Moon Gi Tae menyaksikan dengan jelas, gadis yang memiliki sihir api tengah mendekapnya, membawanya terbang menjauh dari keramaian pusat kota.
Lengan kecil sang gadis tidak terlalu panjang sehingga rangkulannya hanya sampai pada punggung belakang tubuh Gi Tae. Tangan kiri sang gadis dilontarkan ke depan untuk menjaga keseimbangan mereka saat berada di angin.
Gi Tae menatapnya dengan rasa takut dan khawatir namun dia juga tidak dapat menutupi rasa kagumnya. Dia memperhatikannya dengan seksama. Seorang gadis yang memiliki pesona misterius dengan mata indah serta berkelopak mata ganda, hidung yang mancung dengan tulangnya yang terlihat mengalur, wajah tirusnya yang kecil dan tubuh yang tidak begitu tinggi sedang memfokuskan pandangannya dengan serius ke arah gadis es untuk mengejarnya.
Meski hari telah beranjak petang namun dia dapat melihat dengan jelas bagaimana helai rambut panjang sang gadis api mengayun indah mengikuti irama angin yang berhembus kearahnya. Wajah sejuknya tampak begitu elok dengan paparan sinar oranye dari sisa tenggelamnya sang mentari, seakan membuat mata siapapun yang melihatnya tidak akan bisa berpaling darinya.
Tanpa disadari, tangan kiri Gi Tae yang merangkul pundak sang gadis perlahan memperkuat pelukannya. Seakan dia terhipnotis dengan keindahan sang gadis api.
Hingga akhirnya gadis es mendarat di tanah yang cukup lapang di pinggiran desa, dekat dengan hutan, membuat gadis api dan Gi Tae ikut mendarat dihadapannya. Namun pendaratan sempurna justru diberikan khusus kepada Gi Tae. Gadis api menjatuhkannya 3 meter dari atas tanah sebelum akhirnya dia memijakkan kaki di tanah.
"Brukkkk!!"
"Arrghhh!!" Gi Tae memekik kesakitan dan terguling sesaat.
Gadis es terkejut melihat Gi Tae dijatuhkan begitu saja oleh gadis api. Kaki kanannya hendak melangkah dan tangannya sedikit bergerak ke depan seakan hendak membantunya berdiri, tapi dia membatalkan rencananya dan akhirnya hanya berdiam diri melihat Gi Tae kesakitan.
"Apakah itu diperlukan?!" tanya Gi Tae yang terlihat kesal sembari terhuyung mencoba untuk berdiri.
"Tentu saja! karena sedari tadi kamu meremas pundakku! dasar mesum!" ketus gadis api dengan kesal dan membuang wajahnya.
Gi Tae hanya menghela napas berat dan mengatupkan rahangnya dengan geram sambil melirik kesal menyumpahi gadis api di dalam pikirannya.
"Chaeyun, kamu tidak perlu melakukan itu" dengan tenang dan nada peduli sang gadis yang memiliki sihir es menasihati gadis api yang tengah kesal dihadapannya.
"Maksudmu yang mana, membakar atau menjatuhkan dia?" dengan acuh gadis bernama Chaeyun itu menunjuk Gi Tae menggunakan wajah kesalnya.
"Keduanya..." ucap gadis es dengan mengangkat kedua pundaknya "dan mengapa kamu harus membawanya bersama kita?" tambahnya keheranan.
Gi Tae yang sedari tadi juga masih terlihat kesal akhirnya mendengarkan obrolan mereka. Mereka saling kenal? tanya Gi Tae dalam benaknya.
Saat Gi Tae mendengarkan percakapan mereka, dia tidak sengaja memperhatikan sang gadis es. Lagi-lagi matanya terpana akan keelokannya. Dia menatap wajahnya yang cerah dan hangat, rambutnya lebih panjang sedikit dari gadis api, jika si gadis api memiliki rambut sebatas punggung, maka gadis es ini memiliki rambut yang sepanjang pinggul. Bibir gadis es yang sedari tadi bergerak tak jauh dari hadapannya juga terlihat begitu indah, kecil dan sempurna.
Gi Tae terperangah terpana dengan kecantikannya.
"Kamu lihat sendiri kan, mengapa aku harus melemparnya?" Gadis api mengangkat salah satu alisnya dengan sinis ke arah Gi Tae dan melipat tangannya dengan bangga, diikuti dengan gadis es yang menggelengkan kepalanya setelah mengetahui maksud dari sahabatnya itu.
