Gi Tae berusaha kabur dengan menyelinap keluar dari ruangan Sazhawa, dia membuka dua daun pintu besar dan mengeluarkan kepalanya terlebih dahulu untuk memastikan bahwa keadaan aman.
Setelah dia pikir tidak ada siapapun di sana, dia segera melangkahkan kakinya ke lorong kanan secara perlahan seperti orang yang hendak maling. Dia sebenarnya juga tidak tahu apakah arah yang dia tuju ini adalah jalan yang benar, yang pasti dia ingin segera lepas dari lingkungan ini.
Dari arah yang berbeda, putri Jang Na Yeong dari kerajaan Jang Gu melihat seorang pemuda tengah mengendap-endap keluar dari kamar putri Sazha, Na Yeong berdecak kagum dengan menggelengkan kepalanya. Sambil melihat si pemuda dari belakang, Na Yeong terus mengikutinya.
"Luar biasa sekali Sazhawa, sekarang dia terang-terangan membawa pria ke kamarnya." Na Yeong terus berusaha mengikutinya agar dia tidak kehilangan jejak si pemuda.
--
Lorong yang di ambil Gi Tae sangat sepi dan tidak ada prajurit yang berjaga. Cukup aneh untuk istana yang memiliki nama seperti Hira. Namun dia tidak menghiraukannya dan hanya menyusuri lorong itu.
Setibanya di persimpangan jalan, Gi Tae sempat mengalami dilema untuk memilih jalan antara kanan atau kiri. Tak lama kemudian seseorang dengan pakaian prajurit muncul dihadapannya dan menyeringai. Hal ini sontak membuat Gi Tae terkejut dan kebingungan.
"Mau kabur?" prajurit itu bertanya kepada Gi Tae dengan santai dan tanpa menunjukkan tanda-tanda bahwa dia akan menyakiti.
Gi Tae yang heran mendengar ini merekomposisikan dirinya kembali, sambil terus bertanya-tanya di benaknya dia menganggukkan kepala dengan ragu-ragu.
"Ke arah sini, tampan" prajurit tersebut menarik tangan Gi Tae dan memimpin jalan mengambil langkah ke arah kiri.
Gi Tae dengan segala pikiran yang ada dibenaknya mengikuti prajurit tersebut dengan hati-hati. Dia tidak menyangka bahwa di istana Hira terdapat prajurit yang memiliki kepribadian seperti ini. Apa karena mereka setiap hari hanya bertemu dengan teman-teman prajuritnya mangkanya mereka bisa menyukai sesama jenis.
Gi Tae bergidik kengerian membayangkan hal itu dan menarik kembali tangannya dari genggaman si prajurit.
Sang prajurit berhenti dan menatap Gi Tae dengan aneh, belum sempat prajurit itu berucap, Gi Tae sudah menyelanya terlebih dahulu.
"Uh... Kamu berjalanlah terlebih dahulu, aku akan mengikuti dari belakang" Gi Tae dengan menahan rasa takutnya berhasil tidak kabur dari hadapan prajurit.
Sial, dia sangat membutuhkan orang ini untuk membawanya pergi dari istana, tapi mengapa harus prajurit seperti dia yang bertemu dengannya.
"Baiklah..." si prajurit mengangguk dengan memasang wajah heran kepada tingkah Gi Tae.
Sambil terus berjalan, sang prajurit penasaran dengan asal usul dan sebab Gi Tae berada di istana Hira.
"Apa yang kamu lakukan di sini, mengapa kamu keluar dari kamar putri Sazha? apakah kamu telah menghabiskan malam bersamanya?" prajurit tersebut mengangkat kedua alisnya dengan santai. Mengingat hari masih sore, dia berpikir bahwa Sazha dan pemuda ini pasti telah berdua selama entahlah mungkin dua hari.
"Bukan-bukan... bukan seperti itu!" Gi Tae melambaikan tangan secara berulang untuk menghapus pikiran buruk si prajurit.
Bagaimana bisa seorang prajurit berbicara tentang tuannya seperti itu. Jika Gi Tae bukanlah orang yang sedang dalam pelarian saat ini, mungkin dia sudah menyelanya. Gi Tae merasa tidak senang mendengar prajurit ini membicarakan hal buruk tentang Sazhawa.
Namun dia juga tidak berani mengambil resiko dan pertanyaan sang prajurit jelas mengganggu pikirannya.
Saat ini Gi Tae dan prajurit tersebut sudah berhasil keluar dari istana Hira dengan selamat dan tanpa mengendap-endap. Wow, Gi Tae sempat kagum dengannya.
"Baik kalau kamu tidak mau mengakuinya, itu aman denganku." sang prajurit menggelengkan kepala untuk memastikan kepercayaannya. "Dan sekarang kamu sudah berhasil keluar, ada lagi yang bisa kubantu?" prajurit itu menatap Gi Tae dengan senyum manis.
Gi Tae merinding melihatnya, bagaimana mungkin dia bisa terang-terangan seperti itu dalam menyukainya, apakah dia tidak malu dilihat orang? diakan laki-laki.
