. Gue juga udah cari Olin adik kembar gue, tapi nggak ketemu.” Elon menimpali lesu.
“Gue malahan, tante gue sampe kumat jantungnya karena denger kabar Mayang ilang,” kata Roni.
Dedy juga pucat pasi. “Adek gue Via juga ilang sepulang les tadi.”
“Masalah serius kalo gini!” Akbi mendadak cemas pada Kekira. “Udah pada lapor polisi?”
“Udah. Tapi polisi emang sulit nangkep pelaku. Kayaknya professional banget.”
“Emang nggak ada petunjuk lain?”
“Sejauh ini masih blank. Pelakunya nggak ninggalin jejak sedikitpun.”
“Udahlah ini urusan polisi.” Tiba-tiba Evan nyeletuk.
Dalam sekejap, semua kepala memandang ke arahnya.
“Maksud lo apa, Van?” tanya Elon tinggi.
“Adik kembar gue ilang, saudari temen-temen kita jadi korban. Lo kenapa nggak ada empati-empatinya?!”
Evan berdiri. “Trus lo mau berbuat apa, Lon?”
“Apapun! Yang penting Olin harus selamat!”
“Enggak usah mellow gitu! Inget, predikat kita ini geng motor! Jangan cengeng!”
“Apa lo bilang?!” Elon naik pitam.
“Sabar, Lon!” Akbi menengahi dan memandang Evan tajam.
“Gue tau, di geng ini cuma lo sama gue yang nggak punya saudara perempuan. Jadi lo nggak paham arti kehilangan. Walau gitu jaga omongan lo! Mereka lagi pada berduka!”
Evan terdiam cuek.
“Kalian follow terus perkembangan. Gue pasti bantu kalian. Gue percaya, mereka bakal selamat. Oke. Gue balik duluan.”
Akbi bergegas pergi dengan motornya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments