CI 12 - Kenangan Buruk

Lia tampak terkejut melihat abang dan ibunya datang lagi ke rumah sakit. Karena baru sekitar sejam yang lalu mereka setuju untuk pulang dan istirahat di rumah. Namun Lia tidak mau banyak bertanya, karena ia sebenarnya senang ada ibu yang menemaninya.

" Nak... Apa masih ada yang tidak nyaman?"

" Sudah nggak apa apa bu. Abang sama ibu istirahat aja."

Ahmad yang sudah tampak lelah dan Widya yang matanya nampak sembab menyetujui saran Lia. Mereka tidur di ranjang sebelah yang ada di kamar VIP tersebut. Tak berselang lama mereka tampak pulas. Beruntung sekali mereka mendapat kamar VIP tersebut sehingga membuat mereka nyaman tidur di rumah sakit.

Lia beranjak dari tidurnya dan mendekati ibu serta kakaknya. Dia melihat wajah keduanya satu persatu. Air mata Lia tiba tiba menetes, ia sungguh bertekad ingin membahagiakan kedua orang yang begitu berharga baginya.

Adit yang sedari tadi melihat interaksi ibu dan anak tersebut begitu terharu. Ia sedikit merasa iri jika melihat seseorang yang begitu dekat dengan ibu mereka. Sedangkan dia, boro boro bisa dekat sekedar diperhatikan saja tidak pernah sama sekali.

Flashback on

Prang....prang.... Suara pecahan benda pecah belah begitu terdengar disebuah rumah mewah dua lantai tersebut. Rumah yang begitu besar dan megah terlihat dari luar namun begitu menyesakkan di dalamnya. Para penghuninya seperti tidka pernah memiliki ketenangan.

"Vina .... Cukup... Aku bilang cukup!!"

" Aku muak Aji... Sungguh aku muak hidup bersamamu!!"

" Terus kamu mau apa?"

" Aku mau kita pisah!"

Pasangan suami istri terlihat bertengkar, dan ini bukanlah untuk yang pertama kali melainkan sudah berkali kali.

" Vin... Apa lagi yang kau mau?"

" Aku nggak mau apa-apa. Aku hanya mau kita cerai. Asal kau tahu, kalian menghambat karirku."

Wanita cantik berusia 36 tahun dengan body yang masih seksi dan bagus itu bersedekap dan matanya menyorot tajam pada pria di depannya yang tak lain adalah suaminya.

" Astagfirullaah Revina... Apa selama ini aku melarangmu melakukan kegiatan modelingmu itu. Bahkan dunia luar tidak ada yang tahu kau menikah dan memiliki anak. Apa kau tidak merasa bersalah atas anakmu dengan mengatakan hal seperti itu."

" Jangan berlagak Aji, kau bahkan paling tahu aku tidak menginginkan anak itu. Kaulah yang bersikeras mempertahankannya beruntung bentuk tubuhku masih bagus."

" Vina..... kau sungguh keterlaluan. Bagaimana kalau Adit mendengarnya."

Aji hanya membuang nafasnya kasar. Sungguh dia sudah tidak bisa mengerti jalan pikiran istrinya itu. Sebegitu teganya dia mengatakan hal tersebut kepada anaknya sendiri. Bahkan binatang sekalipun tidak tega menyakiti anak mereka sendiri.

" Asal kau tahu Aji... Aku menikahimu hanya untuk menunjang karirku."

Aji membatu, sebenarnya ia juga sudah tahu hal itu. Tapi saat ia mendengar sendiri dari mulut istrinya rasa sakit dihatinya pun begitu terasa.

" Terus sekarang kau mau apa."

" Huft... Apa kau sudah tuli. Aku minta kita pisah. Hanya itu keinginanku."

" Kau ingin berpisah dariku hanya untuk bisa bebas kan? Baiklah jika begitu, malam ini aku jatuhkan talak 3 kepadamu. Dan mulai malam ini haram bagiku tubuhmu."

" Bagus... Begini lebih bagus."

" Ya... Dan aku juga terbebas dari dosa yang telah kau perbuat. Bersenang senanglah dengan pria mu tanpa ada halangan lagi dariku ataupun anakmu. Jangan pernah kau membawa Adit, dia putraku bukan putramu karena kau tidak pernah mau mengakuinya."

" Of course... Silahkan, aku juga tidak peduli."

Dilantai atas Adit hanya terdiam sambil mendengarkan musik di earphone miliknya. Ia mengeraskan suaranya agar tidak mendengar pertikaian kedua orang tuanya yang merupakan hal wajar bagi Adit.

