Lala mematikan alarm ponselnya yang tergeletak di samping bantal. Dia meregangkan tubuhnya kemudian duduk dengan mata yang masih terpejam. Lala mengacak rambutnya kemudian merapihkannya kembali seraya menguap.
"Kapan liburnya" gumam Lala yang merasa malas untuk berangkat bekerja.
"Lalaaa.. Bangun" teriakan Ibu Tita mengagetkannya.
Dia segera beranjak dari tempat tidur.
"Bisa gak sih bu gak teriak-teriak" Lala bersungut seraya melewati Ibunya yang sedang menata makanan di meja makan
"Kamu ini! Anak gadis bangunnya harus di teriakin terus" omelan Ibu setiap hari menjadi sarapan Lala sebelum dia berangkat ke kantor.
Rutinitas pagi yang tak biasa ia lepaskan adalah berlama-lama di dalam mandi. Bukan untuk menggosok badannya, melainkan berjongkok dengan mata terpejam.
"Lalaaa.." Ibu meneriakinya kembali
"Astaga Ibuuuu" Lala mengegrutu kesal sambil membuka bajunya satu persatu.
Tak berapa lama, dia keluar kamar mandi dan segera masuk ke dalam kamar.
"Pakai baju apa ya?" dia memilih baju yang hendak dipakainya.
"Duh perasaan bajuku itu-itu saja. Buluk semua. Kapaan shoppingnya" gumamnya merasa bingung dengan baju dihadapannya.
"Ini sajalah. Toh yang liat juga si Agus sama si Deni!" gerutunya seraya memakai rok span hitam dan kemeja putih bercorak.
Lama dia menatap dirinya didepan cermin sambil sesekali tersenyum.
"Lalaaaaaa" Teriakan ketiga dari Ibu di pagi ini
"Astaga" Lala berdecak kesal
"Dandan saja lama! Kamu mau kerja saja kayak mau pesien syow" Ibu tak henti bicara
"Fashion show ibu. Fashion show" Lala meralatnya
"Terserah lah. Sana sarapan dulu." Perintah ibu yang sibuk menggoreng bakwan.
"Aku gak mau sarapan Bu. Lagi diet" ucapnya enteng
"Apa? Diet?" ibu membelalakan matanya
"Ibu gak mau ya nanti malam harus ngerokin kamu gara-gara dietmu itu" suara lantang Ibu meramaikan pagi harinya
"Sarapan dulu! Sudah mati nanti kamu gak bisa sarapan lagi!" Perintahnya masih dengan suara lantang
"Astaga! Ibu nyumpahin anaknya mati" Lala bersungut
"Ibu gak nyumpahin kamu. Memang benar kok? Ada orang mati yang sarapan?" Ibu balik bertanya.
"Tidak ada ibundaku" ucap Lala menyudahi perdebatan mereka.
Lala mengambil bakwan dan nasi goreng yang berada dihadapannya.
"Makanmu sedikit sekali kayak kucing saja" Ibu mengajaknya berdebat kembali
"Artis gak ada yang rakus Ibu" ucapnya seraya memberikan senyuman termanis pada sang Ibu
"Artis kamar mandi" gumam ibu sambil menggigit bakwan. Dia menemani sang putri sarapan.
Tinggal berdua dengan sang Ibu tak membuatnya kesepian. Lala mewarisi watak Ibunya yang cerewet sehingga rumahnya selalu terasa ramai oleh ocehan mereka.
Ayah Lala yang berkebangsaan Jepang, telah lama meninggal karena kecelakaan tragis yang merenggut nyawanya. Di usia Lala yang menginjak 10 tahun, dia harus menjadi seorang anak yatim. Semua aset kekayaan mereka seketika diambil alih oleh keluarga ayahnya dengan kecurangan keluarga ayahnya. Tak sepeserpun Ibu Tita dan Lala dapatkan atas hak mereka. Dengan terpaksa Ibu Tita menghidupi Lala dengan sederhana dan tanpa putus asa.
Ibu Tita sendiri disibukan dengan menjadi kader Posyandu di wilayah RWnya. Beliau sangat aktif dalam kegiatan sosial sambil menitipkan kue basah buatannya ke toko dan warung yang ada di lingkungannya.
"Nanti siang Ibu mau ke Kelurahan La, ada rapat kader sekelurahan. Kemungkinan nanti Ibu gak masak ya" ucap Ibu
"Iya Ibu. Nanti pulang aku beli makan. Mau makan apa nanti?" tanya Lala
"Gak usah La"
"Kenapa Bu?" tanya Lala heran karena biasanya sang Ibu paling semangat dengan makanan yang Lala bawa.
