Widya ingin memberitahu Ahmad tentang keberadaan Lia di rumah sakit. Namun Lia melarang ibunya itu.
" Jangan kasih tahu abang dulu. Abang sedang kerja bu. Nanti saja kalau abang sudah pulang. Kasian nanti abang malah kepikiran."
Widya mengangguk. Sebenarnya Widya juga punya pemikiran yang sama. Ahmad begitu menyayangi Lia. Kondisi Lia yang seperti ini pasti akan membuat Ahmad kalang kabut.
Sedangkan di perusahaan Adit tengah harap harap cemas menunggu kabar dari Doto. Ia sungguh tidak sabar dengan penyelidikan yang dilakukan Doto.
Tok...tok...tok...
Pintu ruangan Adit diketuk oleh Bagas sang sekertaris.
" Pak Bos... Ada yang mencari."
Adit mendengus kasar. Ia berharap Doto yang datang bukannya orang lain.
" Siapa?"
" itu..."
Belum selesai Bagas mengatakan sesuatu, orang yang hendak menemui Adit pun langsung masuk begitu saja.
Adit menatap mala pada orang itu. Sungguh jika membunuh bukanlah perbuatan kriminal maka ia akan membunuh orang itu saat ini juga.
" Pergilah Gas... Selesaikan pekerjaanmu."
" Baik pak Bos."
Bagas undur diri. Dia menutup pintu ruangan Adit dengan perlahan.
" Mau apa kau menemuiku?"
" Sayang... Jangan bicara ketus begitu."
" Cih... Sungguh aku sangat jijik melihatmu berkata manis seperti itu. Apa yang kau inginkan katakan dan setelah itu enyahlah dari hadapanku."
" Aku hanya ingin sedikit bantuan."
Adit memicingkan matanya dan berlagak memiringkan kepalanya sehingga telinganya lah yang menghadap ke depan orang yang sedang berbicara itu.
" Ha... Apa... Apa aku tidka salah dengar. Sepertinya aku sedang tidak budek. Kau... Datang kepadaku untuk meminta bantuan... Helloooo apa kabar dunia hari ini."
" Jangan bersikap begitu."
" Maaf bersikap yang bagaimanakah ya yang anda maksud."
Orang tersebut mendengus pelan dan membuang nafasnya kasar. Sepertinya kedatangannya akan sia sia.
" Baiklah jika kau tidak mau membantu. Aku akan pergi."
" Ya... Pergilah. Persetan denganmu. Sana minta bantuan kepada pria pria brengsekmu itu. Mintalah kepada para gigolo mu itu. Dasar menjijikkan cuih... aku benar benar muka dengan mu."
Orang itu pun keluar dari ruangan Adit dengan wajah kesal karena tidak mendapatkan apa yang diinginkan.
Adit meninju mejanya dengan keras hingga tangannya memerah dan berdarah. Namun ia tidak merasa sakit sedikitpun. Rasa sakitnya telah tertutup dengan rasa marahnya.
" Bos...."
Doto masuk dan melihat sang bos masih begitu kesal. Dia tahu penyebab kesalnya si bos karen adia tadi juga berpapasan dengan orang yang telah membuat bosnya naik pitam.
" Bagaimana Dot apa kau mendapatkan hasilnya? Laporkan kepadaku."
" Sudah bos. Amelia Salsabila, punya kakak dan hidup dengan kedua orang tuanya. Tapi ayahnya suka judi dan mabuk mabukan. Lia dan kakaknya sering dipukul oleh ayah nya."
" Brengsek... Ternyata masih ada orang tua yang brengsek selain ibuku hahahaha. Terus?"
" Ehm.. Ayah Lia juga punya banyak hutang bos."
" Aku sudah menduganya, pasti orang yang doyan judi pasti banyak hutangnya. Itu sudah hukum alam."
" Baiklah terimakasih Dot. Lakukan kembali pekerjaanmu."
" Baik bos. Tapi ....."
" Apa lagi?"
" Tidak bos... Tidka apa-apa. Ya sudah saya pamit undur diri dulu bos."
Doto keluar dari runagan Adit, ia ingin menanyakan kondisi Adit tapi tampaknya sang bos sedang tidak dalam mood yang baik. Doto memilih pergi dengan aman ketimbang dia yang terkena imbas.
🍀🍀🍀
Setyo pulang ke rumah dengan sangat marah karena lagi lagi dia kalah judi selama dua hari ini. Kemarahannya berlanjut saat tidak menemukan istrinya. Rasa lapar yang melanda perutnya membuatnya semakin emosi. Ia pun melempar semua benda yang ada di dapur saat membuka tudung saji di meja makan dan tidak menemukan apapun.
" Dasar brengsek, wanita tidak berguna. Makanan saja tidak apa. Minggat kemana dia. Argh.....!!!"
