Sofia mulai merasa curiga, karena akhir-akhir ini Lee kerap terlambat atau bahkan tidak pulang ke rumah. Dia takut gara-gara kejadian malam itu, membuat sang suami memiliki wanita lain selain dirinya.
"Aku harus mencoba untuk menyelidikinya, aku tidak boleh diam atau Lee akan semakin leluasa di luar sana," gumam Sofia dengan perasaan yang semakin was-was. Sore itu, dia keluar dari kamar dengan menyambar tas selempangnya.
Dia ingin ke kantor sang suami, dan mengikuti ke mana pun pria itu pergi. Sebab saat dia menelpon, Lee mengatakan bahwa malam ini dia memiliki seorang klien dan terpaksa harus lembur.
"Seorang klien sungguhan, atau klien yang melayanimu di atas ranjang?"
Mobil taksi yang ditumpangi oleh Sofia membelah jalan raya. Membawa wanita itu ke gedung Tan Group. Sesampainya di anak cabang perusahaan yang kini dikelola oleh suaminya, Sofia meminta berhenti tak jauh dari gerbang.
Dia turun untuk bertanya pada security mengenai Lee. "Pak, apakah suami saya sudah pulang? Atau pergi menemui klien?"
"Tidak, Nyonya. Mobil Tuan masih di dalam, hari ini dia hanya keluar sekali, lalu kembali lagi," jawab security tersebut apa adanya. Namun, jawaban itu tak lantas membuat Sofia puas.
Dia melirik ke sana ke mari, memastikan bahwa posisi mereka aman dari lalu lalang orang.
"Pak, saya ingin bertanya hal lain, tapi tolong Bapak jawab dengan jujur. Apa dia sering menginap di kantor?"
"Benar, Tuan sering tidur di ruangannya."
"Dengan Zack?"
"Kalau Tuan Zack pulang, Nyonya. Tuan biasa sendiri."
Sofia terlihat bimbang, karena jikalau Lee mengetahui rencananya. Pria itu pasti akan marah. Karena seharusnya dia sadar, bahwa Lee adalah seorang pria yang keras, sekali tak suka, maka Lee akan bersikap tegas.
"Lalu apa dia pernah membawa seorang wanita lain ke kantor ini?" tanya Sofia, ingin mengulik keseharian suaminya. Sesuatu yang tidak pernah dia lakukan, sebelum masalah rumah tangga mereka datang.
"Maaf, Nyonya. Perlu anda ingat bahwa Tuan adalah seorang pengusaha, jadi ya tentu saja dia sering membawa seorang wanita ke mari, tapi setahu saya, mereka semua adalah klien, ataupun rekan bisnis," jelas sang security dengan begitu jujur.
Sebab Lee memang tidak pernah membawa wanita manapun ke kantornya. Hanya Sofia, wanita satu-satunya yang bisa masuk ke ruangannya tanpa ada alasan yang begitu penting.
Sofia manggut-manggut, lalu pamit untuk menunggu Lee di dalam mobil. Dia ingin tahu sejauh apa Lee akan bermain. Karena dari ke hari dia merasa bahwa sikap Lee semakin terasa dingin.
Tak berapa lama kemudian, mobil mercedes hitam milik Lee keluar dari gerbang. Membuat Sofia langsung bergerak cepat.
Dia mengikuti ke mana pun mobil Lee pergi, tetapi ternyata di depan sana Lee menyadari bahwa ada seseorang yang sedang menguntitnya.
"Di belakang ada mobil Sofia, sepertinya dia ingin tahu sesuatu," ujar Lee dengan santai, seolah semua itu bukanlah apa-apa. Sofia tidak tahu, jika semua gerak-geriknya sudah dipantau oleh Lee, jadi sebelum Sofia memutuskan untuk mengikuti Lee, sudah ada seseorang yang mengikutinya lebih dulu.
"Dia berpikir apa? Ingin tahu siapa wanita yang ada di sisiku?" gumam Lee sambil menarik sudut bibirnya ke atas.
