Di jam yang sama, di tempat yang sama namun di waktu yang berbeda. Lia kembali sedang menunggu Ahmad untuk menjemputnya. Berulang kali Lia diajak pulang bareng bersama rekan setim nya namun Lia selalu menolak.
Rintikan hujan mulai turun membuat jalanan basah. Beberapa orang tampak berlarian menuju halte bis untuk berteduh. Halte yang tadinya lenggang hanya ada segelintir orang mendadak ramai dan penuh sesak.
Kriiing......
Ponsel Lia berbunyi. Gadis itu segera mengambilnya dari dalam tas dan menekan tombol hijau.
" Assalamualaikum hallo bang."
" Waalaikumsalam, halo dek... Dek... Abang nggak bisa jemput adek. Soalnya motornya mogok."
" Innalillahi... Ya udah bang nggak apa apa. Nanti Lia naik ojol aja."
" Dek jangan naik ojol. Hujannya deres. Naik taksi online aja."
" Iya bang iya. Ya udah Assalamualaikum."
" Waalaikum salam."
Lia mematikan panggilan teleponnya lalu menekan aplikasi transportasi online. Lia menekan yang khusus untuk memesan mobil.
Beberapa kali memesan namun selalu gagal karena pesanan Lia selalu dibatalkan dengan alasan terjebak macet.
" Huft.... Berarti harus naik ojek nih."
Terpaksa Lia memesan ojol. Lima menit kemudian pesanan ojol Lia sampai.
" Atas nama Lia ya."
" Iya mas."
" Waduh mbak tapi saya nggak bawa jas hujan doble. Gimana. Apa mau dibatalin aja."
Lia berpikir sejenak. Ia melihat ke arah jam di tangan kanannya.
" Nggak pa pa lah mas. Sudah mau magrib. Ini juga nggak terllau deres banget kok."
" Ya udah kalau gitu mbak. Mari... Maaf ya mbak."
" Nggak pa pa mas..."
Lia akhirnya naik ojek tanpa menggunakan jas hujan. Di perjalanan hujan semakin deras. Tukang ojek menawarkan Lia untuk berteduh namun Lia menolak. Gadis itu ingin cepat sampai rumahnya.
" Maaf ya mbak. Tadi seharusnya mbak cencel aja."
" Nggak pa pa mas. Alhamdulillah sudah sampai juga."
Tukang ojek itu merasa sangat tidak enak kepada Lia. Apalagi Lia memberikannya ongkos lebih. Tukang ojek itu bukannya tidak mau meminjamkan jas hujannya. Pasalnya ia sendiri saat ini tengah demam.
Lia pun masuk ke dalam rumah dengan keadaan basah kuyup. Ahmad dan sang ibu sangat terkejut melihat keadaan Lia yang bibirnya menggigil.
" Astagfirullaah Lia. Kamu kenapa hujan hujan an nak."
" Dek... Abang kan suruh kamu naik taksi online aja tadi."
" I-iya bang... T-tapi pesenan Lia di cencel terus."
" Ya sudah ayo mandi air hangat biar tidak demam nanti."
Widya membawa putrinya ke kamar dan menyiapkan air hangat untuk Lia mandi. Ahmad juga menyiapkan air jahe panas untuk menghangatkan tubuh.
30 menit berlalu, Lia sudah selesai mandi dan sekalian sholat magrib. Mereka sekarang berada di meja makan untuk makan malam.
Ahmad melirik adiknya yang berusaha menyembunyikan tangan kanannya. Ahmad merasa ada sesuatu yang tidak beres. Ahmad lalu menarik tangan Lia dengan cepat.
" Dek... Ini kenapa?"
" Oh ini... Itu..."
" Bapak lagi ya. Kapan dia mengganggumu?"
Lia tertunduk mendengar pertanyaan Ahmad. Lia tidak ingin Ahmad semakin membenci ayah mereka.
" Kenapa Mad, ada apa dengan adikmu?" Widya yang baru saja dari dapur setelah membereskan piring bertanya kepada sang putra.
" Lihat ini buk, pergelangan tangan Lia biru gini. Pasti ulah bapak."
"Ya Allaah nak, ini biru banget. Kapan ini?"
Lia masih terdiam. Dia hanya menunduk tidak mau menjawab pertanyaan ibu dan abangnya.
" Lia...jawab."
" Tadi pagi di kantor bang, bu. Bapak datang saat aku baru mau masuk ke kantor. Bapak minta uang lagi."
" Astagfirullaah nak... Ya Allaah Lia... Maafin ibu nak... Maafin ibu... Hu...hu ...hu."