Setyo berteriak kesal. Ia pun menjatuhkan tubuhnya ke sofa dan tak lama kemudian ia tertidur di sana.
Duogh... Duogh... Duagh... Brak.....
Pintu rumah Setyo di dobrak dengan sangat keras. Setyo yang belum lama tertidur sangat kaget.
" Badjiangan.... Brengsek.... Siapa yang berani mengganggu tidurku!"
" Oooh.... Berani kau berteriak kepadaku hah...."
Setyo menelan salivanya dengan susah payah saat mengetahui siapa yang berbicara kepadanya. Nyalinya pun menciut.
" Eh... Juragan Karto. Maaf juragan saya tadi replek."
" Dasar tikus tak tahu diuntung. Masih berani beraninya kau mengumpatku."
" Tidak juragan... Tidak berani."
" Mana uangnya, bayar utangmu sekarang."
" Ma-maaf juragan... Saat ini saya belum punya."
Bugh....
Sebuah bogem mentah melayang di wajah Setyo. Setyo pun terhuyung dan jatuh ke sofa yang ada di belakangnya. Pri yang bernama juragan Karta itu melihat sekeliling hingga ia melihat sebuah foto keluarga yang tertempel di dinding. Ia pun memicingkan matanya melihat foto tersebut.
" Siapa gadis di foto itu?"
" D-Dia putri ku juragan."
" Tak kusangka kau memiliki putri yang begitu cantik. Haish... Mana sertifikat rumah mu."
" Maaf juragan. Untuk apa ya."
Juragan Karta mendengus kesal. Ia benar benar ingin memukul kepala Setyo saat ini juga.
" heh... Kau pikir aku panti sosial yang secara suka rela memberikan uang uangku. Berikan sertifikat rumahmu untuk membayar utang utangmu."
Setyo terkejut. Pasalnya rumah ini bukanlah miliknya melainkan milik istrinya. Dan kalau rumah ini diambil oleh juragan Karta lantas dia akan tinggal dimana.
Lagi lagi Setyo hanya berpikir untuk kepentingannya sendiri. Setyo bahkan tidak memikirkan nasib istri dan anaknya.
" Juragan... Apakah tidak ad acara lain."
" Cara lain apa maksudmu."
" Apakah juragan tidak tertarik dengan anak saya?"
" Dasar brengsek. Gue bukan CEO sombong dan dingin seperti dicerita cerita yang menerima anak orang buat bayar hutang. Dasar kau orang tua tidak punya nurani. Cepat serahkan sertifikat rumah mu."
" Ba-baik...."
Setyo berlari ke dalam kamar dan mengobrak abrik isi lemari untu mencari sertifikat rumah. Beruntung Widya tidak menaruhnya ditempat tersembunyi sehingga mudah bagi Setyo untuk mendapatkannya.
" Ini juragan."
" Bagus... Aku beri kau waktu seminggu untuk membereskan barang barang kalian."
Juragan Karto dan anak buahnya pergi meninggalkan rumah Setyo. Tampak rona kepuasan dalam wajah Karto.
" heh... Anakmu memang cantik. Tapi aku lebih memilih uangku kembali. Tapi sepertinya aku punya cara lain untuk mendapatkan gadis cantik itu." Karto menyeringai.
Setyo di dalam rumah kalang kabut. Ia bingung juga bagaimana nanti menjelaskan kepada anak dan istrinya.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Yus Nita
ini lah model Suasmi dan Ayah Terbangsat dan Tet biadab
2025-03-11
0
Memyr 67
𝗹𝗮 𝗸𝗲𝗻𝗮𝗽𝗮 𝘀𝗲𝘁𝘆𝗼 𝗽𝗮𝗸𝗲𝗸 𝗯𝗶𝗻𝗴𝘂𝗻𝗴 𝗺𝗮𝘂 𝗷𝗲𝗹𝗮𝘀𝗶𝗻 𝘀𝗲𝗴𝗮𝗹𝗮? 𝗺𝗲𝗺𝗮𝗻𝗴 𝘀𝗲𝗹𝗮𝗺𝗮 𝗯𝗲𝗿𝘁𝗮𝗵𝘂𝗻 𝘁𝗮𝗵𝘂𝗻, 𝘀𝗲𝘁𝘆𝗼 𝗽𝗲𝗿𝗻𝗮𝗵 𝗺𝗲𝗺𝗯𝗲𝗿𝗶 𝗽𝗲𝗻𝗷𝗲𝗹𝗮𝘀𝗮𝗻, 𝗸𝗲𝗻𝗮𝗽𝗮 𝗸𝗹𝗮𝗸𝘂𝗮𝗻 𝗸𝗮𝘆𝗮𝗸 𝘀𝗲𝘁𝗮𝗻 𝗴𝗶𝘁𝘂?
2024-08-05
0
Mak mak doyan novel
plot twist nih... salah tebak
2024-02-21
0