Setiap pagi beginilah suasana di kediaman pasangan itu, keberadaan Dara di tengah-tengah kehidupan mereka memberi warna-warni berbeda didalamnya, ditambah lagi dengan Wira yang suka berulah untuk menjahili Dara membuat atmosfer di rumah itu selalu penuh kehangatan.
Wira menyusul Dara masuk ke dalam mobil dan memakai sabuk pengamannya. "Pakai sabukmu gadis kecil, atau nanti kita akan kena tilang, dan anggap saja adegan yang tadi itu adalah pelajaran pra menuju kedewasaan," ucapnya santai sambil menghidupkan mesin mobilnya dan mengatur frekuensi radio mencari-cari musik yang sesuai untuk menyemangati di pagi hari.
"Pelajaran macam ini, tidak ada dalam kurikulum!" Dengusnya geram.
Wira hanya menggedikkan bahunya seolah masa bodo dan melajukan mobilnya sambil bersenandung dengan riang. Sangat kontras dengan ekspresi gadis di sebelahnya yang tampak menekuk wajah cantiknya karena masih kesal dengan keisengan Wira tadi.
"Jangan cemberut terus, nanti tambah jelek," goda Wira.
"Kakak fokus nyetir aja deh, gak usah ngeledekin aku," jawab gadis itu ketus kemudian memalingkan pandangannya ke jendela mobil.
"Masih ngambek nih? mau mampir ke kedai kopi kesukaanmu nggak? Kakak traktir deh." Wira mulai membujuk Dara yang merajuk.
Begitu mendengar kata kopi, wajahnya yang sejak tadi cemberut tiba-tiba terurai berubah merekah indah begitu manis dengan mata berbinar. Dara membalikkan tubuhnya hingga berhadapan dengan Wira.
"Beneran?" tanyanya antusias.
"Iya bener, kamu juga boleh beli sekalian buat teman-temanmu," ucap Wira sambil mengacak rambut Dara.
"Serius ya Pak Dokter? jangan ngibul! Pokoknya aku mau beli banyak-banyak untuk dibagi bersama teman-temanku," timpal Dara bersemangat.
Wira mengulum senyumnya, satu tahun bernaung satu atap dengan Dara secara alami ia memahami banyak hal tentang adik iparnya itu. Dara bukan tipe yang sulit dibujuk, apalagi jika dengan mendengar kata kopi sudah dipastikan saat kesal seperti apapun suasana hatinya akan kembali membaik.
Pria jangkung itu menepikan mobilnya di sebuah cafe yang menjadi tempat favorit Dara. Gadis cantik itu segera turun dan menarik lengan Wira sambil bergelayut manja ibarat anak kecil yang minta dibelikan mainan oleh ayahnya.
"Kakak, ayooooo... cepat kita masuk, pagi-pagi begini yang beli kopi biasanya antri." Dengan tidak sabaran Dara setengah menyeret Wira untuk masuk.
"Kamu mau pesan berapa gelaspun boleh, pakai kartu ini, aku tunggu di sana." Wira menunjuk ke tempat duduk yang berada didekat pintu keluar, dan menyerahkan salah satu kartu di dompetnya ke tangan Dara.
"Siap bos, silahkan duduk di sana dengan tenang dan nyaman yang mulia, jangan membuat keributan ya, biarkan hamba menghabiskan isi di dalam kartu ajaibmu ini hohoho," sahutnya riang lalu ia melangkah mendekati antrian dan ikut menunggu giliran untuk memesan kopi yang diinginkannya.
Dara memesan sepuluh gelas kopi dengan harga yang paling mahal di cafe itu. Ia mengambil pesanannya dan bergegas menghampiri Wira yang terlihat sedang serius mengotak-atik ponselnya
"Yang mulia, aku sudah selesai, dan ini kartunya. Ayo kita segera ke kampus, aku ingin menikmati kopi ini bersama teman-temanku masih dalam keadaan hangat," ajaknya pada Wira sambil mengembalikan kartu milik kakak iparnya itu.
Wira melirik ke arah kopi yang dipesan Dara. "Kamu pesan sepuluh gelas? memangnya temanmu sebanyak itu? seingatku yang biasanya datang ke rumah cuma dua orang."
"Udah deh jangan kepo, kan kakak sendiri yang bilang aku bisa membeli sebanyak yang aku mau, yuk ah cepetan, nanti kopinya keburu dingin."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 312 Episodes
Comments
Bila D
Dari kisah Tya lanjut ke Dara
2024-01-06
0
Maria Ulfa Jimshoney
kemana saja aku..kok baru tau author ini
2023-05-22
1
Pipit Pipit
q dr arjuna, yudis trys kesini... q suka semua ceritaya, bahasaya jg enak
👍👍😘😘
2023-01-18
0