"Joan, kau terlihat galau. Ada apa?" tanya Zella yang saat itu menghampiri adik sepupunya yang nampak duduk diam termenung di dalam tenda.
Joan menarik napasnya dalam-dalam sebelum menjawab, "Aku merindukan Viona, Kak. Melihatmu dan Tuan Zander makan romantis jadi membuatku jadi iri."
Plak. Pukulan Zella mendadak mendarat di lengan Joan.
"Kau ini bicara apa? Mana ada makan romantis?"
Rupanya, ucapan Joan mampu membuat Zella menjadi salah tingkah.
"Tidak usah berpura-pura di hadapanku, Kak. Aku bisa melihat bahwa Tuan Zander sepertinya menyukaimu, begitu juga denganmu yang sepertinya tertarik padanya. Aku sering melihatmu bersama dengan tuan Brandon, jalan berdua, serta makan malam romantis berdua. Tapi aku tidak pernah melihatmu bahagia dan salah tingkah di hadapannya seperti saat kau salah tingkah ketika Tuan Zander menyuapimu seperti tadi."
"Ck, kau ini bicara apa, Joan? Berhenti bicara omong kosong." Zella jadi semakin salah tingkah karena ucapan adik sepupunya itu.
"Kak, aku tanya padamu. Seandainya kau boleh memilih, kau lebih memilih Tuan Zander jadi suamimu atau tuan Brandon?" Joan menatap Zella lekat-lekat.
"Pertanyaan konyol macam apa itu? Aku malas meladeni candaan konyolmu itu, Joan. Lebih baik aku keluar saja dari sini. Aku menyesal sudah menghampirimu tadi."
Ketika Zella ingin menghindar dari Joan dengan cara segera keluar dari tenda, Joan malah menarik pergelangan tangan wanita itu hingga akhirnya dia duduk kembali di tempatnya.
"Kau mau ke mana, Kak?"
"Lepaskan tanganku, Joan."
"Jawab dulu pertanyaanku, Kak. Baru kau aku lepaskan."
"Ck, kau ini. Kenapa memaksaku? Kalau aku tidak mau menjawabnya, seharusnya kau tidak perlu memaksaku seperti ini, Joan." Sekarang Zella sungguh merasa kesal pada Joan.
"Aku tidak memaksamu, Kak. Aku hanya ingin mendengar kejujuranmu."
"Sama saja, tidak ada bedanya. Cepat lepaskan tanganku, atau aku akan memukul kepalamu." Zella sudah mengangkat sebelah tangannya bersiap untuk menampar kepala Joan.
Karena takut mendapatkan pukulan, Joan lantas melepaskan tangan Zella dan membiarkan kakak sepupunya itu keluar dari tenda.
"Mommy!" Kemunculan Kenzo yang tiba-tiba menghadang langkah Zella membuat wanita itu terkejut.
"Astaga, Kenzo .... Kau mengejutkan Mommy, Sayang."
Kenzo memamerkan deretan gigi-gigi kecilnya, kemudian menarik pergelangan tangan Zella.
"Mommy, ayo."
"Ayo ke mana, Kenzo? Kau mau membawa Mommy ke mana?" tanya Zella penasaran.
Kenzo tidak menjawab, dan malah menarik tangan Zella masuk ke dalam rumah sambil terus memperlihatkan gigi-gigi kecilnya.
"Kenzo, sebenarnya kau mau membawa Mommy ke mana?" tanya Zella penasaran.
"Taraaa!!!"
Langkah Kenzo terhenti ketika mereka sudah sampai di belakang Zander.
"Untuk apa kau membawa Mom-" Zella tidak jadi meneruskan ucapannya ketika musik piano mulai mengalun merdu memanjakan indera pendengarannya. Rupanya, Zander jago bermain piano, ditambah lagi suara pria itu terdengar sangat merdu saat menyanyikan lagu A Thousand Years milik Christina Perri.
Bait demi bait dinyanyikan oleh Zander dengan penuh penghayatan. Seolah dia ingin menyampaikan sesuatu melalui lirik lagu tersebut, bahwa sampai pada hari ini dirinya telah melakukan penantian panjang terhadap orang terkasih.
Hati Zella seketika terasa nyeri, ada perasaan sedih yang mendalam yang tidak dia ketahui apa sebabnya. Ingin menagis tapi rasanya pasti sangat memalukan. Zella berusaha menahan diri agar tidak meneteskan air matanya, tapi tetap saja jatuh sedikit. Sebab lirik lagu yang dinyanyikan oleh Zander terasa begitu mengena dan menusuk hingga ke sanubarinya.
Sebenarnya ada apa denganku? Kenapa aku bisa menangis tanpa sebab seperti ini, batinnya.
Prok prok prok!