Widya menangis. Ia sangat merasa bersalah terhadap anak anaknya. Lia pun menenangkan sang ibu dan mengatakan bahwa dirinya tidak apa apa. Sedangkan Ahmad, ia mengepalkan tangannya dengan kuat untuk menahan luapan emosinya.
" Bu... Lia ke kamar dulu ya. Istirahat. Lia agak pusing."
🍀🍀🍀
" Uuughhh baby... You are so hot...argh..."
Adit melakukan pelepasan keduanya. Ya saat ini Adit tengah bergulat di balik selimut dengan seorang wanita cantik yang ia temui saat pulang kantor tadi.
" Sayang... Siapa namamu tadi hmmm..."
" Masa kamu lupa, tadi kan aku sudah mengenalkan diriku. Namaku Levina.'
Wanita cantik yang memiliki nama Levina itu bersandar pada dada bidang Dit. Tangannya mengusap usap dada pria yang baru tadi dia temui.
Adit pulang dari JD Advertising selepas magrib. Di jalan ia melihat levina. Gadis tersebut tampak sedang kehujanan menunggu transportasi. Adit pun menawarkan bantuan untuk mengantarkannya. Namun malah berakhir di ranjang sang casanova. Tapi sebelum mengajak partnernya untuk naik ke ranjang miliknya terlebih dulu Adit akan memastikan jika si partner bukanlah orang yang berpenyakitan.
" Apa pekerjaanmu baby?"
Adit bertanya kepada Levina sambil tangan kirinya mengusap lengan si gadis dan tangan kanannya sudah bermain nakal di bukit kenyal Levina.
" Aku masih kuliah."
" Apa kau sering melakukan ini?"
" Akh....Tentu... tidak aku hanya pernah melakukan dengan kekasihku waktu masih sekolah dulu."
" Baiklah aku percaya itu. Karena memang milikmu masih susah."
Adit kembali masuk ke dalam selimut dan meraup benda kenyal itu dengan mulutnya layaknya bayi yang tengah kehausan.
Akh.... Suara seksi Levina melengking diatas kasur berukuran king size itu. Adit tersenyum puas, ia pun melanjutkan aksi nakal nya kembali. Ia pun kembali pendapatkan pelepasannya yang ketiga. Adit tersenyum puas.
Ia pun segera pergi ke kamar mandi dan membersihkan badannya. Lalu kembali mengenakan pakaiannya dengan rapi.
" Lho... Mau kemana tuan."
" Aku ada acara, jadi harua segera pulang. Apakah segini cukup."
" Tapi saya tidak butuh itu."
" Tidak apa apa... Ambillah untuk menambah uang jajanmu oke. Berikan aku nomor ponselmu. Nanti aku akan menghubungimu."
" Benarkah... Ini nomer saya."
" Oke baby...bye..."
Adit meninggalkan kamar hotel tersebut. Sedangkan Levina tersenyum senang. Ia mengambil 20 lembar uang seratusan itu lalu memasukkannya kedalam tas miliknya.
" Sepertinya jadi sugar baby tuan itu lumayan juga. Ganteng kaya, dan.. Hot pula. Aku harap dia akan menghubungiku lagi."
Levina tersenyum puas. Sedangkan Adit ia tersenyum devil, " Heh... Kau pikir aku bodoh. Kau memang menjualnya."
Adit pun melenggang pergi, dan keluar dari hotel tersebut menuju apartemennya. Malam ini ia tidak pulang ke rumah ayahnya. Ia akan tidur di apartemen miliknya.
Selama berada di perjalanan Adit memikirkan kehidupannya. Ia membuang nafasnya kasar. Terkadang ia begitu membenci hujan, karena hujan membuatnya mengingat hal hal yang buruk di hidupnya.
" huft.... andai aku bisa membuat hujan ini berhenti saat ini juga. Tapi lagi lagi aku hanya manusia biasa."
Adit menelungkup kan kepalanya di stir kemudi mobilnya. Ia tergugu, air matanya mengalir begitu saja tanpa ia sadari.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Nur Bahagia
wah kalo aku suka hujan 🌧🤗
2024-10-09
0
Wanti Suswanti
ibunya Lia aneh orang suaminya udah jahat kaya gitu masih aja gak mau pergi menjauh...nanti kalau Lia dijual baru tau rasa tuh ibunya Lia...
2023-11-15
0
Deshanita S
dah jls kaya gtu bawah lah anak mu pergi menjauh dari bpk model bgtu...dit" lu terlalu bodoh jadi orang dah jls melihat ibuk mu jadi wanita murahan knp kamu j7ga jadi cwo murahan main masuk sana sini seharusnya kamu bukti kan klu pun tak punya ibuk kamu jadi anak baik dan bukan malah bikin ayah mu rendah karna tidak bisa mendidik kamu menjadi manusia yg lurus
2023-11-01
0