"Gak usah yang macam-macam maksud Ibu. Belikan Ibu nasi padang sama martabak saja cukup" ucap Ibu tanpa merasa bersalah.
"Ya Tuhan, aku kira betulan Ibu gak mau aku bawakan makanan" Lala berdecak sebal
"Rezeki itu jangan di tolak, kalau bisa ditambah La" ucap Ibu santai
"Iya Ibundaku"
Setelah selesai sarapan, Lala segera memesan ojek online. Dia menunggu kang ojek datang sambil memotret dirinya dengan berbagai gaya.
"Kasihan sekali ponselmu La" Ibu menggelengkan kepalanya
"Kenapa sih Bu?" Lala bertanya kesal
"Tiap hari dia dijejali foto-fotomu yang aneh itu. Kalau dia manusia udah overdosis kayaknya" Ibu berkomentar
"Ibundaku kenapa tidak luluran dulu sebelum ke kelurahan? Siapa tahu disana nanti ketemu Duren alias duda keren yang tajir melintir" Lala tak mau kalah
"Ini anak yaa.. Kurang asem sama Ibu sendiri" Ibu berkacak pinggang
"Ampun Ibundaku. Maaf saya gak ada waktu berdebat. Yayang ojek sudah menjemputku. Byeee Ibu" Lala melenggang pergi meninggalkan Ibu yang kesal.
"Hei, Assalamualaikum dulu" ucap Ibu seraya berteriak
"Waalaikumsalam Buuuu" Lala tak kalah berteriak.
Dia menghampiri kang ojek dengan ceria.
"Sesuai aplikasi ya Pak" ucapnya riang
"Siap Mbak" tukang ojek tersenyum ramah
"Helm couplenya mana Pak? Eh maksud saya, helmnya Pak" pinta Lala
'Duh ini mulut sudah ngarep dijemput pacar'
Tukang ojek memberikan helmnya kemudian melaju ke Petani Maju tempatnya bekerja.
Lala menikmati pagi hari dengan hembusan angin yang menerpa wajahnya dan cahaya mentari pagi yang menyapanya dengan ceria. Dia menikmati perjalanannya menuju kantor dengan memperhatikan jalanan yang mulai sibuk.
Setibanya di kantor, dia duduk manis sambil memainkan ponselnya.
"Ibu datang gak ya?" batinnya menanyakan sang bos tercinta patrnernya bergosip.
Dia sangat menyukai bosnya yang ramah, cantik, dan tidak pelit. Apalagi kalau bos Reza (suami Bu Tasya) datang menghampiri mereka. Khayalannya selalu melambung jauh saat menyaksikan pasangan tersebut melakukan hal romantis dihadapannya.
Setelah lama berselang Ibu Tasya datang dengan ceria menghampirinya.
"Assalamualaikum, selamat pagi La" ucapnya ramah
"Waalaikumsalam Ibuuuu" dia tak kalah girang
Dia seharian penuh berada dalam ruangan tersebut berdua dengan ibu bos, sementara di depannya ada beberapa karyawan yang berkutat dengan sayuran terhalang oleh pintu dan jendela kaca.
Di sela-sela kerjanya, dia sesekali melihat ponselnya.
'Duh ini ponsel mati suri apa ya? Gak ada tanda-tanda kehidupan' rutuknya dalam hati
Dia bergerilya di sosial media miliknya. Disana terpampang banyak sekali foto dirinya dengan berbagai kata sesuai isi hatinya.
'Bikin pantun ah, kali ada yang komen' batinnya riang.
Pergi ke Sampang naik becak
Naik becak rodanya bolong
Lihat saja tampang yang baca
Sudah kayak penggorengan gosong
Lala tersenyum sendiri dengan pantun yang dia buat di statusnya. Tak berapa lama, ponselnya bergetar. Disana beberapa pesan masuk mengomentari pantun yang dia buat menjadi status.
'Akhirnya ini ponsel ada kehidupan' gumamnya senang.
Dengan semangat, dia membalas satu persatu pesan yang masuk ke dalam ponselnya. Hingga dia melupakan pekerjaannya sejenak. Dia membuka siapa saja yang melihat statusnya. Sesaat dia melebarkan matanya seolah tak percaya
"Keenan" pekiknya dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Lina Mumtahanah
baca ini berulang² masih aja terkekeh²
2024-09-16
0
Syinta Azmi
kuy ah lanjut ketawa,,,,😅😅
2022-09-21
0
Wulan Dary
sumpah bagus ceritanyya bikin ketawa sendiri kaya orang gila......👍👍👍👍💪💪💪
2021-12-21
0