(Zoya Khalisa More)
Reiner sudah kembali dari Jepang hari ini dia telah pulang ke rumah, sedangkan aku sudah hampir seminggu pulang.
Dia memasuki rumah tanpa menyapaku dan langsung menuju kamarnya. Kupikir dia akan bicara denganku, makanan selalu ku siapkan tapi, tidak sekalipun kulihat dia menyentuhnya. Semua kebutuhannya aku siapkan aku mencoba untuk jadi istri yang sempurna meskipun tidak ia inginkan.
Saat itu kulihat dia sedang terduduk dengan satu koran di tangannya, aku memberanikan diri untuk mendekat.
"Mas, bisakah kita bicara sebentar?" tanyaku.
"Ya udah tinggal ngomongkan," ungkapnya ketus.
Aku harus bisa memberanikan diri untuk membahasnya. "Apa aku masih bisa bekerja di perusahaannya Mas?"
"Enggak bisa, orang pasti akan katain gue nantinya," ucap Reiner.
"Jadi kalau Mas tidak mengizinkan aku kerja di perusahaan itu lantas aku harus hidup bagaimana?" tanyaku kesal.
"Tinggal hidup saja apa susahnya sih!" bentaknya dengan nada tinggi.
‘Kenapa hatinya seperti batu tanpa memikirkan apapun tentang orang lain,’ batinku.
"Tapi aku butuh uang Mas, aku butuh untuk hidup," ungkapku dan dibalas dengan melempari koran kearahku membuatku terkejut.
"Lo tu cewek nggak benar ya! Kenapa nggak Lo minta sana sama cowok Lo uang. Apa Lo malu takut di bilang mata duitan ya terus kenapa sama gue Lo nggak malu? Lo mau uang berapa jawab biar sekarang gue kasih Lo uang," ucapnya dengan membentak sambil mengeluarkan uang dan melemparkannya kearahku.
Air mataku mengalir aku menangis sejadi mungkin didepannya hatiku sakit kelakuannya sudah melampaui batas.
"Kamu udah keterlaluan Mas!" bentak ku sambil menangis, rasanya aku tidak sanggup mengeluarkan kata-kata.
"Lantas kalau gue keterlaluan terus Lo apa namanya Nggak usah baik deh munafik tahu nggak! Baik sama gue cuma buat mengambil harta guekan makanya Lo mau nikah sama gue iyakan? Secara gue, Bos besar gitu dan lagi siapa itu cowok Lo kemarin yang Lo bawain buat honeymoon pasti Lo satu kamar sama dia bukan? Apalagi gue lihat Lo pelukan sama dia di Restoran sehari setelah kita nikah. Jadi gue harus sebut Lo apa sekarang istri apa kupu-kupu Malam?!" ucap Reiner geram.
Aku menamparnya habis sudah kesabaranku. "Reiner cukup ...!"
"Aku udah sabar hadapi kamu. Sedikitpun aku nggak mau harta Mas. Aku menerima pernikahan ini karna aku nurut dengan Mami dan Papi, aku bisa mencari uang tanpa hasil dari hartamu, aku masih istri sahmu, tapi apa saat honeymoon kita kamu malah mengajak kekasihmu apa kamu pernah pikir bagaimana perasaanku? Aku berani bersumpah aku bukan wanita seperti yang kamu pikirkan! Aku dengan Kelvin hanya sebatas sahabat kami tidak tidur sekamar hingga detik ini aku masih suci, dan yang kamu lihat di Restoran memang dia memelukku tapi itu karena aku menangis, kenapa kamu sangat membenciku apa salahku? Aku juga tidak meminta kamu untuk menikahi ku!" bentak ku padanya entah dari mana keberanian aku hari ini, tapi tidak ada jawaban darinya.
Aku berlari menuju kamar, mengunci pintu dan menangis sejadi mungkin aku kecewa dengannya. salah apa aku hingga aku di perlakukan terus-menerus begini.
Setelah kejadian itu entah beberapa hari aku terus saja menangis dan mengurung diri di kamar, aku tidak ingat setelah pertengkaran kami waktu itu aku tidak berani memperlihatkan diriku padanya. Aku sungguh malu dan takut dia marah lagi dan memperlakukan hal yang sama padaku.
Kepalaku pusing dan aku sungguh lapar, perutku sakit sekali bagaimana ini aku tidak mau mati konyol di sini, tapi aku juga takut untuk memanggil suamiku. Hingga akhirnyaaku terus memegangi perutku.
‘Oh tidak aku tidak mau mati ini kenapa rasanya bergoyang dan semuanya gelap,’ batin.
Hingga akhirnya aku tidak tahu lagi apa yang terjadi.
------------------------------------------------
(Reiner Joe Notern)
Aku menyadari itu kesalahanku. Aku tidak memberinya nafkah baik lahir maupun batin, uang yang dipakai untuk membuat sarapan mungkin saja itu uangnya, tapi aku tidak menyuruhnya untuk membuat sarapan.
Sudah empat hari dia tidak keluar dari Kamar setelah pertengkaran itu aku tidak lagi melihatnya. Aku pernah mencoba menghubunginya tapi tidak juga di angkat aku khawatir padanya. Takut mungkin saja dia sakit atau terjadi hal yang lebih parah yang tidak kuinginkan.
‘Apa tadi aku mengkhawatirkannya? Tidak Reiner, kamu mungkin salah ini bukan seperti yang kau mau, aku khawatir bukan karena menyukainya tapi tidak lebih dari rasa kasihan padanya,' batin. Mencoba untuk menenangkan hatiku.
Setelah aku pikir-pikir apa sebaiknya aku melihatnya saja. Bagaimana jika dia mat? Justru aku tidak mau di tuntut oleh keluarga kami nantinya.
Aku mencoba beberapa kali mengetuk pintu tapi tak ada juga balasan. Mencoba memanggilnya tapi tetap sama.
"Hei Zoe, apa kamu di dalam? Bukalah! Aku ingin bicara padamu, kali ini aku janji tidak membuatku marah lagi ayo bukanlah."
Tetap sama tidak ada jawaban darinya aku sungguh panik pikiranku sudah berpikir yang tidak-tidak, apa jangan-jangan dia mencoba melukai dirinya sendiri sungguh aku tidak tahu lagi dan kuingat aku mempunyai kunci di setiap kamar jadi rumah kami itu memilik masing-masing dua kunci.
Aku mencoba mencarinya, kemana lagi itu kunci, pas di cari nggak ketemu giliran nggak di cari ada, lama aku mencari hingga akhirnya aku dapat. Aku membuka pintu.
"Kenapa kosong dimana dia?”
"Zoe, dimana kamu keluarlah," panggilku saat itu
aku membuka lemari, kamar mandi tapi tidak ada siapapun hingga aku melihatnya tidak sadarkan diri di dekat jendela kamarnya.
Aku mendekatinya. "Zoe bangun." Dan aku mengecek suhu badannya sangat panas. "Kamu kenapa?"
Aku menggoyangkan tubuhnya tapi tetap saja dia tidak bangun. Lalu menggendongnya dan segera ku larikan kerumah sakit. Singkat kata kami telah sampai aku langsung membawanya masuk dan dokter langsung memeriksanya.
Beberapa saat aku menunggu diluar sampai dokter menghampiriku. "Bagaimana keadaan istri saya dok?" tanyaku.
"Anda suaminya, jika begitu ikut keruangan saya sebentar disana akan saya jelaskan," ucap dokter itu.
"Baik dok," sahutku.
Diruangan dokter.
"Jadi bagaimana dok?" tanyaku.
"Istri Anda menderita sakit lambung, dan juga depresi, sepertinya istri Anda memiliki banyak beban dan pikiran. Saya sudah memberinya obat penenang jadi Anda tidak perlu terlalu khawatir sebaiknya Anda lebih memperhatikannya, dan ini resep obatnya silahkan dilihat," ucap dokter itu seraya memberikan obatnya.
"Baik dokter terimakasih."
"Sama-sama," ucap Dokter itu.
Aku melihatnya terbaring lemah, tubuhnya terlihat lebih kurus dari sebelumnya, aku memperhatikan wajah cantiknya, tanpa polesan make-up dia sudah cantik. Lalu mengusap lembut wajahnya. Aku sungguh bersalah, dia mengalami depresi, semuanya salahku yang sudah terlalu kejam padanya.
Bangunlah aku akan mencoba sedikit lebih baik lagi padamu, ku mohon bangunlah, aku memengang tangannya berharap dia merasakan peganganku tapi tetap saja dia belum bangun. Hingga akhirnya aku tidak sadar aku pun ikut tertidur di sampingnya.
********
Rasa benci akan tumbuh saat kamu melihatnya dengan mata, namun rasa sayang akan tumbuh saat kamu melihatnya dengan hati. Ibarat sebuah kaca jika kamu melihatnya dengan utuh rasa benci akan menghampirimu tapi jika kaca telah pecah rasa sakit yang timbul saat kamu melihatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 241 Episodes
Comments
Rudi Hartono
semangat
2021-06-15
0
Ida Ismail
perempuan bodoh, mau mati apa mau pergi
2021-04-13
0
Susi Yanti
😭😭😭😭sesak dada ku thor
2021-03-12
0