12. Energi dari Bayangan

"Tentang itu, tidak ada yang salah dengan Mizhawa, aku hanya bergurau denganmu tadi" ucap Na Yeong dengan cekikikan.

Aku masih terbayang bagaimana dia mengatakannya. Benar juga, seharusnya aku tidak mempercayai putri yang satu ini, dia terlihat selalu bermain-main dengan apapun yang dia katakan.

Tapi aku bisa merasakannya, bahwa sesuatu sedang terjadi diantara mereka para putri, itu seperti sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dengan kata apapun, tetapi bisa untuk dirasakan.

"Yah! Gi Sung, kemari cepat!" Na Yeong memanggilku setelah dia berlari meninggalkanku untuk melihat sesuatu di depan kami.

Ingat prajurit yang membantuku keluar dari istana Hira dengan tanpa sedikitpun halangan? ya, dialah orangnya, Na Yeong adalah prajurit itu. Dia memiliki kekuatan sihir kamuflase, dimana dia bisa berubah menjadi seseorang yang dia inginkan. Aku juga baru mengetahuinya setelah dia menjelaskan bahwa aku dan dia sempat bertemu bahkan mengobrol sebelumnya. Tidak heran, prajurit tersebut terlihat banyak berbicara dan senang bergurau. Kekuatan sihir yang seperti itu terdengar sedikit mengerikan bagiku.

Dan dia mengingat bahwa aku pernah berkata memiliki hutang budi padanya. Jadi disinilah kami, aku dan Na Yeong berada di pasar, yang terletak di pusat kota Hira. Dia menagih itu dan memintaku untuk menemaninya berkeliling pasar.

Tidak kusangka ini menjadi pengalaman yang menyenangkan sekaligus melelahkan bagiku. Karena Na Yeong sungguh gadis yang super aktif.

Dia berlarian kesana kemari untuk melihat hal-hal yang menarik perhatiannya.

"Na Yeong, benarkah kamu berumur 23 tahun? kamu bahkan bertingkah seperti anak kecil yang tidak memiliki rasa lelah." Aku menghampirinya dengan terengah-engah. Bukannya aku tidak suka, tetapi ini sungguh, dia memiliki banyak energi untuk melakukan semua hal yang dia inginkan.

"Ck... Apakah kamu benar-benar sudah tua atau memang tidak pernah melakukan latihan fisik? mengapa seorang lelaki sehat sepertimu mudah kelelahan?"

Untuk beberapa alasan perkataannya membuatku tersinggung. Aku tentu melakukan latihan fisik, bahkan aku juga sering menyisiri hutan untuk melakukan pekerjaanku. Tapi mengikutinya seperti ini adalah hal yang berbeda dari itu.

"Berhentilah menggerutu!" pintannya dengan kesal dan cemberut "bagaimana dengan ornamen ini? bukankah ini terlihat cantik?" ekspresinya seketika berubah, menjadi ceria kembali setelah memasang ornamen warna merah muda yang diletakannya di dekat pinggang kanannya, terlihat begitu serasi dengan baju biru muda berlapis putihnya.

"Benar, sangat cantik." aku berusaha untuk memfokuskan tatapanku kepada ornamen yang dipegangnya, tetapi bukan itu yang kulihat saat ini.

Saat ini, aku hanya melihat wajah Na Yeong yang memukau. Dia terlihat begitu cantik saat mengekspresikan apapun yang dia rasakan. Bahkan apakah aku baru menyadari ini, saat dia tersenyum aku merasa seperti berada di musim semi.

"Sudah kukatakan, aku memang cantik. Tapi bisakah kamu tidak terlalu memperlihatkan itu? kamu seperti tengah memohon kepadaku." dan hal yang membuatku terlalu cepat sadar juga adalah, rasa terlalu bangganya yang selalu ada menyertainya.

Hal itulah yang membuatku menaikkan egoku untuk terlihat tidak terlalu menghiraukannya. Tapi sepertinya justru aku jugalah yang terlihat begitu bodoh dan berharap padanya.

Hidup menjadi Gi Tae adalah hal yang menyedihkan bukan.

"Tolong!!! tolong!! ada copet!"

Saat aku tengah kesal dengan sikap terlalu percaya diri Na Yeong, kami mendengar seorang penduduk meminta tolong. Dia adalah wanita paruh baya yang berada tak jauh dari tempat kami berdiri.

Na Yeong seketika berlari ke arah perginya pencopet itu.

"Na Yeong! tunggu!! Ah! gadis ini! percuma aku meneriakinya, dia tidak akan mendengarkanku!" Gerutuku.

Dengan terpaksa akupun ikut berlari mengejarnya.

--

POV. Orang Ketiga

Si pencopet berlari memasuki gang kecil, dan dengan secepat angin, Na Yeong terbang dan mendarat dihadapan pencopet. Jalan yang diambil oleh si pencopet adalah jalan buntu, dan dibelakang Na Yeong adalah tembok pembatas.

Untuk sesaat Na Yeong merasa puas dengan ekspresi ketakutan yang ditunjukkan oleh si pencopet, namun itu tidak bertahan lama karena raut takutnya segera tergantikan oleh seringai jahat diikuti dengan kedatangan beberapa komplotan pencopet lainnya di area tersebut.

Bukan tanpa alasan si pencopet mengambil jalan itu, karena untuk mengingat kembali, penjahat pasti mengetahui langkah yang dia ambil.