" Huft.... Beruntung aku ini anak pintar, jadi meskipun besok ujian kenaikan kelas aku tidak perlu belajar pun tetap bisa mengerjakan."

Saat itu usia Adit masih 16 tahun, dia baru duduk di kelas 2 SMA. Namun Adit memanglah anak yang cerdas. Dia sebenarnya tahu dengan permasalahan orang tuanya. Rasanya Adit pun ingin melancarkan protes, namun melihat kesabaran sang ayah membuat Adit memilih diam. Dia pun berjanji akan selalu membuat ayahnya bangga. Adit remaja pun memang selalu bisa menyenangkan hati Aji Bratasena ayahnya. Meskipun dia tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari ibunya namun limpahan kasih sayang ayahnya cukup membuatnya bisa bertahan dan sukses sampai saat ini.

Flashback off

Kembali ke masa ini, Lia yang merasa ada yang memperhatikan dirinya pun menengok ke arah pintu. Ia berjalan pelan sambil membawa infus ditangannya.

Ceklek....

" Lho... Pak Adit, pak Adit kok di sini? Mau mengunjungi siapa. Apa keluarga pak Adit ada yang sakit?"

Adit sungguh terkejut. Karena asik mengenang masa lalu yang buruk itu, ia tidak menyadari jika Lia berjalan menghampirinya.

"Oh ...itu ....anu.... tadi aku mau menemui temanku ya .... ya temanku ada yang dirawat di sini Lia."

Adit terpaksa berbohong kepada Lia pasalnya dia sendiri bingung mengapa dia berada di rumah sakit malam-malam begini hanya karena dia khawatir kepada Lia. Setelah mendapat kabar dari Doto soal Widya dan Ahmad yang terusir dari rumahnya sendiri karena ulah sang ayah, membuat Adit begitu khawatir. Entah aoa yang merasuki Adit sehingga membuatnya buru buru datang ke rumah sakit untuk melihat kondisi Lia.

" Oh Pak Adit temannya dirawat di sini juga... Oh iya pak terima kasih ya sudah mengantar saya ke rumah sakit?"

" Iya Lia sama-sama Semoga kamu cepat sembuh ya biar bisa kembali bekerja lagi."

" Baik Pak terima kasih."

" Ya sudah kamu istirahat gih. Saya mau pulang dulu."

Lia mengangguk dan tersenyum ke arah Adit. Lagi-lagi Adit terpesona dengan senyuman Lia yang begitu manis. Adit pun meninggalkan rumah sakit itu, ia melenggang menuju tempat parkir dan masuk ke dalam mobilnya.

Kring .... kriiiing...., ponsel Adit bergetar. Ia pun lalu mengambil ponsel yang berada di saku jaket miliknya

" Apakah kau sudah menemukan rumahnya Dot."

" Sudah bos sesuai dengan kemauan Bos tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil."

" Bagus... kau memang bisa diandalkan."

Adit pun tersenyum puas mendapatkan kabar dari Doto yang berhasil mencarikan rumah sesuai dengan keinginannya. Rumah tersebut ia akan berikan kepada Lia dengan dalih sebagai rumah dinas. Ide tersebut terinspirasi dari sang kakak sepupu yang waktu itu memberikan sebuah rumah kepada wanita yang disukainya dengan dalih sebagai rumah dinas. Padahal perusahaan mereka tidak pernah memberikan rumah dinas kepada karyawannya.

" Hehehe... kau memang jenius Mas Rama Aku saja sampai meniru caramu hahaha."

Tapi setelah ia puas tertawa kini ia merasa bingung. Adit bingung bagaimana caranya memberikan rumah tersebut kepada Lia. Karena tidak mungkin ia mengatakan bahwa ia tahu kalau rumah mereka diambil oleh rentenir karena ulah ayahnya.

" Haish .. Giman bilangnya ya. Aaah... nggak tahu lah. Pikirin besok aja. Yang penting saat ini semuanya beres "

TBC

Terpopuler

Comments

Puspa Trimulyani

Puspa Trimulyani

😅😅😅😅😅menuru trik Rama mendekati sita

2023-05-07

4

Puspa Trimulyani

Puspa Trimulyani

mampoosss Luh talak 3....susah rujuk lagi

2023-05-07

0

Puspa Trimulyani

Puspa Trimulyani

astaghfirullah.....ibu lucknut 😡😡

2023-05-07

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!