Pagi hari yang cerah. Meskipun semalaman hujan mengguyur namun pagi ini mentari tampaknya bersemangat menyinari. Seperti semangat Lia yang akan kembali berangkat bekerja. Juga semangat Widya yang hendak membuka lembaran baru dengan keputusannya untuk bercerai dari Setyo.
Ahmad yang melihat senyum kedua wanita tersayangnya pun ikut bahagia. Ya, bahagia Ahmad sangat sederhana yakni bisa melihat ibu dan adiknya selalu tersenyum.
" Waah… sepertinya hari ini suasana hati adek dan Ibu sedang sangat baik."
" Yoi bang… kan Lia udah nggak sakit lagi. Bisa kerja lagi, ketemu temen temen lagi. Kalau ibu jangan ditanya heheh."
Widya menyentil kening sang putri. Semalam setelah mengutarakan maksudnya kepada Ahmad, ia pun juga meminta pendapat Lia. Dan Lia menyetujui apa yang akan dilakukan oleh sang ibu.
" Oh iya Lia… ini tolong berikan ini sama bos kamu. Bilang ibu sangat berterima kasih dengan semua bantuannya."
Lia mengangguk menerima susunan kotak makan dari ibunya untuk disampaikan kepada Adit.
" Oh iya dek… kamu hati hati ya sama bos kamu itu?"
" Memangnya kenapa Mad?"
" Aku merasa bosnya Lia itu sedikit playboy. Jangan sampai Lia terjebak."
" Hahahah… Abang ada ada aja. Lia mah nggak selevel ma pak Adit bang. Pak Adit mah kayak irang yang duduk di lantai atas, nah Lia duduknya di lantai paling bawah. Kami itu kayak bumi dan langit. Lagian pak Adit nggak mungkin tertarik sama Lia. Abang ada ada aja."
Lia terkekeh geli mendengar ucapan Ahmad. Dalam hati Lia berucap mana mungkin presdirnya itu menyukainya. Lagian saat ini cinta bukanlah prioritasnya. Ibu dan abangnya lah yang menjadi prioritas utamanya saat ini.
" Sudah… Sudah… cepat habisin makanannya lalu berangkat."
" Abang anterin ibu aja, nanti Lia naik ojol. Biar nggak ngantri rame di pengadilan."
Ahmad dan Widya setuju dengan usulan Lia. Memang Widya ingin secepatnya bisa bercerai dari Setyo.
🍀🍀🍀
Sesampainya di jalan depan gedung perusahaan tangan Lia sudah dicekal oleh Setyo. lia berteriak kencang karena saking terkejutnya.
" Aaaa……!!!"
" Diem… kamu mau bapak digebukin orang orang karena dikira mau nyakitin kamu?"
" Ba-bapak….. Bapak mau apa lagi. Lia nggak punya uang pak."
" Diem… bapak nggak butuh uangmu."
Setyo lupa rencana utamanya. Atau lebih tepatnya ia mengubah rencananya untuk memohon kembali kepada Widya. Entah dia yang bodoh atau juragan Karto yang memang sedang mengujinya, pasalnya Setyo tidak diberi tahu dimana rumah Widya dan anak anaknya sekarang. Sehingga Setyo pun memilih cara yang mudah yakni menunggu dna membawa Lia pergi bersamanya.
" Terus bapak mau apa?"
" Bapak mau membawa kamu pergi untuk dinikahkan dengan juragan Karto."
" Apa?? Nggak… Lia nggak mau. Pak Lia mohon lepasin Lia. Lia nggak mau nikah dengan Juragan Karto."
Plak….
Setyo menampar Lia hingga Lia limbung dan terjatuh di jalan. Beberapa orang yang menyaksikan kekerasan terjadi di depan mereka pun mendekat dan membantu Lia berdiri.
"Ada apa ini. Masa pukul pukul wanita." Ucap seorang pria.
" Nggak usah ikut campur. Dia anakku terserah mau ku apakan."
" Waaah… KDRT nih… nggak bisa dibiarin. Mbak bener anaknya."
Lia hanya mengangguk, sungguh hatinya merasa sakit dengan perlakuan sang ayah.
" Wah… parah… laporin aja ke polisi. Ayo mbak saya antar." Ucap seorang wanita yang lain.
Merasa terpojok dengan orang orang disekitarnya, Setyo pun lari. Ia sesegera mungkin menjauh dari sana. Lia bernafas lega melihat sang ayah sudah pergi.
" Bapak bapak… ibu...ibu… terimakasih sudah menolong saya."
" Iya neng, sepertinya bapak neng kasar banget. Dilaporkan ke polisi aja neng."
" Iya mbak… masa sama anak gadis nya tega menampar di depan umum."
" Iya pak… buk… terima kasih untuk perhatiannya. Nanti saya akan melapor. Sekali lagi terimakasih."
Lia berulang kali menunduk mengucapkan terimakasih. Ia bersyukur masih ada irnag yang peduli dan membantu saat ada orang lain yang sedang mendapat perlakuan buruk di jalan. Beruntung kotak makan yang ibunya siapkan untuk sang bos tidak jatuh berhamburan.
Adit yang baru saja sampai dan melihat Lia dikerumuni beberapa orang langsung turun dari mobilnya dan menghampiri Lia.
" Lia… kamu kenapa ini… kenapa tangannya berdarah."