Pemuda ini benar-benar mesum, pikirnya.
Setelah dia sadar bahwa sedari tadi yang dilakukannya hanya memeriksa kedua gadis dihadapannya, dia pun kembali ke akal sehatnya.
"Apa??" Gi Tae mengangkat sebelah alisnya dan bertanya keheranan karena saat ini dia tengah ditatap serius oleh gadis es dan gadis api.
"Kamu tidak tahu siapa kami?" tanya Chaeyun dengan tidak percaya.
"Kamu... gadis yang mengeluarkan sihir api, sedangkan dia... gadis yang memiliki sihir es" jawab Gi Tae dengan tidak yakin. Apa lagi? hanya itu yang dia tahu.
"Wow... Sulit dipercaya" ucap Chaeyun diiringi decak takjub dan sarkas.
"Kamu seperti bukan berasal dari sini, siapa namamu?" gadis es penasaran dengan pemuda yang ada dihadapannya dan bertanya dengan baik-baik.
Bukan tanpa alasan dia bertanya, melihat bahwa Gi Tae bukan penduduk Hira dan ada sesuatu yang berbeda darinya yang dia juga tidak tahu itu apa, membuatnya ingin tahu siapa sebenarnya pemuda ini.
Chaeyun setuju dengan tindakan sahabatnya dan hanya mengangkat kedua alisnya, memberi kode untuknya agar menginterogasi lebih lanjut. Dia yakin bahwa gadis es memiliki pemikiran yang sama dengannya.
Mendengar pertanyaan dari gadis es membuat Gi Tae sekali lagi merasa tidak nyaman.
Dia tidak ingin mereka tahu bahwa dia adalah anak yang membawa kutukan dan diincar baik oleh penyihir ilmu hitam atau siapapun yang menginginkannya.
Percayalah, hidup seperti itu sama sekali tidak menyenangkan. Dia harus terus bersembunyi dan lari.
"Aku--.. aku Gi Sung" ucap Gi Tae dengan menutupi ragu setelah menemukan ide untuk berbohong.
"Hmm... mencurigakan" pangkas gadis api "lalu dari mana kamu berasal, mengapa bisa sampai ke wilayah Hira?" tambahnya penasaran dengan tidak meninggalkan ekspresi menantangnya.
"Itu, eehhh... begini.. hmm.." Gi Tae menemukannya sulit untuk mencari kebohongan lain.
"Baiklah, akan kukatakan yang sesungguhnya" dia akhirnya menyerah dengan menghela napas panjang setelah melihat kedua gadis dihadapannya tidak membeli kebohongannya sama sekali.
"Aku dari Sun Gu dan bisa berada disini karena putri Sazhawa dari kerajaan Hira membawaku." ujar Gi Tae dengan jujur dan tentu saja dia tidak mengatakan namanya yang sebenarnya.
"Putri Sazhawa membawamu?" tanya gadis es keheranan "bagaimana bisa atau-" dan pikirannya sesaat terhenti "jangan bilang dia... menyukaimu? Hahh.." matanya melebar dan napasnya tersentak kejut dengan mulutnya dia tutupi menggunakan tangan kanannya.
"Ehh...! tidak seperti itu!" Gi Tae mengerutkan keningnya tanda pernyataan tersebut salah dan lagi-lagi menggoyangkan tangannya berulang kepada gadis itu dengan antusias untuk menyangkal pikiran buruk sang gadis.
"Kamu dari Sun Gu dan kamu tidak mengetahuiku?" kembali Chaeyun bertanya keheranan kepadanya.
Gadis es juga hampir tidak percaya jika pemuda bernama Gi Sung ini tidak mengetahui sahabatnya, Sun Chaeyun, sang putri mahkota dari Sun Gu.
"Maaf, tapi aku benar-benar tidak mengenalmu, yang kutahu, gadis es disebelahmu itu memanggilmu dengan nama Chaeyun dan kamu memiliki sihir api dengan tingkatan tertinggi, dan ya hampir ketinggalan, kamu juga gadis yang membakar rumah salah satu keturunan bangsawan yang ada di Hira dan yang terakhir-" Gi Tae menarik napas dalam-dalam untuk melanjutkannya "kamu orang pertama yang menjatuhkan ku dari ketinggian... Oh ya, apakah kamu tahu putri terakhir raja Hira, dia tidak akan senang jika mendengar telah terjadi huru-hara di pusat kota." ancam Gi Tae sembari mengangkat ujung bibir kanannya, menyeringai kepada Chaeyun.
