15. Hitam Diantara Putih

Sinar matahari pagi terasa membelai wajah pulas Gi Tae melalui jendela kamar. Dia belum pernah merasakan tidur senyaman ini, di atas kasur empuk dan hangat di dalam istana Hira.

Total tiga malam dia tinggal di istana Hira hingga saat ini, jika bukan karena permintaan Sazhawa dan Mozhawa yang terlalu memaksa, mungkin dia sudah melanjutkan perjalanan pulang seorang diri.

Gi Tae masih harus tinggal di Hira untuk sementara waktu, sampai Chaeyun memutuskan kapan untuk kembali ke Sun Gu. Dia tidak memiliki pilihan lain, Chaeyun mengancam bahwa dia akan menghukumnya jika nanti dia melarikan diri dari Hira dan kembali ke Sun Gu dalam kondisi sebagai buronan.

Maka untuk saat ini, dia masih merasa aman bersama dengan para putri dari ketujuh kerajaan, walaupun dia sendiri meragukan kata aman tersebut.

"Wah.. wah... tidak kusangka, kamu menikmati hari-hari di istana ini, kukira kamu akan membencinya" ledek Chaeyun yang datang dari antah-berantah untuk mengganggu tidur pulas Gi Tae.

Gi Tae perlahan membuka matanya dan terduduk untuk memproses sekelilingnya. Tentu dia mendengar suara Chaeyun yang berisik, tetapi dia baru setengah sadar untuk dapat menjawabnya.

Bersama dengan para putri dalam beberapa hari ini membuat dia terbiasa dengan mereka, walaupun ada diantaranya yang bisa saja menyakitinya, tetapi dia telah melihat itu sebagai hal yang wajar. Dia bahkan tidak jarang untuk kembali menjawab mereka yang terlalu semena-mena terhadapnya.

"Hmmh..." helaan napas setengah sadarnya tidak dapat ditahan "Ada apa Chaeyun, mengapa pagi-pagi sekali? aku tidak berminat untuk bermain-main denganmu pagi ini. Huaahmm..." tambahnya dengan meregangkan tubuhnya.

"Benarkah yang kulihat ini? sejak kapan kamu memiliki keberanian untuk bersikap seperti itu kepadaku?" Chaeyun yang merasa tersinggung mengangkat kedua alisnya dan menambahkan pertanyaan dengan melipatkan tangan di atas dadanya.

"Baiklaahh... putri Chaeyun yang terhormat, ada gerangan apa anda mencari hamba sepagi ini?" ucap Gi Tae dengan nada sarkasnya.

"Aku akan pergi siang ini, dan kamu bisa ikut pulang denganku." Chaeyun dengan bangga menyampaikan kabar yang selalu dinantikan oleh Gi Tae.

Hal ini membuat Gi Tae serta merta tersadar dan berdiri dari tempat tidurnya. Matanya terbuka lebar dan mulutnya terperangah, tidak percaya dengan yang dia dengarkan.

Setelah sekian hari dia merengek mengajak Chaeyun untuk kembali ke Sun Gu. Akhirnya, Chaeyun mendengarkan permohonannya. Rasa rindu Gi Tae terhadap orangtuanya tidak dapat dia bendung. Kebahagiaan untuk segera bertemu kembali dengan mereka tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata.

"Benarkah!" raut wajah bahagianya begitu nampak "terimakasih banyak Chaeyun!" spontanitas Gi Tae memeluk Chaeyun karena rasa senangnya.

Gi Tae mendekapnya dengan hangat dan menggoyang-goyangkan badan Chaeyun mengekspresikan kebahagiaannya. Pelukan kebahagiaan yang belum pernah dia berikan kepada orang lain selain keluarganya.

Chaeyun seketika diam membatu. Dia kaget dengan aksi mendadak yang diterimanya. Belum pernah ada lelaki yang memeluknya dengan penuh kebahagiaan seperti ini. Andai hal-hal kecil seperti ini bisa membuat seseorang bahagia, tentunya dia bisa mewujudkannya bukan.

Selama ini Chaeyun hanya pergi untuk membuat masalah, dia belum pernah mewujudkan kebahagiaan kepada seseorang, bahkan untuk hal yang sepele. Dia tidak tahu bahwa melihat orang lain bahagia akan membuatnya ikut bahagia.

Tiba-tiba degupan hatinya terasa lebih keras dan cepat. Dalam diamnya, Chaeyun dapat merasakan itu. Sesuatu yang aneh menjalari tubuhnya. Pipinya memanas hingga mengeluarkan rona merah muda yang tidak disadarinya.

Setelah Gi Tae merasakan keanehan dia segera melepas pelukannya kepada Chaeyun dan menatapnya khawatir.

"Chaeyun, apakah terjadi sesuatu? mengapa kamu diam saja? pipimu merah! apakah kamu sakit?" Gi Tae memegang kedua lengan Chaeyun khawatir dan terus membombardirnya dengan pertanyaan-pertanyaan.

Tanpa berpikir panjang, Gi Tae meletakkan telapak tangannya ke dahi Chaeyun untuk memastikan yang dia pikirkan.

Chaeyun semakin terkejut dengan aksinya. Dia kembali ke akal sehatnya dan menepis tangan Gi Tae, membuat Gi Tae ikut melepaskan lengannya dengan tetap merasa heran.

"He-hentikan! aku... aku tidak apa-apa...!" ucapnya dengan kebingungan dan menunduk sembari terus mengedipkan matanya, berpikir tentang apa yang tengah terjadi padanya.

Mengapa tiba-tiba hatinya berdegup kencang, apakah dia jatuh hati pada? tidak-tidak, itu tidak mungkin terjadi kan.

Chaeyun sontak menatap wajah Gi Tae untuk memastikannya. Saat dia melakukan itu, wajahnya kembali terasa seperti terbakar hingga membuat matanya melebar.

Tidak mungkin, ini tidak mungkin terjadi! ucapnya dalam hati.

Seketika dia lari meninggalkan Gi Tae yang masih keheranan dan khawatir dengan keadaannya.

"Chaeyun tunggu!"

--

Sementara itu di Sungujeon tepatnya di rumah kecil Moon Gi Tae, terlihat Jung Jieun, ibu Gi Tae resah dengan keberadaan putranya. Sudah hampir seminggu Gi Tae pergi dan belum kembali. Bahkan kabarnya juga tidak pernah dia ketahui.

Wajah cantik dan mungilnya tengah diselimuti kekhawatiran. Hingga membuat Moon Yongjae, sang suami kembali menenangkan pikirannya.

"Jieun, sudah kukatakan kepadamu, dia akan baik-baik saja. Putra kita sedang baik-baik saja, aku belum merasakan sesuatu yang bisa membahayakannya" ucap Youngjae dengan menggenggam tangan sang istri yang tengah berdiri dengan menatap luar jendela.

Meski hari begitu cerah, tetapi itu tidak dapat menghiburnya sedikitpun. Gi Tae adalah putra satu-satunya, dia tidak tahu apa yang akan terjadi padanya jika sesuatu menimpa putra tunggalnya itu.

"Kamu selalu mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja? kamu ingat yang terjadi sebelumnya? bahkan pikiranmu dapat dimanipulasi, suamiku!" dengan naiknya nada bicara dan mata yang berkaca-kaca, dia menatap tajam suaminya dan membantah perkataan yang menurutnya omong kosong belaka.

Sebagai seorang ayah, Moon Yongjae juga pastinya khawatir dengan keberadaan putranya, ditambah dengan kondisinya saat ini yang tengah menanggung kutukan.

Dia telah mencoba untuk mencari Gi Tae. Dia sudah menyusuri setiap hutan yang ada di Sun Gu, bahkan dia juga sempat mencarinya ke pusat kota dan ke desa-desa yang ada di Sun Gu dan bertanya kepada setiap orang yang ditemuinya. Tetapi untuk ketidakberuntungannya, dia sama sekali tidak menemukan petunjuk kemana putranya menghilang.

Dia seringkali teringat akan sebuah ramalan yang dulu pernah disampaikan oleh seorang penyihir tua.

- flashback -

Moon Yongjae masih mencari cara untuk menyembuhkan kutukan yang diberikan ayahnya kepada anaknya. Dia tidak ingin Gi Tae tumbuh dengan menanggung dosa, jika bisa untuk diubah, maka dia dengan sukarela menyerahkan dirinya untuk menggantikan Gi Tae.

Hingga pada suatu saat dalam pencariannya, dia bertemu dengan seorang penyihir tua hebat yang menghabiskan hidupnya untuk melakukan meditasi di puncak gunung.

"Dia sudah ditakdirkan, bayangan hitam telah menentukan jalan untuknya" sang penyihir hebat yang ada dihadapan Youngjae mengatakannya dengan mata tertutup.

Di tengah hutan di atas gunung, tempat dimana penyihir hebat itu bermeditasi dengan beralaskan sebuah batu yang cukup lebar, dia menyampaikan hal yang ingin diketahui oleh Youngjae.

Moon Yongjae yang datang seorang diri hanya dengan bermodalkan keberanian, tidak juga menyerah. Dia ingin mengubah takdir sang anak.

"Saya mohon, tolong saya... Saya akan memberikan apapun agar anak saya terhindar dari kutukan itu!" Youngjae meminta dengan menurunkan harga dirinya.

"Takdir sudah tergaris" sang penyihir akhirnya membuka mata dan menatap Youngjae dengan tajam "Hingga saatnya tiba, Akan datang sembilan cahaya hitam, dan sebelum kegelapan menyebar dia harus dapat mengumpulkan seluruh energi dari kesembilan cahaya tersebut. Mereka adalah kunci untuk bangkitnya kekuatan terbesar yang ditanamkan oleh bayangan hitam. Dia bisa menjadi penyebab kehancuran atau dialah yang akan hancur." tambah sang penyihir.

- end of flashback -

Moon Yongjae sama sekali tidak mengerti apa yang dimaksudkan oleh penyihir tua saat itu. Dia hanya mencoba mengolah setiap kata yang keluar dari mulutnya.

Hingga sampailah pada detik ini. Seperti yang telah dikatakan oleh sang penyihir tua, bahwa semua yang terjadi sudah digariskan. Gi Tae sudah sampai pada saat dimana kekuatannya akan bangkit. Dan dua hal yang lebih mengerikan ialah, kekuatan tersebut dapat menjadi penghacur, atau dia yang akan hancur.

 ----

Episodes
Episodes

Updated 51 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!