AAM - Bab 12

Apartemen Brandon.

Pria dengan postur tinggi tegap serta wajah yang lumayan tampan tersebut berjalan kesana kemari. Kejadian saat di mall tadi masih saja terngiang-ngiang di kepalanya.

"Sebenarnya siapa wanita itu? Kenapa dia terlihat sangat mirip dengan Zella? Tinggi badannya, warna dan model rambutnya, semuanya terlihat sama persis. Tapi tidak mungkin juga dia adalah Zella, sebab anak kecil itu tadi memanggilnya dengan sebutan Mommy. Jika pria itu bida berbohong dengan mengakui Zella sebagau istrinya, tapi aku rasa anak kecil itu tidak mungkin berbohong. Apalagi kejadiannya terjadi begitu cepat," gumam Brandon berbicara sendiri.

Pria itu lantas mengambil segelas minuman kemudian menenggaknya begitu sudah duduk di atas sofa.

"Tapi sepertinya ada yang aneh, pria yang mengaku sebagai suaminya itu memiliki penampilan yang cukup elegan, begitu pula dengan anaknya. Sementara wanita itu, dia hanya mengenakan celana jeans serta hoodie oversize. Jika coba diperhatikan, penampilan mereka bak langit dan bumi," gumamnya sambil masih memikirkan keganjalan tersebut.

Saat pria itu berusaha berpikir keras dengan apa yang baru saja dia temui, sebuah panggilan dari Tuan Samuel tiba-tiba saja masuk di ponselnya.

"Halo, selamat malam, Uncle."

"Brandon."

"Iya, Uncle."

"Ada hal penting yang ingin Uncle bicarakan denganmu," ucap Tuan Samuel di ujung telepon sana.

"Hal penting apa itu, Uncle?" tanya Brandon penasaran.

"Waktu itu kau pernah mengatakan bahwa kau memiliki sahabat dekat yang bekerja di bidang pertelevisian."

"Iya, itu benar, Uncle. Ada apa dengan hal itu?"

"Begini, Zella sudah menghilang selama lebih dari 2 minggu, dan anak buah Uncle sama sekali tidak bisa melacak keberadaannya bersama Joan. Menurut Uncle, bagaimana kalau kita memasukkan mereka ke dalam berita sebagai daftar orang hilang serta kita juga meminta bantuan polisi?" tanya Tuan Samuel meminta persetujuan dari calon menantu pilihannya tersebut.

"Sepertinya ide bagus, Uncle. Mungkin dengan begitu kita bisa dengan cepat menemukan keberadaan mereka. Apalagi jika kita menyertakan imbalan besar bagi siapa pun yang berhasil menemukan mereka."

*

*

Keesokan paginya. Berita tentang hilangnya Zella dan Joan sudah menyebar cepat di stasiun televisi mana pun, begitu juga di sosial media. Yang membuat beritanya jadi cepat viral, yaitu nominal imbalan yang tidak main-main yang dijanjikan oleh pihak keluarga Zella dan juga ada hadiah besar dari pengusaha muda kaya raya dan sukses, yaitu Brandon Jackson selaku calon suami dari Hazella Eira Samuel.

Joan yang lebih dulu melihat berita di televisi pun buru-buru berlari mengetuk pintu kamar Zella.

"Kak! Kak Zella! Buka pintunya, Kak!" teriak Joan sembari menggedor-gedor pintu kamar kakak sepupunya.

Tidak berselang lama, Zella pun datang membukakan pintu. "Ada apa sih, Joan? Masih pagi juga."

"Kak, cepat lihat berita di TV, Kak." Dengan cepat Joan menarik tangan Zella untuk membawanya masuk ke dalam kamarnya. Dia ingin menunjukkan pada wanita itu berita yang sedang tayang hampir di semua stasiun televisi yang membahas tentang mereka berdua.

"Katakan dulu, apa? Jangan asal tarik-tarik," protes Zella.

"Kak, ini benar-benar gawat." Saking paniknya, Joan sampai tidak tahu harus berkata apa pada Zella.

"Apanya yang gawat, Joan? Bicaralah yang jelas," ucap Zella.

"Itu yang gawat." Joan menunjuk berita yang sedang tayang di televisi di dalam kamarnya.

"Pemirsa, berita tentang kehilangan Tuan Muda dan Nona Muda dari Keluarga Samuel dan Marshel terus menyebar luas. Pasalnya, Tuan Samuel selaku ayah kandung dari Nona Hazella Eira Samuel dan paman dari Tuan Muda Joan Liu Marshel mengumumkan sendiri kepada awak media bahwa beliau akan memberikan imbalan sebesar 500 juta rupiah kepada siapa pun yang berhasil menemukan keduanya. Dan bukan hanya itu, pengusaha muda Brandon Jackson selaku calon suami Nona Hazella pun juga ikut menjanjikan hadiah besar bagi siapa saja yang berhasil menemukan calon istrinya."

Deg.

Deg.

Deg.

Jantung Zella berdetak tidak karuan. Matanya juga sudah terbuka lebar melihat berita tersebut. Dalam sekejap, Zella langsung menjatuhkan dirinya ke lantai.

"Joan, apa yang harus kita lakukan? Sekarang aku tidak yakin lagi bisa bersembunyi dari mereka lebih lama lagi," ucap Zella mulai putus asa.

"Sama, Kak. Aku juga tidak begitu yakin." Joan berkata seraya ikut duduk di samping Zella. "Kenapa sekarang masalahnya jadi seperti ini? Aku yakin, Kak, jika kita kembali, mereka pasti akan memberikan kita hukuman. Dan hal itu yang membuatku jadi takut. Aku takut uncle Samuel mengurungku di dalam ruang rahasia bawah tanah mansion kalian."

Plak. Telapak tangan Zella langsung mendarat di kepala Jaon.

"Dasar bodoh. Kau pikir papa bisa melakukan hal itu padamu? Kalau pun papa berani melakukannya, dia harus menghadapi mommy-mu."

Joan masih sempat-sempatnya terkekeh di tengah keputus asaannya. "Kau benar, 'kak. Meski pun mommy terkadang galak padaku, tapi dia sangat menyayangiku, dan tidak rela aku terluka sedikit pun. Huft ... aku jadi merasa sangat merindukannya sekarang."

Zella ikut mendengus mendengarkan ucapan Joan. "Aku iri padamu. Kau memiliki orang tua yang sangat menyayangimu, sedangkan orang tuaku, sejak kecil mereka bisanya hanya mengekang dan mengatur-aturku saja. Ketimbang anak, aku malah merasa seperti boneka yang bisa mereka mainkan seenaknya saja. Dan jika aku kembali, aku yakin, aku pasti tidak bisa lagi menghindari pernikahan dengan pria yang sama sekali tidak aku cintai."

"Kau jangan khawatir, Kak. Jika mereka suka sekali mengatur-aturmu, di sini masih ada aku yang sangat menyayangimu sebagai kakakku. Kalau kau tidak percaya, tidak mungkin sekarang aku masih bertahan di sini menemanimu dan membuat masalah besar untuk diriku sendiri."

Zella tersenyum menatap Joan, kemudian mengacak-ngacak rambut pemuda itu. "Terima kasih banyak, Dik. Asal kau tahu, kakakmu ini juga sangat menyayangimu."

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***