Chaeyun dan gadis es benar-benar tidak mempercayai hal ini. Pemuda aneh yang berbicara tanpa henti hanya dengan satu pertanyaan? sebentar, dia terlihat seperti pendiam bukan, apa yang telah merasukinya.
"Hahah... maksudmu putri Mizhawa?" Chaeyun tertawa terpingkal-pingkal dengan penjelasan Gi Tae atau yang saat ini mereka kenal dengan Gi Sung "Mizhawa tidak akan marah kepadaku, walaupun dia marah, dia tidak akan bisa lebih unggul dalam pertarungan denganku" ucap Chaeyun dengan masih tertawa sembari menggelengkan kepalanya, menemukan hal ini konyol.
"Dia memanahku!" sontak suara Gi Tae membuat kedua gadis terdiam dan memusatkan perhatian mereka kepadanya "dia memanahku dihutan dengan panah sihir saat dia dan saudaranya sedang berburu." lanjut Gi Tae dengan kesal karena dia melihat bahwa mereka meremehkan ceritanya.
"Kamu sepertinya memang pantas untuk diburu" Chaeyun menambahkannya dengan pandangan horor.
Gi Tae hanya terdiam dan menelan ludahnya dengan berat. Dia tidak menyangka bahwa putri yang terlihat cantik bisa membuatmu mati hanya dengan pandangannya.
"Baiklah... mungkin kamu sedang mengalami hari yang buruk" gadis es melihat keadaan mulai tegang dan mencoba untuk memecah suasana "ngomong-ngomong namaku Kang Dayeon putri dari kerajaan Kang Gu, dan dia putri Sun Chaeyun dari kerajaan Sun Gu. Bukankah tadi kamu berkata bahwa kamu dari Sun Gu? berbaik hatilah padanya, mungkin dia bisa membantumu." Dayeon memberikan senyuman tipis di akhir kalimatnya.
Putri dari Sun Gu dan Kang Gu? mengapa tidak bilang dari tadi, pikir Gi Tae sambil menggigiti bibir bawahnya dengan gugup.
Dan bagaimana dia bisa tahu siapa para putri atau anggota kerajaan lainnya jika dia sendiri belum pernah ke istana untuk bertemu mereka. Jangankan istana, untuk pergi ke kota saja adalah hal yang langka dan itu dilarang oleh kedua orangtuanya.
Sebelumnya putri dari Hira, kini ditambah lagi dari Sun Gu dan Kang Gu, nanti apa lagi!. Mau berapa banyak putri yang harus dia temui.
Dewa benar-benar sedang membencinya.
"Mm- ma-- maafkan aku tuan putri Chaeyun, tuan putri Dayeon... aku benar-benar tidak mengetahui jika kalian berdua adalah para putri raja" Setelah mengatur napas, Gi Tae memberanikan diri untuk menunduk dan meminta maaf kepada kedua putri kerajaan. Dia khawatir permasalahan semakin rumit jika dia tidak segera mengambil tindakan.
"Sebenarnya aku sulit untuk memaafkan, tapi ya... karena kamu bukan ancaman, mungkin kamu bisa lolos kali ini." Chaeyun menyeringai dan berpikir bahwa energi yang ada pada pemuda itu mungkin hanya kesalahan. Dia berpikir mungkin ada seseorang yang berilmu sihir tinggi dan tidak sengaja berpapasan padanya saat itu, sehingga pemuda ini mengenai energi orang tersebut dan menarik energinya sendiri untuk memastikannya.
Mendengar hal ini, Gi Tae akhirnya bisa bernapas lega.
Dan ya, sebenarnya Gi Tae ingin tahu apa yang membuat kedua gadis yang berasal dari kerajaan cukup jauh dari Hira datang ke pusat kota Hira dan membuat kegaduhan. Tapi jelas, dia tidak akan menanyakan hal itu kepada mereka. Cukup dengan diam seperti ini, maka hidupnya akan selamat.
Gi Tae hanya menunduk rendah sebagai ungkapan terimakasihnya.
"Chaeyun, kamu belum mengatakan padaku alasanmu menghancurkan rumah orang itu" Dayeon kembali ke masalah utama pembicaraan mereka.
"Hhh... Tayama berulah lagi, dia berselingkuh dari sepupuku, hingga membuatnya menangis sepanjang hari, mangkanya aku membalas perbuatannya dengan membakar rumahnya" ujar Chaeyun acuh tak acuh.
Sulit dipercaya
----
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments