Keluar dari gedung Tan Group. Renata tidak langsung pulang ke apartemen, karena dia berniat untuk mengunjungi rumah ayahnya. Dia ingin melihat meskipun dari jauh, dan memastikan bahwa pria paruh baya itu baik-baik saja.
Di dalam perjalanan, dia mencoba untuk menghubungi Arshlan. Karena dia ingin memberitahu pria itu bahwa dia sudah bertemu dengan kedua anaknya.
Sumpah demi apapun, rasanya sungguh sangat membahagiakan. Melebihi apapun yang ada di dunia ini, Renata hanya ingin berada di sisi Gio dan Shasha.
Arshlan yang baru saja duduk di kursi kebesarannya, langsung menyambar ponsel yang ada di meja, dia tersenyum tipis ketika melihat siapa yang menghubunginya.
Tanpa mengulur waktu, Arshlan menerima panggilan Renata.
"Halo, Re," sapa Arshlan.
"Halo, Arsh. Apakah aku mengganggumu?"
"Tentu saja tidak. Aku baru saja selesai memeriksa pasien. Ada apa? Apakah ada sesuatu yang serius?" tanya pria itu dengan alis yang menyatu. Takut, jika ternyata pria yang membuat hidup Renata hancur, mengenali sosok wanita itu.
Sebelum menjawab, senyum Renata mengembang sempurna dengan kedua bola mata yang berkaca-kaca. Dia merasa kalau semua ini tidak nyata. Dia masih belum percaya. "Aku sudah berhasil bertemu dengan mereka, Arsh. Namanya Gio dan Shasha, mereka sangat menggemaskan." Ujarnya dengan bibir bergetar.
"Oh ya? Bagaimana bisa? Apakah mereka ikut dengan ayahnya?"
"Tidak. Sepulang sekolah mereka datang sendiri ke perusahaan, mereka benar-benar pintar, Arsh. Apakah mereka tahu aku datang?"
Renata terlihat sangat antusias menceritakan pertemuan pertamanya dengan Gio dan Shasha. Sesuatu yang dia impikan sejak lama, kini terwujud sudah.
Mendengar itu, Arshlan pun ikut merasa bahagia. Karena pada akhirnya semua perjuangan Renata tidak sia-sia. "Kalian memiliki ikatan batin yang sangat kuat, Re. Sejauh apapun dia membawa anak-anakmu. Kalian pasti akan bertemu."
Renata manggut-manggut, lalu setelah puas memberi kabar bahagia itu, dia pun izin untuk menutup panggilan. Karena ternyata dia sudah sampai di tempat tujuan.
"Arsh, sudah dulu ya. Aku harus turun sekarang. Salam untuk Ralia," ucap Renata.
"Ah iya, Re. Hati-hati terus di sana. Dan jangan lupa memberi kabar. Apapun itu!"
Renata mengangguk kecil, seolah Arshlan mengetahui gerakannya. Dan panggilan benar-benar terputus saat itu juga.
Dia keluar dari mobil, kemudian menyusuri gang menuju rumahnya. Namun, ketika dia sampai semua sudah terasa berbeda. Rumah yang dulu berdiri kokoh, kini telah rata menjadi tanah. Lalu ke mana ayahnya?
Renata menatap dalam diam. Sementara otaknya terus berkelana. Apakah ayahnya juga sudah meninggal dunia?
Renata menoleh ke samping, saat melihat ada seseorang yang melintas. Dia menghentikan langkah orang itu untuk bertanya. "Maaf, Nyonya, apakah saya boleh bertanya sesuatu?"
"Ada apa, Nona?"
"Euuu, apakah Nyonya tahu orang yang sebelumnya tinggal di sana?" tanya Renata sambil menunjuk ke arah rumahnya.
"Oh, Tuan Rendra? Dia sudah menjual rumah itu, Nona, untuk membayar hutang. Dengar-dengar sekarang dia dipenjara. Sementara dua anak gadisnya kabur entah ke mana," jawab orang itu. Membuat Renata terpaku.
Ternyata selama ini Rendra tidak pernah berubah. Andai dia dan Ralia tidak pergi, mungkin dia sudah menjadi santapan pria hidung belang di luar sana.
"Kalau begitu terima kasih atas informasinya, Nyonya."
"Sama-sama, Nona."
Kini ia benar-benar yakin, keputusannya meninggalkan ibu kota tidak pernah salah. Selain demi mendapatkan kembali anak-anaknya, dia juga menghindari ketamakan Rendra.
***
Malam di ruang kerja Lee. Dia memanggil Sofia sebelum wanita itu kembali ke kamarnya. Karena selama ini mereka pun tidur secara terpisah.
"Aku sudah menambahkan keamanan untuk Gio dan Shasha, mulai besok mereka akan dijaga ketat oleh pengawal. Dan satu pengasuh, untuk menemani mereka selama di sekolah. Aku tidak mau hal itu terjadi lagi," ucap Lee dengan tatapannya yang senantiasa tertuju ke luar jendela.
"Kamu ingin merenggut kebebasan mereka?" tanya Sofia.
"Apa maksudmu?"
"Kalau kamu memberikan semua itu pada mereka, mereka akan merasa terkekang. Sudah ada aku, lalu untuk apalagi kamu memperkejakan orang sebanyak itu?"
Mendengar itu, Lee pun menoleh ke belakang. Dan melayangkan tatapan tajam ke arah Sofia. "Kamu? Sadarlah, kamu sudah kecolongan dua kali!"
"Lee!"
"Stop! Jangan melebihi batasmu, Sofia. Lagi pula aku tidak suka caramu membentak orang lain di depan Gio dan Shasha. Selama aku diam, itu berarti tidak ada yang salah. Karena ini untuk pertama kalinya aku melihat Gio dan Shasha bisa dekat dengan orang lain!" sentak Lee, yang membuat Sofia meradang. Dia merasa posisinya semakin terancam.
"Tapi aku yang paling mengerti mereka, Lee, aku yang mengurus mereka selama lima tahun, jadi aku akan memberikan yang terbaik untuk Gio dan Shasha!" tegas Sofia dengan menggebu.
"Tapi kamu bukan orang yang melahirkan mereka. Dia anak-anakku, aku yang bertanggung jawab penuh atas mereka. Jadi, berhenti mengaturku!"
Setelah mengatakan itu, Lee mengusir Sofia dari ruang kerjanya. Tak ingin kemarahannya semakin menjadi-jadi. "Pergilah! Kalau kamu tidak terima, kamu boleh angkat kaki dari rumah ini."
Kekesalan di dada Sofia semakin memuncak. Namun, membantah ucapan Lee bukanlah solusi yang tepat. Sekarang posisinya serba salah, jadi dia harus mengikuti apapun kemauan suaminya. "Baik, aku akan patuhi semuanya."
"Bagus, dan ingatlah kesepakatan di antara kita!"
Mendengar itu, Sofia langsung membuang muka.
****
Jangan lupa, vote, komen, Oey🤸🤸🤸
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
komalia komalia
kesepakatan apa,ko si sofia jadi wanita sangat bodoh sia mau mau nya kaya gitu
2024-11-16
0
Pia Palinrungi
aduhhh sofia apa lagi yg kamu harapkan dr lee, kekayaannya drpd menderita pergilag nuari kebahagiaanmu krn kamu sendiri yg menyebabkan semua ini
2023-12-24
1
Yunia Afida
lee emang g punya hati tu
2023-09-06
0