Suara tepuk tangan dari arah belakang berhasil mengejutkan Zella, buru-buru wanita itu menyeka air matanya. Rupanya, bukan hanya Zella dan Kenzo yang menonton pertunjukan dadakan yang sedang diadakan oleh Zander, melainkan ada Joan, sopir pribadi Zander, serta 3 orang asisten rumah tangga yang bekerja di rumah besar pria tersebut.
"Wah ... pantas saja Kenzo sangat berbakat dalam bermain piano, ternyata bakatnya diturunkan dari Tuan Zander." Joan berkata seraya berjalan mendekat ke arah Zella dan Kenzo yang saat itu masih berdiri di tempat.
Zander berbalik melihat ke arah belakang. Tidak disangka seluruh penghuni rumah semuanya ada di sana. Padahal tadi dia hanya menyuruh putranya untuk memanggil Zella saja.
"Ada apa ini? Kenapa semua orang berkumpul di sini?" tanya Zander lalu tertawa renyah. Tidak disangka permainan piano serta nyanyiannya barusan mengundang perhatian perhatian orang-orang.
Zander lantas beranjak dari duduknya kemudian berjalan menghampiri Zella, Kenzo, serta Joan.
"Di luar sudah panas, sebaiknya acara camping nya kita sudahi saja. Bagaimana kalau kita melakukan permainan yang lain saja agar kita memiliki hiburan meski pun kita berada di dalam rumah?" usul Zander kemudian.
"Boleh, tapi permainan apa?" tanya Joan.
"Bagaimana kalau kita bermain perang-perangan?" celetuk Kenzo memberi usul.
"Perang-perangan? permainan seperti apa itu?" tanya Zella kurang mengerti.
"Permainan tembak-tembakan menggunakan senjata air, Mommy. Tim siapa yang kalah dia harus dihukum," jelas Kenzo. Bocah itu terlihat sangat bersemangat sekarang.
"Jadi untuk bermain seperti itu kita harus membentuk tim?" Zella kembali bertanya. Sebenarnya dalam hati dia kurang setuju karena permainan seperti ini lebih cocok dengan anak seumuran Kenzo, bukan orang dewasa seperti mereka bertiga. Tapi karena yang memberi usul adalah si bocah kesayangan dia pun tidak kuasa menolak.
"Iya Mommy, kita harus membentuk dua tim."
Zella mengangguk mengerti.
Singkat cerita setelah mereka berempat melakukan "hompimpa" untuk membentuk 2 tim, Kenzo dan Joan lantas berada dalam satu tim, sementara Zella, wanita itu tentunya sudah jelas satu tim dengan Zander. Dalam permainan ini masing-masing dari peserta tersebut mengenakan helm yang terdapat kertas dengan bentuk bulat di atasnya. Barang siapa yang tidak bisa menjaga kertasnya dan robek karena terkena tembakan air dari tim lawan, maka peserta tersebut dinyatakan gugur. Dan hadiah dalam permainan ini adalah, tim yang kalah harus mengabulkan permintaan tim memang.
"Peraturan permainan ini adalah, barang siapa yang berhasil mengumpulkan bendera yang sudah disebar oleh Bi Siti, Bi Mina, dan Bi Ija dengan jumlah paling banyak, serta bisa tetap mempertahankan kertas yang ada di atas kepala agar tidak robek terkena tembakan anggota tim lawan, maka tim itulah pemenangnya," jelas Joan yang membacakan peraturan permainan tersebut. Pemuda itu terlihat sama bersemangatnya seperti Kenzo, mentang-mentang mereka satu tim.
Sementara Zella, wanita itu terlihat agak loyo. Sebab, kalau pun timnya yang menang, dia juga tidak tahu harus meminta apa pada Joan dan Kenzo.
"Joan, kau terlihat sangat bersemangat. Memangnya kalau tim kalian menang, kau mau apa?" tanya Zella penasaran.
Joan tersenyum lebar sebelum menjawab, "Aku ingin Tuan Zander mengijinkan Viona untuk datang kemari."
Zella berdecak mendengarkan jawaban dari adik sepupunya tersebut. "Ck, pantas saja kau terlihat sangat bersemangat. Ternyata itu keinginanmu."
"Baiklah, kalau begitu kita mulai saja permainannya. Aku dan Zella keluar lewat pintu belakang sedangkan Kenzo dan Joan keluar lewat pintu depan," kata Zander.
"Baiklah."
Sebelum Kenzo dan Joan berlari ke arah pintu depan, terlebih dahulu bocah itu mengerlingkan sebelah matanya ke arah sang Daddy, dan Zander pun menanggapinya dengan hal yang sama sambil tersenyum. Rupanya, permainan ini memang sudah mereka atur sejak pagi. Bahkan sebelum mereka mendirikan tenda.
B e r s a m b u n g...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Rahmi Miraie
semog ingatan zella bisa segera kembali
2023-04-18
0