" Dokter... Tolong. Ada orang pingsan."
Adit menggendong Lia dan berlari memasuki ruang IGD. Terlihat rona kepanikan di wajah Adit. Seumur umur baru kali ini Adit panik begini. Doto sejenak melihat ke arah sang bos.
Sepertinya si Bos ada rasa sama Lia, nggak biasa biasanya doi perhatian ma cewek selain untuk urusan ranjang. Doto bergumam dalam hati menelisik sikap bosnya yang lain dari pada biasanya.
Dua orang perawat mendorong brankar ke arah Adit dan meminta Adit menaruh Lia di sana.
" Anda tunggu di sini saja tuan... Biar kami yang menangani pasien." ucap seorang perawat.
Adit mengangguk paham. Dia pun duduk di ruang tunggu depan IGD.
" Dot... Coba kamu cari tahu orang di tim legal yang tahu nomor telepon keluarganya. Dan minta salah satu mereka untuk mengabari atau menjemput dan membawanya kemari."
" Siap bos."
Doto langsung berlari menuju ke parkiran untuk mengambil mobil dan kembali meluncur ke perusahaan.
30 menit berlalu, Lia dipindahkan ke ruang perawatan. Demamnya sudah mulai turun namun masih terasa panas.
" Dokter apakah baik baik saja?"
" Tenang Dit... Semuanya baik. Dia demam mungkin karena kehujanan."
" Terimakasih dokter Dika."
" Sama sama Dit."
Adit bernafas lega mengetahui Lia baik baik saja. Ia menunggui Lia yang masih tertidur karen efek obat.
Adit memandang wajah mulus Lia. Bulu mata yang lentik, hidung yang mancung, dan bibir yang mungil. Lia tampak sangat cantik meski tanpa make up dan wajahnya terlihat puncat
Tangan Adit terulur, hendak menyentuh wajah Lia. Namun ia menarik tangannya lagi. Ia mengepalkan tangannya dibawah tempat tidur. Ada rasa aneh menjalar di hatinya.
" Cantik... Kamu terlihat cantik alami Lia. Beruntung pria yang bisa menjadi pendampingmu nanti. Sebagai seorang gadis berhijab sepertimu pasti mengingikan seorang pria yang baik dan sholih. Huft... Tampaknya aku tidak akan masuk dalam kriteriamu bukan? Eh... Ngomong apa sih."
Adit menggelengkan kepalanya mencoba mengusir pikiran pikiran anehnya. Entah mengapa dia bisa berpikiran seperti itu. Adit mulai membandingkan dirinya, ia bahkan merasa sangat buruk saat berhadapan dengan Lia.
🍀🍀🍀
Doto menuju ke ruang divisi legal. Di sana hanya ada Desi.
" Des... Yang lain kemana?"
" Eh pak Doto, sedang menemui clien pak. Ada apa ya pak."
" Tolong hubungi keluarga Lia. Sekarang Lia di rumah sakit."
" Apa... Lia di rumah sakit?"
Doto pun menjelaskan mengapa Lia bisa berada di rumah sakit. Desi mengangguk paham. Ia pun ingin segera menelpon ibunya Lia. Namun Desi mengurungkan niatnya. Ia akan mendatangi rumah Lia dan membawa ibu Widya ke rumah sakit bersamanya.
" Pak apakah saya bisa ijin untuk menjemput dan mengantarkan ibu Lia ke rumah sakit?"
" Ya baik... Lakukanlah itu."
Desi langsung menyambar tas nya dan berlari menuju parkiran mengambil mobil. Ia memang tidak pernah tahu permasalahan Lia namun ia pernah melihat ayah Lia memukul anak nya sendiri. Desi sangat sedih melihat kenyataan itu. Disaat dia merindukan sosok ayah yang telah tiada, ia malah mendapat kenyataan sahabatnya itu di pukul oleh ayah kandungnya sendiri.
Brumm.....
Desi melajukan mobilnya dengan cepat. Hanya butuh 30 menit, Desi sampai di depan rumah Lia.
" Assalamualaikum Buk..."
" Waalaikumsalam... Eh nak Desi... Masuk."
" Tidak usah bu. Di sini saja. Sebaiknya ibu membereskan beberapa baju Lia. Tadi Lia pingsan di kantor dan sekarang sudah di rumah sakit bu."
" Innalillahi.... Baik nak... Tunggu sebentar." Sesaat Widya terlihat panik namun ia mencoba tetap tenang.
Widya memasuki kamar Lia mengambil sebuah tas dan memasukkan beberapa baju Lia dan kembali ke kamarnya untuk mengambil uang simpanannya.
" Ayo nak... Ibu sudah siap."
" Mari bu."
Desi membantu Widya untuk membawakan tasnya. Menaruhnya di kursi belakang. Mereka berdua pun menuju ke rumah sakit.
Di rumah sakit, Lia mulai mengerjapkan matanya.
" Ugh....." Lia melenguh, memegang kepalanya yang terasa pusing.
" Lia... Kamu sudah bangun. Alhamdulillaah."
Entah dapat ilham dari mana Adit bisa mengucapkan kata syukur itu.
" Pak... adit... Saya dimana. Ugh..."
" Eh.. Apa yang kamu keluhkan. Aku panggil dokter dulu ya."
Bukannya menjawab pertanyaan Lia, Adit malah berlari keluar mencari dokter dan menyampaikan keluhan Lia. Lia sendiri mencoba memahami dimana saat ini dia berada.
" Huft... Rumah sakit. Ini akan membuat ibu sedih."
Lia bermonolog hingga dokter dan Adit datang. Dokter tersebut langsung memeriksa Lia. Dia pun tersenyum.
" Mbak nya baik baik saja. Pusing karena memang mbaknya demam. Sementara ini istirahat dulu di sini hingga demamnya turun dan pusingnya hilang."
" Baik dok... Terimakasih."
Dokter tersebut pamit undur diri, Adit pun menyusul sang dokter untuk memastikan apakah kondisi Lia memang tidak apa-apa.
" Dok... Lia beneran tidak apa apa kan?"
" Tidak mas, mbaknya baik baik aja kok. Cuma efek demam."
" Syukurlah kalau begitu. Terimakasih dokter."
" Iya sama-sama."
Adit hendak kembali ke ruang rawat Lia namun di sana sudah ada Desi dan seorang wanita paruh baya. Adit pun urung, ia memilih kembali ke kantor. Tapi dalam hati Adit merasa lega karena tidak ada hal yang serius dengan Lia.
" Maaf ya bu Lia malah jadi sakit gini."
" Nggak apa apa... Nggak usah minta maaf. Udah istirahat aja ya. Jangan mikir aneh aneh."
" iya bu. Des... Makasih ya."
" Haish... Kayak sama siapa aja kamu tuh. ya udah aku balik dulu ya ke kantor. Takut pada nyariin."
" Iya... Hati hati ya."
" Bu... Desi pamit dulu ya. Nanti Desi ke sini lagi."
" Terimakasih ya nak Desi."
Desi mengangguk dan keluar dari kamar rawat Lia dan kembali ke perusahaan. Di ruangannya Lia tampak murung. Ia sedikit sesal karena harus di rawat di rumah sakit.
Widya yang paham apa yang dipikirkan putrinya pun tersenyum dan membelai wajah Lia.
" Jangan mikirin yang aneh-aneh. Kalau sekedar untuk biaya rumah sakit ibu masih ada kok. Yang penting kamu sehat ya."
Lia hanya mengangguk, bibirnya kelu untuk menanggapi ucapan ibunya.
Tampaknya Adit belum juga pergi dari rumah sakit. Tadinya ia ingin kembali menemui Lia dan berkenalan dengan sang ibu. Tapi Adit urung, dia malah mendengar ucapan ibunya Lia.
" Apa gaji yang diberikan JD Advertising begitu kecil? Aku rasa tidak. Untuk gaji awal bekerja saja lebih dari UMR kota J, tapi mengapa Lia dan keluarga nya seperti kesusahan begitu."
Adit bermonolog sambil berjalan menjauhi ruang rawat Lia. Tiba-tiba apa yang diucapkan Ibunya Lia tersebut mengganggu pikirannya. Adi pun mengambil ponsel dan menelpon Doto.
" Dot.... Selidiki keluarga Lia. Aku mau hari ini juga hasilnya."
TBC
Hallo Readers... Jangan lupa like, komen, dan subsribe nya ya. dukungan readers sangat berarti bagi Author. Terimakasih. Matursuwun
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Yus Nita
udah mulai nunjukin Effort ny kang Adit
2025-03-11
0
komalia komalia
ooh iya ngomong ngomong soal dokter dika udah jadi dokter ya dia sedang kan rama aja kaya nya belum nikah deh sama momy sita,jadi kay pun pun belum ada atau belum dewasa
2024-09-07
0
🌸ReeN🌸
pantaskan diri dulu dit baru jadian sama lia, kasihan anak gadis org dapet laki2 modelan kamu
2024-01-30
1