"Hhh... sudah kuduga, kalian pasti akan mengepungku disini bukan, hahahah lagu lama" ucap Na Yeong dengan begitu santai sambil terlihat menyentikkan kuku dan meniup-niupnya.

Tak lama kemudian Gi Tae datang dengan terengah-engah pastinya. Dan dia nampak terkejut bahwa saat ini Na Yeong tengah dikelilingi oleh komplotan penjahat.

"Na Yeong!" suaranya menarik perhatian komplotan pencopet dan juga Na Yeong.

Na Yeong tidak mengira dia akan mengikutinya sampai sini, sekarang kekhawatiran justru muncul di wajah Na Yeong. Dia tahu jelas bahwa Gi Tae, yang saat ini dikenalnya dengan nama Gi Sung adalah lelaki dengan kebodohan tingkat tinggi yang tidak bisa melihat situasi dan justru akan meletakan dirinya dalam masalah.

Jika hanya untuk bertarung melawan mereka, Na Yeong tentunya bisa melakukan itu sendiri, mengingat dia juga melakukan pelatihan bela diri khusus untuk putri raja, namun datangnya Gi Tae akan membuat semuanya menjadi runyam. Dia tentunya juga bisa mengubah diri menjadi seseorang seperti prajurit atau bahkan mentri, tapi jika merubah diri secara langsung dihadapan para pencopet pastinya mereka mengetahui bahwa itu adalah Na Yeong.

"Apa yang kamu lakukan disini!" Na Yeong dengan geram bertanya kepada Gi Tae.

Para pencopet melihat kesempatan yang ada, tiga diantaranya mengepung dan menahan Gi Tae. Tersisa lima yang sekarang mendekat dengan menyeringai ke arah Na Yeong.

"Kamu lihat pemuda itu? dia akan kehilangan nyawa jika kamu berani melawan kami." ucap si pencopet yang merampas tas milik wanita tadi dengan menunjuk Gi Tae.

Na Yeong tidak berani mengambil resiko, mengingat saat ini bahkan Gi Tae memiliki sebilah belati di lehernya yang setiap saat bisa saja menyayat lehernya.

Dan kelima pria bringas yang perlahan mendekatinya dengan seringai bodoh, mereka memiliki niat lainnya yang tidak bisa mereka sia-siakan begitu saja.

Gi Tae sebenarnya juga merasakan ketakutan, teramat takut. Disini tidak ada Mozhawa yang bisa menyelamatkan nyawanya jika belati itu menyayat lehernya sewaktu-waktu. Dan rasa sakit yang ditimbulkan pasti akan sangat menyakitkan.

"Aku mohon jangan!" Gi Tae memohon dengan suara keras namun dengan nada ketakutan.

Tentu saja hal ini membuat komplotan pencopet itu tertawa terbahak-bahak setelah melihatnya.

"Hey anak muda! jika kamu peduli dengan kekasihmu ini, seharusnya kamu bisa menyelamatkannya, bukannya malah diam disana dengan belati di lehermu... hahahaha!" kekeh salah satu pencopet yang tengah mendekati Na Yeong. Gelak tawa mereka mengisi gang kecil dimana saat ini mereka berada.

Gi Tae sedih dan merasa tidak berguna melihat ini semua, dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Dia akhirnya sadar bahwa dialah yang menjadi penyebab semua ini, jika saja dia bisa melakukan suatu hal untuk mencegah semua ini terjadi.

Na Yeong melihat Gi Tae yang tertunduk getir, dia juga sebenarnya tidak ingin menempatkan Gi Tae dalam kondisi seperti ini, andai saja Gi Tae tidak datang dan tertangkap maka semuanya masih dapat dia atasi.

Akhirnya kelima pencopet berhasil meraih Na Yeong, dan dengan paksa mereka memegangi tubuhnya, membelai tangan dan bagian tubuh lainnya. Membuatnya ingin melawan, tetapi nyawa Gi Tae menjadi taruhannya.

Gi Tae melihat semuanya, dia tidak ingin menjadi seorang pengecut, bahkan jika harus berada pada titik akhir hidupnya, dia ingin setidaknya dapat menolong seorang teman. Benar, Na Yeong telah dianggap sebagai teman olehnya.

Bukankah dia juga pernah bertekad untuk menjadi seseorang yang lebih baik, yang tidak lagi menghindar bahkan lari.

Dia mengumpulkan semua keberaniannya. Dengan kekuatan paksaan, dia berteriak dan menghempaskan tubuhnya.

"Aku bilang JANGAN!!!"

Tidak disangka, teriakan yang diiringi dengan kekuatan paksaan yang dia keluarkan melalui energi ketakutan dapat berdampak besar pada sekelilingnya.

Hempasan angin kuat muncul beriringan dengan teriakan Gi Tae, membuat semua orang terhempas jatuh ke tanah termasuk Na Yeong.

Belati yang menempel di lehernya terbang entah kemana mengikuti hempasan angin tersebut.

Tepat setelah hempasan angin yang disebabkan oleh Gi Tae mereda, mendarat dua pendekar wanita dengan pedang untuk menghabisi komplotan pencopet yang mencoba untuk bangkit kembali.

Perhatian mereka teralihkan, dan inilah kesempatan Gi Tae untuk menolong Na Yeong dan membawanya ke tempat yang lebih aman.

----

 

 

Episodes
Episodes

Updated 51 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!