Dari ketujuh kerajaan, hanya kerajaan Hira lah yang memiliki tiga putri, ketiga bersaudara itu begitu mirip dan juga cantik sehingga banyak yang menyebut mereka tiga titisan Aphrodite.
Disisi lain, tugas kerajaan Hira juga terbilang berat, karena mereka adalah kerajaan pertama yang akan terkena dampak jika peperangan terjadi antar negara.
Untungnya karena diplomasi yang cerdas mereka bisa menjalankan tugas dengan baik selama ini.
Namun satu hal yang disayangkan dari kerajaan Hira, satu dari ketiga putri Hira tidak sehangat yang lainnya, dia selalu dicap sebagai putri yang dingin dan tidak memiliki hati.
--
Seperti biasa, Gi Tae menelusuri kedalaman hutan dekat dengan pemukimannya. Jika beruntung, dia juga bisa menemukan kelinci hutan untuk dibawa pulang. Namun sepertinya hari ini keberuntungan sedang tidak bersahabat.
Sebagai putra pencari tumbuhan herbal, Gi Tae sudah familiar dengan tempat dia tumbuh, meski mereka sering berpindah tempat ketika hal buruk terjadi, tapi untuk 10 tahun belakangan mereka sudah menetap dan mulai terbiasa untuk selalu waspada.
Seni bela diri ringan juga kerap kali diajarkan oleh Yongjae, sang ayah kepadanya. Sebagai bentuk perlindungan diri jika terjadi sesuatu.
"Apakah tidak ada hal lain yang bisa aku makan?!" gerutu Gi Tae dengan lelah setelah berjalan cukup lama di tengah hutan. Hingga siang ini dia belum mendapatkan apapun untuk disantap, sedangkan rumahnya terlalu jauh untuk diraih dengan berjalan, dan saat ini tubuhnya sudah kehabisan tenaga.
"Sreekkk!"
Tiba-tiba Gi Tae mendengar suara dari sebuah pergerakan dibalik rerimbunan.
Alarm ditubuhnya menyala, mengingatkan dia untuk kembali waspada. Jantungnya berdegup kencang dan napasnya sulit diatur. Dia khawatir jika sesuatu yang ada dibalik rumput rimbun itu adalah salah satu penyihir ilmu hitam yang telah mengincarnya.
Gi Tae menemukan dirinya sulit untuk bergerak akibat dari ketakutannya. Hingga pada akhirnya sesuatu meloncat dari balik semak menunjukkan dirinya adalah seekor kelinci hutan yang terkena panah di kaki depan bagian kanannya.
Akhirnya napas lega bisa dikeluarkan olehnya setelah menahan cukup lama.
"ohh... ku kira kamu penyihir jahat, ternyata kelinci malang" Gi Tae berdiri dan mendekati kelinci yang bernasib buruk itu. "Mari kita lihat apa yang terjadi padamu?" tambahnya dengan membungkuk dan mengangkatnya.
Kelinci itu terlihat kesakitan dan seperti meminta tolong padanya. Setelah melihat kondisinya, Gi Tae akhirnya mencabut anak panah yang menancap dikakinya.
"Tapi kamu tidak mungkin kulepaskan..." lanjut Gi Tae dengan meringis kesenangan. "Bagaimana bisa aku melepaskan santapan lezat sepertimu, ya kan?" tambahnya dengan girang.
"Kamu harus melepaskannya!"
"Kepada kami, karena itu milik kami..."
Kembali, Gi Tae terkejut mendengar suara yang muncul dari balik rerimbunan. Tidak hanya satu, tapi dua gadis cantik berdiri dihadapannya dengan membawa busur di lengan mereka. Kedua gadis itu mengenakan pakaian berwarna coklat diselingi lapisan hitam seperti pendekar wanita yang sedang melakukan perburuan.
"Ternyata kamu yang mencuri hasil buruanku!" setelah mendengar satu suara lagi dari arah samping kanan, Gi Tae memalingkan pandangannya menuju suara tersebut.
Dengan anak panah yang melesat secepat kilat, gadis yang datang terakhir melepaskan panahnya ke arah Gi Tae dan mengenai tepat dada kanannya.
"Arrghh!"
Gi Tae terjatuh kebelakang dan mengerang kesakitan, memegang dada bagian kanannya sambil terus merintih. Tas bambu yang ada dipunggungnya membuatnya semakin kesulitan.
Nyawanya seakan terangkat ketika panah itu terus menusuk kedalam, mencabik-cabik isi tubuhnya. Itu panah sihir, dimana rasa sakit akan terus terasa selama nyawa orang tersebut masih ada di raganya.
Salah satu gadis yang datang lebih awal tadi terkejut melihat pemandangan yang terjadi. Dia segera mendekati Gi Tae dan mencabut anak panah yang menancap di dadanya.
Dengan beberapa kekuatan sihir, gadis itu berhasil meredakan sakit akibat hantaman panah dari gadis tanpa belas kasih.
Gadis kedua teleportasi ke arah adiknya dengan cepat dan memarahinya.
"Mizha! apa yang telah kamu lakukan?! Lagi-lagi kamu hampir menghilangkan nyawa seseorang! Untung saja Mozha cepat bertindak, kalau tidak nyawanya pasti tidak dapat tertolong!" Sazhawa Putri kedua Hira tidak menyangka dengan tindakan implusif saudaranya.
"Ck...!" Mizhawa berdecak kesal dengan sikap berlebihannya Sazhawa dan memutar bola matanya.
"Berhentilah khawatir, lagi pula Mozha bisa mengobatinya bukan?" tambah Mizhawa dengan acuh.
Untuk saat ini Gi Tae sedang tidak sadarkan diri dan tergeletak di tanah, namun keranjang obat sudah dipindahkan dari bahunya oleh Mozhawa. Panah yang menembus dadanya tidaklah main-main.
Perseteruan antara kedua saudaranya membuat Mozhawa angka bicara.
"Sazha benar, Mizhawa. Kamu tidak bisa melakukan hal buruk seenaknya. Bagaimana kalau aku terlambat?" Mozha sebenarnya juga tidak tahan dengan sikap Mizhawa. Dia bukanlah anak yang pemberontak, dia begitu patuh dengan aturan akan tetapi sifatnya membuat banyak orang tidak terlalu suka padanya.
"Tapi lihat, kamu tidak terlambat kan?!" Mizhawa tidak menggubris kedua kakaknya dan berlalu pergi dengan tidak lupa mengambil dan membawa kelinci hasil tangkapannya dengan masa bodoh.
"Dia sungguh sudah keterlaluan!" Sazhawa kesal dengan sikapnya.
"Sudahlah, hanya takdir yang bisa mengubahnya." Mozha juga simpatik dengan kondisi adiknya. "Lalu harus kita apakan pemuda ini?" tambahnya kebingungan dengan kembali menatap Gi Tae yang tengah tidak sadarkan diri.
"Ah.. aku juga tidak tahu. Tapi jika kulihat lagi, dia sepertinya menarik energiku untuk sampai disini" Sazha mengerut keheranan melihat pemuda yang tak berdaya itu dengan seksama.
"Kukira hanya aku yang merasakannya??" Mozhawa juga bertanya keheranan kepada adiknya.
"Kita harus membawanya, barang kali dia bisa berguna, ihihi" ucap Sazhawa dengan girang.
"Jaga tingkahmu, Sazha. Kita sedang berada di Sun Gu" sang kakak mengingatkannya.
"Aku hanya berkata..." Sazha mengangkat kedua bahunya seakan tidak menggubris omelan saudaranya.
Dengan sekejap mata, Gi Tae dan kedua gadis bersaudara sudah berada di istana Hira dengan berteleportasi, tepatnya di ruangan putri Sazhawa.
----
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Aurora
Aku suka film kerajaan, apalagi kerajaan korea. Membaca karya ini jadi langsung terbayang adegan nya 😍
2023-04-08
1