Adit sedikit terkejut melihat telapak tangan dia yang lecet. Sedangkan lihat dia tidak menyadari bahwa tangannya terluka.
" Oh ini tadi saya jatuh tersandung pak."
" Bener begitu?"
Lia mengangguk. Ia tidak mau melibatkan sang Presdir lagi dalam urusan pribadi keluarganya. Sudah cukup bantuan Adit selama ini terhadapnya.
" Oh iya ini pak, ada titipan dari ibu. Kata ibu, ibu sangat berterima kasih karena bapak sudah banyak menolong kami."
" Waah bener ini buat ku. Terimakasih ya. Sampaikan ke ibu Widya."
Lia mengangguk. Ia pun pamit untuk berjalan terlebih dulu masuk ke perusahaan. Adit merasa ada yang aneh di Lia pagi hari ini.
" Sebenarnya ada kejadian apa?"
Adit hendak menanyai orang yang ada di sekitar itu, tapi semua orang sudah pergi. Adik melihat sekeliling dan dia tersenyum saat menemukan sebuah CCTV di sana.
" Hahahaha tidak ada yang tidak bisa dilakukan oleh Aditya Putra Bratasena."
Adit lalu memasuki mobilnya kembali dan memarkirkannya di parkiran. Dia bergegas menuju ke ruangannya dengan membawa kotak makan pemberian Lia. Senyumnya mengembang, meskipun itu bukan dari Lia melainkan dari ibunya Lia namun ia sungguh sangat senang.
Adit pun membuka kotak makan tersebut. Di sana terdapat nasi uduk lengkap dengan lauk pauknya. Adit pun menyendok dan memakannya tiba-tiba air matanya menetes.
" Apakah ini rasanya masakan seorang ibu. Sungguh ini sangat enak."
Adit memakan nasi uduk buatan ibu Widya dengan air mata bercucuran. Ia tidak menyangka nasi uduk yang terlihat sederhana itu memiliki cita rasa yang luar biasa bagi Adit. Ia tersedu di sela-sela acara makannya. Baru kali ini dia merasakan sebuah merasakan dari seorang ibu.
Doto yang baru saja masuk ke ruangan Adit sedikit merasa heran mendapati snag bos makan sambil menangis.
" Bos… are you ok?"
" Uhuk….uhuk….uhuk…."
Adit menyemburkan nasi yang berada di mulutnya dan terbatuk mendengar pertanyaan Doto. Doto lalu menyerahkan sebotol air mineral. Adit pun menegak air tersebut hingga tanda.
" Bangsat kau Dot… kau mau membunuhku hah… mana masuk nggak ketuk pintu dulu. Minimal assalamualaikum kek…"
" Waalaikumslama bos…."
Bukannya takut melihat sang bos marah, Doto malha terkekeh geli melihat kelakuan Adit.
"Hahahha sejak kapan sang Casanova butuh salam saat berjumpa dan memasuki ruangan. Haish… bos sudah insaf?"
Pletak…. Sebuah pena mendarat ke kening Doto.
" Auchh… Sakit bos. Bos… bukannya tadi saya nggak ngetuk ruangan bos. Saya udna ngetuk berkali kali tapi si bos asik makan, mana makannya sampai nangis nangis lagi. Emang seenak itu apa bos."
Doto benar benar merasa aneh dengan sang bos akhir akhir ini. Apalagi pagi ini, sejak kapan bos nya itu bawa bekal.
" Haish… Nggak usah kepo. Dot.. Cctv di jalan depan perusahaan punya kita bukan?"
" Iya bos… ada apa."
" Tolong ambilkan rekaman cctv nya padaku sekitar 30 menit yang lalu. Cepat 5 menit harus sudah sampai di mejaku. Go….!!!"
Doto pun berlari dengan langkah seribu. Ia secepat kilat meninggalkan ruangan si bos. Adit tertawa geli melihat kelakuan asisten pribadinya itu. Dan benar saja, Doto kembali tepat 5 menit.
" Hah...hah...hah…. Ini … bos… cctv nya…."
Dogo menyerahkan sebuah flashdisk kepada Adit. Adit sungguh terkejut melihat Doto.
" Wuidiiih..gila emang kamu Dot. Tapi tenang… bulan ini bonus mu 2x lipat."
Doto tersenyum lebar mendengar ucapan sang bos. " Nggak sia sia gue lari maraton."
Adit langsung membuka rekaman cctv pemberian Doto. Ia melihat dengan seksama. Dan tangan Adit mengepal sempurna melihat perlakuan ayah Lia terhadap anak gadisnya.
" Brakk….. Brengsek!!!"
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
🌸ReeN🌸
bener2 bapak gak ada akhlak, kl difilm azab matinya di tampar sama org sekampung itu bapaknya lia
2024-01-30
1
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝓢𝓮𝓽𝔂𝓸 𝓶𝓲𝓷𝓽𝓪 𝓭𝓲 𝓴𝓾𝓫𝓾𝓻𝓪𝓷 𝓱𝓲𝓭𝓾𝓹" 𝓲𝓷𝓲 𝓶𝓪𝓱 😤😤😤😤😤😤😤
2023-01-24
0
Aisyah Putri Angel
Setya bensr2 buruk sebagai figur seorang ayah.
klu mau uang dan hidup yg enak ya kerja ngak cuman mabok dan judi saja
2023-01-03
1