Sementara di depan sana Zack tidak berkomentar apa-apa. Hingga akhirnya mereka sampai di sebuah restoran mewah.
Lee turun bersama Zack dan langsung disambut oleh kliennya. Membuat Sofia menganga, karena ternyata pikirannya benar-benar salah.
"Argh! Kenapa, kenapa sekarang aku selalu dihantui rasa takut? Sementara Lee selalu bersikap santai di luar sana! Apakah dia tidak memikirkan perasaanku sedikitpun?"
Sofia merasa kesal dan lelah. Dia tidak sadar bahwa keputusan Lee berubah itu semua karena dirinya.
"Apakah aku harus punya anak? Agar Lee mau kembali padaku? Tapi bagaimana bisa? Jika Lee sudah tidak pernah lagi menyentuhku, argh … kamu benar-benar membuatku pusing Lee!"
Setiap hari Sofia selalu dihantui rasa gelisah. Karena setiap ia meminta penjelasan. Lee selalu menjawab singkat, atau bahkan memilih diam.
Dan setiap kali Sofia menyelidiki dia selalu gagal. Dia tidak pernah mendapatkan bukti apapun, karena ternyata Lee sudah menutup akses informasi tentang dirinya.
Semua orang suruhan Sofia, sudah dibekukan oleh Lee.
Seperti malam ini, Sofia tampak mondar-mandir di kamar sambil berusaha menghubungi suaminya. Akan tetapi sedari tadi ponsel Lee hanya bergetar, karena pria itu baru saja menghabiskan malam dengan Alicia.
Hampir saja Sofia menyerah, tiba-tiba panggilan terhubung. Membuat dia sedikit mengulas senyum.
"Ada apa?" tanya Lee tanpa basa-basi, dia bangkit dari ranjang dengan bertelanjang dada. Sedangkan Alicia sudah tertidur pulas dengan perutnya yang membuncit.
"Lee, kapan kamu ada waktu untukku? Tadi aku menelpon ke kantor, katanya kamu sudah pulang. Tapi sampai sekarang, kamu tidak muncul juga. Kamu ke mana?" tanya Sofia dengan menahan sesak.
Namun, suara lembut itu tak mampu untuk memecahkan dinding ego yang ada di dalam diri Lee. Dia sudah terlanjur memasang pembatas antara dirinya dengan Sofia.
"Aku pulang ke tempat lain, yang jauh lebih menyenangkan. Dan kamu pasti tahu kenapa aku melakukan ini semua, jadi berhentilah merengek seperti itu, jadilah Sofia yang keras kepala seperti biasa," jawab Lee, membuat Sofia menahan nafas.
Karena dia baru sadar bahwa selama ini dia sudah terlalu banyak mengabaikan perintah suaminya. Bahkan sampai merendahkan harga dirinya. Keangkuhan Sofia mengalahkan cinta yang selama ini Lee berikan dengan suka rela. Dia telah membuat pria itu kecewa.
"Lee, tidak bisakah kita perbaiki semuanya?" tanya Sofia, meminta kesempatan.
"Apa yang perlu diperbaiki? Bagiku, sesuatu yang sudah rusak tidak bisa kembali seperti dulu lagi. Menyerahlah jika kamu ingin menyerah!"
Setelah mengatakan itu, Lee langsung menutup panggilan telepon, karena dia mendengar Alicia yang mengigau. Sementara di ujung sana, Sofia langsung terduduk di lantai sambil menangis.
***
Beberapa bulan telah berlalu, kandungan Alicia sudah terlihat semakin membesar. Bahkan Lee dan dokter sudah menentukan tanggal operasi caesar. Sebab Lee tidak ingin mengambil resiko, dengan kehamilan Alicia yang mengandung bayi kembar.
Tepatnya hari ini Alicia sudah dibawa ke rumah sakit. Dia sudah melakukan beberapa pemeriksaan, sebelum dilakukannya operasi caesar.
Sementara di sampingnya ada Lee yang senantiasa menemani.
Jujur, Alicia benar-benar merasa takut, sedari tadi dia gelisah hingga wajahnya terlihat pias. Lee menyadari itu, sebelum operasi dimulai dia mendekat ke arah Alicia dan mengelap kening wanita itu. "Jangan gugup, percayalah bahwa kamu bisa melakukannya. Aku akan di sini, dan memastikanmu baik-baik saja."
Selama ini Alicia sudah begitu patuh padanya, jadi Lee berusaha untuk memberikan balasan sesuai sikap Alicia. Toh, itu semua juga demi anak-anaknya.
Mendengar itu, entah kenapa Alicia merasa sedikit tenang. Kegundahan yang sedari tadi memenuhi dadanya perlahan hilang.
"Tuan, aku benar-benar takut. Kamu jangan pergi dari sini yah," ucap Alicia dengan binar mata indahnya.
Lee mengangguk, dia menggenggam tangan Alicia dan mengecup kening wanita itu. Membuat Alicia merasa menjadi istri yang sesungguhnya.
Hingga tak berapa lama kemudian, operasi itu pun dimulai. Alicia dibius secara total, sesuai kesepakatan antara Lee dengan sang dokter yang menangani Alicia.
Agar wanita itu tidak perlu tahu bayi-bayi yang dilahirkannya. Jadi, hanya Lee yang menyaksikan dan mendengar tangisan kedua anak mereka yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.
Lee langsung tersenyum lebar melihat buah hatinya lahir dengan selamat. Bahkan berat badan mereka terbilang ideal, sehingga bisa langsung dibawa pulang.
Dan tepat pada hari itu tugas Alicia selesai. Setelah semuanya beres, wanita itu langsung dipulangkan ke rumah Rendra.
Alicia terbangun setelah melewati satu hari pasca operasi. Dia mengerjapkan kelopak matanya, dan mulai melihat sekeliling. Namun, rasanya tempat ini tidak asing. Karena dia sudah benar-benar ada di rumahnya.
"Anakku? Di mana anakku?" gumam Alicia perasaan yang berbunga-bunga. Merasa tidak sabar untuk melihat buah hatinya yang telah lahir ke dunia.
Namun, ketika pintu terbuka. Dia malah melihat Ralia datang dengan wajah terperangah. "Kakak? Kakak sudah sadar?" Tanya gadis berusia 15 tahun itu.
Dia segera mendekat ke arah Alicia dan duduk di sisi ranjang.
"Ralia, ini kamu? Terus anak Kakak mana?"
"Anak? Anak apa, Kak? Kemarin orang-orang itu hanya membawa Kakak saja," jawab Ralia apa adanya. Dia sedikit kebingungan dengan pertanyaan Alicia, sebab orang yang mengantarkan sang kakak, hanya memberikan dia kantung obat milik Alicia dan amplop yang entah isinya apa.
Mendengar itu, Alicia mulai merasa cemas. Merasa tak percaya jika Lee membawa anak-anak mereka.
Tanpa menanggapi ucapan sang adik, Alicia berjalan keluar. Mencari kedua bayi kembar yang dia lahirkan. Namun, nyatanya mereka tidak ada.
"Sayang? Ini ibu, Nak. Kalian di mana?" teriak Alicia dengan suara yang bergetar.
"Kak, Kakak cari apa? Di sini tidak ada anak!" tegas Ralia.
Alicia tergugu dan langsung menangis saat itu juga. Dia terkulai lemas di atas lantai, dengan dada yang bergemuruh penuh kebencian. Rasa cinta yang sempat dia rasakan, langsung hilang begitu saja, saat menyadari bahwa Lee hanya menginginkan anak mereka. Bukan dia.
***
Giorgio Marciano Tan
Dasha Elapidae Tan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Lusiana_Oct13
😭😭😭😭😭😭😭😭 kejam km leeeeeeeeeeeee
2024-11-29
0
komalia komalia
jahat kamu lee
2024-11-16
0
Maria Magdalena Indarti
kasian Alicia
2024-07-01
2