Setelah sampai di rumah sakit, Jeffran dan Kirana segera mencari dimana ruangan tempat ibu nya di rawat, hingga mata perempuan itu melihat tetangga nya yang sedang duduk di kursi tunggu, buru-buru Kirana mendekati nya, di ikuti Jeff di belakang nya.
"Bibi, gimana Mama?" Tanya Kirana dengan nafas yang tersengal, raut wajah nya menyiratkan ke khawatiran yang begitu kentara.
"Ibu mu masih di tangani dokter." Jawab bibi tetangga nya Kirana, begitu melihat Kirana wanita paruh baya itu langsung berdiri dari duduk nya.
"Tadi Bibi nemuin Mama gimana?"
"Tadi Bibi mau nganterin opor ayam buatan bibi buat ibu kamu sarapan, tapi bibi malah nemuin Mama kamu udah tergeletak di lantai." Jelas nya membuat tangis Kirana pecah.
Tak tega, Jeff meraih tubuh Kirana ke dalam pelukan nya, berusaha menenangkan perempuan itu. Kirana juga tak menolak, dia memang butuh sandaran saat ini.
"Jangan menangis, ibu mu akan baik-baik saja. Percayalah, semuanya akan baik-baik saja." Bisik Jeffran di telinga Kirana, sambil mengusap lembut punggung perempuan itu.
"Ya sudah, karena kamu sudah disini. Bibi pulang dulu, takut nya Rio nyariin. Semoga ibu mu cepat sembuh ya, Kiran."
"Terimakasih ya Bi," Ucap Kirana.
"Sama-sama, bibi pamit dulu ya. Permisi," Jawab ibu paruh baya itu lalu pergi dari hadapan Kirana dan Jeff. Dia tak berani banyak bertanya tentang siapa laki-laki yang bersama Kirana, bahkan berani memeluk Kirana di tempat umum, mungkin kekasih Kirana, begitu pikirnya.
"Eemm, tuan maaf saya membuat pakaian anda kotor." Ucap Kirana, dia melihat kemeja putih yang Jeff pakai basah, entah karena air mata atau ingus nya.
"Tak masalah kamu butuh bahu untuk bersandar?" Tawar Jeff, entah rasa khawatir seperti apa yang dia rasakan pada Kirana saat ini, sekedar rasa kemanusiaan pada sesama manusia atau perasaan lebih, dia sendiri tak mengerti perasaan macam apa ini.
"Ti-tidak tuan, terimakasih." Tolak Kirana lirih, meski pun sebenarnya dia memang butuh bahu itu, tapi tidak pada Jeff juga. Dia sadar benar kalau pria di depan nya adalah pria beristri, lagi pun hubungan nya dengan Jeff hanya sebatas atasan dan bawahan, tidak lebih dan jangan berharap lebih.
"Kiran.."
"Iya tuan.."
"Apa ibu mu punya penyakit lain, eemm selain kanker?" Tanya Jeffran lirih.
"Penyakit ibu saya banyak tuan, asma, gagal ginjal juga. Harus nya rutin cuci darah setiap bulan, tapi saya tidak mampu membayar tagihan nya, jadi hanya melakukan nya 3 bulan sekali. Membayar biaya kemoterapi saja membuat saya kewalahan, tuan." Jawab Kirana.
"Itu pasti membuat kesehatan ibu mu memburuk, Kiran."
"Hanya itu yang mampu saya lakukan, Tuan." Jawab Kirana. Diam-diam, Jeff memperhatikan wajah cantik sekretaris nya, meski mata nya terlihat sembab karena terlalu banyak menangis, tapi kecantikan nya benar-benar tak berkurang sedikitpun. Kirana benar-benar cantik, meski penampilan nya sangat sederhana, jauh dari tipe ideal nya dulu.
Tak lama, pintu terbuka dan menampilkan dua orang berpakaian serba putih, dengan masker yang menutupi wajah nya.
"Keluarga Ibu Nita?"
"Saya anak nya, Dok." Jawab Kirana cepat, perempuan itu segera berdiri dari duduk nya dan mendekati dokter itu, begitu juga dengan Jeffran.
"Begini Nona, kesehatan ibu anda semakin memburuk."
"Lalu harus bagaimana dokter? Lakukan saja yang terbaik untuk ibu saya." Jawab Kirana.
"Ibu Nona harus segera di operasi, kalau tidak keadaan nya akan semakin memburuk."
"Tap-tapi dari mana saya mendapat kan uang nya, Dok?" Keluh Kirana lirih.
"Bisa di lunasi dua hari setelah operasi, kami khawatir kalau tak segera di tangani, nyawa ibu anda dalam bahaya."
"Lakukan operasi nya Dok, lakukan yang terbaik." Jawab Kirana yakin, entah darimana dia akan mendapatkan uang nya, itu akan dia pikirkan nanti, yang jelas sekarang ibu nya harus segera di tangani.
"Kami akan menyiapkan semua prosedur untuk operasi nya, silahkan ke bagian administrasi untuk pendaftaran dan tanda tangani surat izin operasi."
"Baik dok, saya kesana sekarang." Kirana berjalan cepat ke bagian administrasi, tentunya dengan Jeffran yang mengekor di belakang perempuan itu.
"Permisi sus, saya ingin mengajukan pendaftaran operasi."
"Baik nona, silahkan isi data-data nya. Bubuhkan tanda tangan di sini, nona." Kirana menurut dan segera mengisi data pasien atas nama Nita, ibu nya.
"Ini sus, sudah."
"Baik Nona, untuk administrasi nya harus segera di lunasi maksimal satu minggu setelah operasi selesai."
"Baik sus, saya mengerti." Kirana mengangguk lalu pergi, sedangkan Jeffran hanya melihat perempuan itu dari kursi tunggu.
"Kamu baik-baik saja, Kirana?"
"Tak ada yang baik-baik saja, Tuan." Jawab nya lirih, sambil menyembunyikan wajah nya dengan kedua tangan.
"Kamu harus kuat, Kiran."
"Saya sedang rapuh saat ini, Tuan."
"Ya, saya tau. Tak ada yang baik-baik saja disaat seperti ini, apalagi dia adalah orang tua satu-satunya yang kamu miliki."
"Sakit sekali rasanya, tuan." Kirana berkeluh kesah pada Jeffran yang notabene nya bukan siapa-siapa bagi Kirana, hanya orang asing yang terikat hubungan atasan dan bawahan.
"Saya tau, karena saya juga pernah mengalami nya. Saya dekat dengan nenek dan kakek, saat mereka meninggal karena kecelakaan, sungguh itu pukulan telak bagi saya, Kiran. Bukan hanya satu orang, tapi dua sekaligus."
Kirana menoleh dan menatap wajah sendu pria itu, dia refleks mengusap lengan pria itu.
"Saya turut berduka cita, tuan."
"Hmm, terimakasih. Tapi kejadian itu sudah beberapa tahun silam, kenapa kau baru mengucap bela sungkawa sekarang?"
"Beberapa tahun yang lalu, kan saya belum mengenal anda, Tuan. Saya masih kuliah juga, belum bekerja dengan anda."
"Lah iya juga ya." Ucap Jeff, dia terkekeh pelan, membuat Kirana tersenyum kecil.
"Anda terlihat lebih tampan saat tertawa." Celetuk Kirana membuat tawa Jeffran surut seketika.
"Benarkah?"
"A-apanya?" Tanya Kirana terbata, dia tak sadar mengatakan hal itu tadi.
"Kamu bilang saya terlihat tampan saat tertawa, apa itu benar?"
"H-aah? Kapan saya mengatakan nya?"
"Sudahlah, lupakan saja. Tapi telinga saya masih berfungsi dengan sangat baik, jadi bisa mendengar jelas apa yang kamu katakan tadi."
'Mulut ku kok bisa keceplosan gini sih? Aahhh malu, ingin rasanya aku menenggelamkan wajah ku ke kasur.' Kirana menepuk bibirnya sendiri, kenapa dia bisa keceplosan sih? Nanti kalau pria itu salah paham bagaimana? Aisshh.
'Kamu terlalu menggemaskan, Kirana.' Batin Jeff, dia tersenyum melihat tingkah Kirana yang menepuk-nepuk bibir nya.
Setidaknya, perempuan itu bisa melupakan kesedihan nya barang sejenak saja. Meski Jeff tau, kalau ini hanya berlaku sementara, nanti pasti dia akan merasa sedih lagi.
🌷🌷🌷🌷
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Muhammad Iqbal
klo cinta udah melekat yg lama pun lewat. gula gula rasa coklat golek ayam juga diembat..... ha. ha.
2023-01-11
3
Uneh Wee
cepat atau lambat s bos pasti kecantol ..tp inget bang jngn main belakng ..ok lanjut dan semanget buat kaka
2023-01-05
2
nuna jimin🧸🧸
lanjut thor
2022-12-19
1