Hari itu Alicia yang sudah berganti identitas sebagai Renata benar-benar pergi ke ibu kota. Dan dia sudah menghubungi satu temannya untuk menjemput di Bandara.
Sebelumnya Renata telah meminta temannya yang bernama Melisa untuk mencarikan tempat tinggal baru. Dan tentunya memiliki lokasi paling dekat dengan Tan Group. Agar dia tidak menghabiskan banyak waktu di perjalanan.
Pukul satu siang, pesawat yang ditumpangi Renata berhasil melandas dengan selamat. Wanita itu tersenyum lebar, karena dia merasa bahwa harapan yang selama ini dia impikan, akan segera terwujud. Yaitu bertemu dengan kedua anak kembarnya.
"Tunggu aku, Tuan Jahat! Aku pasti bisa merebut kembali anak-anakku dari tanganmu. Karena sekarang aku bukanlah gadis lugu yang bodoh!" gumam Renata dengan emosi yang menggebu. Tangannya terkepal kuat, mengisyaratkan bahwa dia bukanlah wanita yang lemah.
Renata melangkah sambil menggeret koper. Wajahnya yang telah berubah, membuat semua orang tidak akan mampu untuk mengenali identitas aslinya.
Bahkan Melisa sekalipun, sebab wajah Renata benar-benar melekat sempurna di dalam jiwa Alicia.
Renata tersenyum tipis ketika melihat Melisa sedang celingukan. Dia yakin wanita itu tengah mencari dirinya. "Mel." Panggil Renata sambil melambaikan tangan.
Mendengar namanya dipanggil, Melisa pun langsung mendongak dan menghunuskan pandangan pada sosok cantik yang tengah berjalan ke arahnya. Melisa terperangah.
Dan ketika Renata berhenti tepat di hadapan Melisa. Wanita itu langsung menelisik penampilan Renata dari atas sampai bawah.
Sumpah demi apapun, Melisa benar-benar tidak mengenali wanita yang ada di hadapannya. Sebab wajahnya sangatlah berbeda.
Hanya ada dua bola mata Renata yang membuat Melisa percaya. Ya, bulat dan berwarna coklat pekat. Persis seperti milik Alicia.
"Alice?" panggil Melisa dengan bola mata yang menatap haru. Seolah ikut merasakan sulitnya perjuangan Renata, agar bisa kembali ke ibu kota dan mendapatkan hak asuh anak-anaknya. Ya, sebelumnya Renata telah menceritakan semuanya pada Melisa.
"Aku Renata," jawab Renata sambil tersenyum. Setiap orang memanggil dia dengan nama Alice, entah kenapa dia merasa menjadi wanita paling bodoh dan paling lemah.
Melisa ikut tersenyum, dan langsung menghambur memeluk Renata. "Ya, kamu adalah Renata. Senang bertemu denganmu."
Renata membalas pelukan Melisa dengan bola matanya yang ikut berkaca-kaca. Namun, dia tidak ingin menangis. Sebab ini hari pertamanya menginjakkan kaki di ibu kota. Dia tidak ingin kehadirannya disambut oleh air mata.
Setelah merasa puas Melisa pun melepas pelukannya. Dia mengajak Renata untuk segera pergi dari Bandara.
"Al, eugh maksudku—Re, kamu mau makan dulu atau langsung ke apartemen?" tanya Melisa saat mereka sudah berada di dalam mobil.
"Langsung ke apartemen saja, Mel. Karena aku harus segera berkemas, besok pagi aku sudah bisa bekerja."
"Oh baiklah kalau begitu, aku akan membantumu, supaya kamu tidak terlalu lelah."
"Tidak perlu, Mel. Aku sudah banyak merepotkanmu," tolak Renata, merasa tidak enakan karena Melisa sudah membantu cukup banyak. Dari mengurus apartemen, sampai menjemputnya di Bandara.
"Ck, kamu ini apa-apaan, masa sama teman sendiri bicara seperti itu? Aku tidak merasa direpotkan, jadi tenanglah."
Renata menepuk bahu Melisa, kemudian mengelusnya dengan perlahan. "Kamu membuatku terharu. Terima kasih banyak yah."
"Sama-sama, aku tunggu traktiranmu akhir bulan," balas Melisa bercanda. Menciptakan kekehan kecil yang keluar dari mulut Renata.
Hingga tak berapa lama kemudian, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan. Yaitu gedung apartemen dari kelas menengah ke atas.
Renata turun lalu mengekor pada Melisa. Dia menatap sekeliling, namun tiba-tiba ingatannya kembali pada kejadian lima tahun silam. Ketika Lee membawanya ke apartemen mewah, saat itu dia benar-benar polos, hingga sempat mengagumi tempat terkutuk yang menjadi penjara baginya.
Pikiran Renata mendadak kacau, dengan tatapan yang tampak nanar, hingga tanpa sengaja dia menabrak seseorang.
Brugh!
Renata yang sangat terkejut hampir kehilangan keseimbangan. Sementara seseorang yang ia tabrak langsung ditahan oleh Melisa agar tidak jatuh ke lantai.
Menyadari itu, Renata pun langsung menundukkan kepala, karena dia benar-benar merasa bersalah. "Maafkan saya, Nona. Saya tidak fokus berjalan."
"Ah iya, tidak masalah. Lagi pula aku juga tidak apa-apa," jawab orang itu sambil tersenyum ramah.
Renata hendak menimpali ucapan wanita yang ada di hadapannya, tetapi dia melihat sesuatu yang terjatuh tak jauh dari kakinya. Sebuah name tag.
"Ah, Nona, apakah ini milik anda?"
Wanita itu mengernyitkan dahinya, dan langsung mengangguk begitu mengenali benda yang ada di tangan Renata. "Benar. Ini milikku, terima kasih ya. Kalau begitu aku pergi dulu. Karena aku memiliki urusan yang mendesak."
"Iya, Nona. Sekali lagi maafkan saya, lain kali saya akan lebih berhati-hati."
Wanita berjas putih itu hanya mengangguk kecil sambil tersenyum. Lalu detik selanjutnya melangkah meninggalkan Renata dan Melisa.
"Sepertinya dia seorang dokter," terka Melisa, sambil memperhatikan punggung wanita itu yang semakin menjauh dari pintu utama. Dan Renata menganggukkan kepala, setuju dengan tebakan Melisa.
"Yah, sepertinya begitu."
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Pia Palinrungi
apakah itu temen arshan shbt regina
2023-12-22
0
Alexandra Juliana
dr. Regina sepupu Lee...
2023-03-30
0
Nci
Siapa dia, dr Regina kah
2023-03-14
0