Pagi harinya Lia sudah bersiap akan berangkat bekerja. Lia merasa kepalanya sedikit pusing, tapi dia acuh. Lia menanyakan obat sakit kepala kepada sang ibu untuk diminumnya setelah sarapan.
" Bu... Apakah masih punya obat pusing?"
" Masih... Bentar ibu carikan."
Widya menuju kotak obat dan mengambil sebutir obat lalu memberikannya kepada Lia. Lia pun langsung meminumnya.
" Bu... Apa bapak tidak pulang?"
" Tidak. Biarkan saja. Nggak usah diurusin bapak mu itu."
Lia terdiam, tampaknya kali ini sang ibu benar benar marah dengan kelakuan suaminya.
" Dek... Ayo... Nanti telat. Dek kamu nggak apa apa, pucet gitu."
" Nggak bang... Cuma pusing dikit nanti juga sembuh. Udah minum obat tadi."
Ahmad mengangguk, dia pun menjalankan motor tuanya untuk mengantarkan Lia ke kantor. Sepanjang perjalanan ke kantor Lia hanya diam saja tidak mengatakan apapun.
" Dek..."
" Hmmm...."
" Lagi mikirin apa?"
" Bapak bang... Kok bapak kita nggak berubah ya bang. Dari dulu masih aja kayak gitu. Mabuk... Judi... Haish...."
" Entahlah dek. Abang udah berusaha buat nasehatin tapi..... Tau sendiri kan akhirnya."
Lia terdiam, beberapa kali Ahmad dan juga dirinya mencoba menasehati Setyo. Namun semua berakhir buruk. Ahmad dan Lia malah mendapatkan pukulan dari Setyo.
" Udah dek... Nggak usah dipikirin. Kita sudah sebisa mungkin untuk menasehati bapak ke jalan yang lurus. Jika bapak tidak mau ya kita bisa apa."
Lia mengangguk setuju dengan ucapan kakak nya.
Mereka berdua pun sampai di perusahaan JD Advertising. Lia mencium tangan Ahmad. Sejenak Ahmad merasa tubuh adik nya itu panas.
"Dek kamu demam?"
" Nggak kok bang... Lia nggak demam. Cuma pusing dikit nanti juga baikan."
" Bener?"
" Iya bang... Ya udah gih jalan... Ntar telat lagi kerjanya."
" Ya udah kalau ada apa apa kabarin abang ya."
Lia mengangguk, mengucapkan salam dan berjalan masuk. Menuju kantor perusahaan JD Advertising.
Adit yang melihat Lia berjalan memasuki perusahaan sedikit berlari mengejar gadis berhijab itu. Adit pun mensejajarkan dirinya di samping Lia yang tengah berjalan.
" Hallo Lia..."
" Eh pak Adit... Assalamualaikum."
" Wa - alaikumsalam. Eh ... Kok kamu pucet. Sakit ya."
" Oh... Nggak kok pak... Saya nggak pa pa."
"Tapi kamu pucet gitu. Ke klinik aja dulu minum obat dan istirahat sebentar."
Lia hanya mengangguk dan terus berjalan menuju lift. Adit merasa Lia tidak sehat saat ini. Ia pun mengikuti Lia masuk ke dalam lift khusus karyawan itu karena merasa khawatir.
" Lho pak Adit kok naik ini. Biasanya naik lift khusus."
" Nggak pa pa..... Sekali kali ngerasain lift karyawan. Ternyata sama kok nyaman juga."
Lia tersenyum, senyum yang mampu membuat hati Adit bergetar. Meskipun tampak pucat, senyuman Lia sungguh sangat manis. Tiba-tiba Adit memiliki sebuah ide yang brilian menurutnya.
" Lia... Bisa kamu datang ke ruangan ku untuk mengambil berkas kontrak para model model baru yang sudah ku tanda tangani?"
" Sekarang pak?"
" Lebaran.... Ya sekarang lah."
" Baik pak."
Yes.... Adit bersorak dalam hatinya. Berlama lama di dekat gadis berhijab itu membuat Adit merasa senang. Entah perasaan seperti ala sebenarnya, yang pasti Adit merasa nyaman berbicara dengan Lia.
Lia pun mengikuti Adit pergi ke ruangannya. Ia bahkan meminta Lia untuk masuk terlebih dahulu. Bagas yang melihat si bos bersikap ramah terhadap karyawannya merasa begitu heran.
" eh... Sejak kapan bos jadi beramah tamah bin manis kepada karyawannya. Biasanya juga irit ngomong dan pelit senyum."
"Dor.....!!!"
" Eh copot...copot...copot...."
" Jiaaah.... Bagas latah."
" Ya Allaah... Pak Doto ngagetin aja. Saya nggak latah pak cuma beneran kaget aja."
" Habisnya pagi pagi ngalamun. Mana ngomong sendiri lagi. Ngalamunin apa sih."
" Itu pak... Pak bos ngajak masuk mbak Lia ke ruangannya, mana pake senyum senyum pula."
" Apa...!!!!"
Doto pun berjalan cepat menuju ke ruangan sang bos. Dia sudah berpikir yang macam macam, mengingat predikat Casanova yang disandang si bos.
" Bos.....!!!" Doto berteriak sangat kencang sambil membuka pintu dengan keras.
" Doto apa sih teriak teriak nggak jelas. Berisik tau!"
Doto tersenyum kikuk. Ia pun menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ternyata Adit dan Lia tengah berdiskusi dan berbincang biasa. Bukan seperti yang ada dalam pikiran Doto.
(Author: Hayoloh... Doto udah zuudhon aja. Emang apa sih yang kamu pikirin Dot)
" Eh maaf bos,... Maaf Lia. "
Lia membalas senyuman Doto yang membuat Adit merasa kesal.
" Ya udah pak saya kembali dulu ke divisi legal ya pak."
" Lia mau saya antar?" ucap Doto
Tambah kesal saja Adit mendengar ucapan Doto. Ia pun melotot ke arah Doto, Doto yang paham hanya tersenyum kecut.
" Tidak usah mas... Saya bisa sendiri."
Lia berdiri dari duduknya dan berjalan perlahan. Namun baru 2 langkah ia merasa kepalanya berputar dan matanya berkunang-kunang. Akhirnya Lia pun jatuh tak sadarkan diri.
Bruk....
" Lia.....!!!"
Beruntung Adit paling dekat dengan Lia sehingga tubuh gadis itu tidak terkena meja. Doto yang melihat Lia pingsan pun ikut terkejut.
" Bos... Lia diapain sama bos sampe pingsang gini."
" Brengsek kamu Dot kamu pikir aku ngapain Lia. Lia... Lia... Bangun.. Astaga.. Panas banget Dot. Dot siapin mobil. Kita ke rumah sakit sekarang."
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Debbie Teguh
kirain si bagus adiknya gendis, tnyt bagas ya
2023-11-04
0
Puspa Trimulyani
kehujanan sih kemarin
2023-05-05
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝓓𝓸𝓽𝓸 𝓫𝓲𝓴𝓲𝓷 𝓷𝓰𝓪𝓴𝓪𝓴 𝓷𝓲𝓱🤣🤣🤣🤣🤣
2023-01-24
0