"uh- tidak-tidak... terimakasih sudah menolongku mencari jalan, aku berhutang padamu" Gi Tae sambil membungkuk rendah meringis canggung ke arah si prajurit.
"Baiklah jika kamu berkata seperti itu, tampan. Suatu saat aku pasti menagih janjimu" prajurit yang tidak terlalu tinggi dan terlihat gagah dengan seragamnya itu mengedipkan mata dengan genit kepada Gi Tae.
"Oh dewa, lebih baik kau mengutukku dari pada harus berhadapan dengan orang seperti ini" pikir Gi Tae dengan merinding.
Gi Tae memang pernah mengecup korban kutukan yang berjenis kelamin pria, tetapi dia sama sekali tidak pernah memikirkan bahwa dia akan bertemu dengan orang seperti ini, seorang pria yang berusaha merayunya di ruangan terbuka. Untung saja prajurit ini bukanlah orang yang harus dihadapinya untuk melepaskan kutukan.
Usai kejadian itu, Gi Tae membungkuk untuk terakhir kalinya dan menancap gas untuk pergi meninggalkan istana dan orang-orang tak wajar yang ada didalamnya.
--
Setibanya dikamar, Sazhawa terkejut karena melihat kamarnya kosong.
"Loh, dimana dia?" Sazha mencari-cari si pemuda yang belum sempat menyebutkan namanya ke setiap sudut ruangan.
"Apakah kamu mencari teman kencanmu, putri Sazha?" Na Yeong masuk kekamarnya dan menanyakan hal yang sudah dia ketahui.
Sazhawa menoleh kebelakang, ke arah pintu kamarnya dan mendapatkan putri Na Yeong sedang berdiri di pintu sembari melipatkan kedua lengannya di atas dada dengan sikap yang begitu santai.
"Kamu melihatnya??" Sazha bertanya heran kepada Na Yeong "dan sedang apa kamu disini?" tambahnya.
Na Yeong melepaskan lipatan tangannya dan berjalan santai sambil melihat-lihat isi kamar Sazhawa.
"Aku yang membantunya pergi" Na Yeong dengan senyum manisnya bangga menyampaikan hal yang mengejutkan bagi Sazha "kau tahu, aku kasihan padanya, karena dia terlihat begitu polos dan ketakutan... hihihi..." dengan terkekeh tipis dia menambah rasa kecewa Sazha.
"Kurasa dia cukup tampan walaupun ya... tidak terlihat seperti kaum bangsawan, tapi kharismanya terpancar bukan?" Na Yeong terus berbicara tentang pria yang sedang dicari oleh Sazha tadi sembari membayangkan kejadian sebelumnya.
"Hey...! ada apa?" akhirnya putri Na Yeong menanyakan ekspresi wajah Sazha yang sedari tadi kebingungan menatapnya "mengapa kamu seperti orang bingung?" tambahnya dengan penasaran.
"Mengapa kamu mengizinkannya pergi? aku bahkan belum sempat mengetahui namanya!" akhirnya Sazha meluapkan semuanya kepada Na Yeong. Dia meremas rambutnya sendiri dengan frustasi. "Kamu harus bertanggung jawab! kamu harus menemukannya kembali untukku." Sazha menatap tajam mata Na Yeong dengan penuh kutukan.
"Benarkah? kupikir kalian sudah menghabiskan waktu-- selama- dua malaman..." ucap Na Yeong lirih pada akhir kalimat. Dengan canggung dia menatap mata Sazha dan meneguk ludah di tenggorokannya yang kering. Dia tidak tahu bahwa Sazha bahkan tidak mengetahui siapa pemuda itu. Dia merasa berdosa kepada salah satu sahabatnya itu.
"Dan juga, itu sudah terjadi sejak sore tadi" tambah Na Yeong dengan ragu.
"Jang Na Yeong.... apa yang telah kamu lakukan?! hhhh!" Sazha sangat geram pada sahabatnya dan pergi dengan menghentakkan kaki meninggalkannya.
Jang Na Yeong terkenal memiliki ilmu sihir yang dapat berkamuflase menjadi seseorang ataupun hewan yang dia inginkan.
Saat dia bertemu dengan Gi Tae, Na Yeong tengah menyamar menjadi seorang prajurit dan membantunya perrgi dari istana Hira.
Meskipun Sazhawa, sahabatnya tengah marah hebat kepadanya, namun Na Yeong tidak merasa menyesal telah membantu Gi Tae pemuda yang tidak dikenalnya untuk keluar dari istana. Walaupun sebenarnya Na Yeong juga merasa bersalah, disisi lain ada rasa syukur yang melegakannya karena dia merasa Gi Tae masih jauh dari kata berdosa setelah mendengar penjelasan Sazha, dan dia memiliki bayangan tersendiri dengannya di masa yang akan datang. Gi Tae memiliki energi yang berbeda dari orang pada umumnya, pikir Na Yeong.
----
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments