Lia sudah sehat hari ini, meskipun Adit meminta pihak rumah sakit agar Lia beristirahat sampai besok tapi Lia juga bisa memilih pulang hari ini. Ahmad dan Widya sedikit terkejut juga kebingungan. Bagaimana mereka akan pulang jika rumah mereka sudah bukan lagi milik mereka.
Seorang petugas kebersihan memberikan tas dan koper yang mereka titipkan semalam.
" Mas... Bu... Maaf ya saya tidak bisa menyimpannya lebih lama, karena saya akan berganti sift. Jadi ini saya antarkan kemari."
" Iya mas... Terimakasih ya sudah menolong."
" Baik mas... Sama sama."
Lia menatap penuh tanya kepada Ahmad dan Widya. Lia berpikir, mengapa Ahmad dan Widya membawa tas besar dan koper miliknya.
" Bang... Ini ada apa? Seperti mau pindahan saja..."
" Huft.... Sayang, nak... Kita memang mau pindah."
" Lho... Memangnya kenapa?"
" Rumah kita digadaikan sama bapak buat bayar hutang. Sekarang sertifikatnya sudah diambil sama yang punya uang. Jadi .... Rumah itu bukan lagi punya kita."
" Astagfirullaah....."
Lia terjatuh duduk di ranjang. Ia sungguh terkejut. Bagaimana bisa rumah yang selama ini mereka tinggali harus diberikan begitu saja kepada orang lain.
" Bang... Bu... Kita harus ambil kembali rumah kita."
Lia beranjak dari duduknya. Tangannya mengepal menahan marah. Baru kali ini Ahmad dan Widya melihat Lia yang begitu marah.
Widya menahan Lia, dia tidak ingin anaknya kenapa-kenapa. Pasalnya juragan Karto adalah orang yang kejam, juragan Karto bisa melakukan apa saja yang dia mau.
" Jangan nak, juragan Karto itu sangat kejam. Ibu takut kamu kenapa-napa. Lebih baik kita cari kontrakan saja untuk kita tinggali sementara posisinya juragan Karto yang menang karena memang Bapakmu memiliki hutang yang banyak kepadanya."
Lia terdiam, dia menyetujui apa yang dikatakan oleh sang ibu.
" Ekhem assalamualaikum....."
" Waalaikumsalam....Eh Pak Adit.... Bang... Ibu Perkenalkan ini Pak Adit presdir di perusahaan tempat Lia bekerja."
Adit menyalami Ahmad dan Widya. Mereka pun mengangguk dan menerima uluran tangan Adit.
" Maaf kalau saya lancang tadi saya mendengar bahwa Lia dan sekeluarga sedang mencari rumah untuk ditinggali ya."
" Iya pak... Maaf harus membuat bapak mendengar hal tersebut."
" Tidak apa apa... Kebetulan saya ada rumah yang tidak terpakai, Lia dan keluarga bisa menempatinya."
Adit akhirnya menemukan ide tersebut. Daripada menggunakan ide milik Rama, Lia pasti akan curiga pasalnya dia sudah lumayan bekerja lama di JD advertising. Lia pasti tahu kalau perusahaan tidak pernah memberikan rumah dinas kepada para karyawannya.
" Tapi pak... Sepertinya tidak perlu. Saya nggak enak ngerepotin bapak."
" Haish... Jangan bilang begitu. Saya hanya ingin karyawan saya bekerja dengan baik saja. Kamu tahu kan Lia."
" Baik pak... Baik... Terimakasih pak."
Lia pada akhir menyerah dan menerima bantuan Adit. Adit tersenyum simpul. Namun senyumnya itu tidak ada yang melihat.
Yes.... Begini kan beres. Emang harus sedikit dipaksa. Kalau tidak, ini anak pasti akan menolak. Oke... Urusan rumah sudah beres.
Meskipun merasa tidak enak, namun bantuan Adit sangatlah mereka butuhkan untuk saat ini.
" Terimakasih Pak Adit... Saya sungguh mengucapkan terimakasih untuk bantuan anda."
" Tidak apa apa bang. Saya senang dapat membantu. Lia sudah boleh pulang kan, mari sekalian saya antar ke rumah. Biar Lia, abang, dan ibu bisa menempatinya hari ini juga."
" Tapi pak... Emang bapak tidak ke kantor?"
" Oooh... Itu... Gampang... Ada Doto di sana. Biar dia yang handle sebentar."
Widya sedikit heran dengan presdir perusahaan tempat Lia bekerja itu. Adit sangat baik. Widya berpikir, apakah memang Adit memang seorang presdir yang begitu memperhatikan karyawannya?
🍀🍀🍀
Satu jam, akhirnya mereka sampai di komplek perumahan yang dipilih Adit untuk Lia. Ketiganya sedikit terkejut saat mobil Adit berhenti di salah satu rumah.
Rumah tersebut memang tidaklah besar. Namun daripada rumah mereka kemarin rumah yang ada di depan mereka ini jauh lebih bagus.
" Mari turun... Maaf rumahnya tidaklah besar tapi saya rasa cukup untuk ditinggali ibu dan keluarga."
" Ta-tapi pak ini sangat bagus... Kami tidak enak menerimanya."
"Sudah jangan banyak nggak enaknya. Kalo nggak enak kasih kucing."
Saat Adit hendak mengajak masuk Lia beserta ibu dan abangnya masuk tiba tiba ponselnya berdering."
" Maaf aku angkat telepon dulu ya Lia ini kuncinya ajak aja Ibu dan Abangmu masuk ke dalam rumah."
Lia menerima kunci rumah dari Adit dan mengajak Ahmad dan Widya untuk masuk ke dalam.
Ceklek....
Ketigannya tertegun melihat rumah yang sudah komplit berisi perabotan. Sungguh sangat bagus. Sejenak Lia berpikir ia merasa rumah ini bukanlah rumah lama melainkan rumah yang baru saja dibeli. Tapi dia tidak mau banyak, bertanya sudah diizinkan untuk tinggal di sini oleh Adit dia sudah sangat berterima kasih.
Sedangkan di luar Adit begitu kesal menerima telepon dari Doto.
" Apaan sih udah Dot, ganggu aja kamu."
" Itu Bos non Jelita ke kantor dia mencari Bos.
" Haishhh suruh pulang aja aku males."
" Tapi bos dia kekeuh sekarang dia lagi nunggu di ruangan Bos."
" Ya ya ya... Baiklah aku bentar lagi ke kantor."
Adit mendengus kesal pasalnya Iya sangat malas bertemu dengan Jelita.
" Tampaknya aku harus mengakhiri hubunganku dengan Jelita. Wanita itu terlihat meminta hubungan lebih. Huft... Merepotkan."
Adit bergumam, kemudian ia melenggang masuk ke rumah menyusul Lia yang sudah terlebih dulu masuk ke dalam. Adit hendak pamit untuk kembali ke kantor meskipun sebenarnya ia enggan ia ingin berlama-lama di sana bersama dengan Lia. Entah mengapa dia melakukan hal itu tapi dekat dengan dia membuatnya merasa nyaman.
" Maaf ya tadi saya tinggal ada telepon mendadak dari kantor. Bagaimana Apa kalian suka dengan rumahnya?"
" Terimakasih pak, ini sangat bagus. Saya nggak enak sama pak Adit."
" Haish... Dibilang kalau nggak enak kasih kucing. Yang pasti setelah ini kamu harus bekerja lebih baik lagi. Ya sudah saya tinggal dulu ke kantor ya."
" Baik pak... Terimkasih."
Lia mengantarkan adik sampai di luar. Hingga adik memasuki mobilnya dan pergi dari rumah tersebut. Dia kembali ke rumah dan menemui Abang serta ibunya.
" Dek... Emang bosmu selalu baik gitu ya sama karyawan?"
Ahmad yang sedari tadi menahan untuk berbicara akhirnya pun menanyakan apa yang dia pikirkan. Pasalnya Ahmad sendiri merasa sedikit heran dengan tingkah Adit yang sepertinya bukan seperti Bos kepada anak buahnya.
Lia yang mendengar pertanyaan Ahmad pun bingung harus menjawab apa. Selama ini karyawan JD Advertising mengenal Adit seorang bos yang sangat dingin dan datar kepada karyawannya.
" Iya bang... Pak Adit memang baik."
" Alhamdulillaah kalau begitu Abang sempat punya pemikiran lain kepada bosmu itu."
Lia tersenyum kikuk, sesungguhnya dia sendiri merasa sedikit heran dengan tingkah Adit. Adit di perusahaan terkenal begitu cuek kepada karyawannya. Tapi entah mengapa Adit begitu perhatian terhadapnya. Namun lagi-lagi Lia tidak mau berpikiran jauh Dia sangat tahu Adit adalah Casanova, yang dengan mudah merayu para wanita-wanita.
Masih jelas dalam ingatan Lia beberapa hari yang lalu Adit bersembunyi di belakang tubuhnya untuk menghindari dua wanita cantik. Jadi Lia mengambil kesimpulan bahwa kebaikan Adit hanyalah semata-mata menolongnya sebagai seorang karyawan yang sedang membutuhkan bantuan.
TBC
Selamat Tahun Baru readers.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Nur Bahagia
kamu salah bu.. biasanya Adit dingin dan datar sama anak buah nya lhoo, tp ini dia baik karena naksir anakmu 🤭
2024-10-09
0
🌸ReeN🌸
firasat ibu memang kuat.... udah tau aja si adit modus ke anak gadisnya...
2024-01-30
1
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝓰𝓸𝓸𝓭 𝓖𝓲𝓻𝓵 𝓛𝓲𝓪 𝓳𝓷𝓰𝓷 𝓶𝓭𝓱 𝓴𝓪𝓶𝓾 𝓵𝓾𝓵𝓾𝓱 𝓼𝓪𝓶𝓪 𝓐𝓭𝓲𝓽 𝓼𝓲 𝓴𝓪𝓻𝓫𝓲𝓽𝓪𝓷😅😅😅😅😅
2023-01-24
0