Suara itu?
Lee bergeming, dengan otak yang mulai berkelana. Sebuah suara yang tidak begitu asing dalam indera pendengarannya. Sebuah suara yang tidak pernah lagi dia dengar, tetapi masih mampu dia ingat.
Namun, kenapa? Kenapa tiba-tiba suara ini datang dari orang yang berbeda?
Raut wajah Lee terlihat gelisah, membuat Zack mengerutkan dahinya. Dia ingin mendekati Lee, tetapi Renata lebih dulu buka suara.
"Tuan, apakah ada yang salah dengan nama saya?" tanya Renata, membuat Lee langsung tersadar saat itu juga. Dia kembali mendongak, dan mendapati wajah Renata.
Sebelum menjawab Lee kembali memeriksa berkas yang ada di tangannya. Dia menelisik semua identitas Renata, dan memang jelas-jelas berbeda. Semua itu tidak ada kaitannya.
Ya, mungkin hanya mirip. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini.
Lee menghembuskan nafas kasar. Lalu menggelengkan kepala. "Tidak, tidak ada. Semua datamu lengkap, dan kamu sudah bisa bekerja hari ini. Oh iya perkenalkan saya Lee, dan di belakangmu itu Zack, asisten saya."
Renata mengangguk kecil sambil tersenyum manis. "Baik, Tuan. Senang berkenalan dengan kalian. Saya akan berusaha untuk bekerja sebaik mungkin."
"Yah tentu, dan di sana meja kerjamu. Zack, antarlah dia," ucap Lee lagi sambil menunjuk meja yang berada tak jauh darinya. Hanya ada sebuah skat kaca, memudahkan Lee untuk memanggil sekretarisnya ketika ada yang dia butuhkan.
"Mari, Nona," ajak Zack, dia yang tidak pernah bertegur sapa dengan Alicia, tentu tidak curiga sedikitpun.
Renata mengekor hingga mereka sampai di meja yang dimaksud oleh Lee. Semua yang dibutuhkan wanita itu sudah tertata rapih di sana, dan ketika dia baru duduk, dia mendapati Lee yang diam-diam menatap dirinya.
Namun, karena tak ingin tertangkap basah, pria itu langsung membuang wajahnya.
Sementara Renata hanya tersenyum remeh.
"Terima kasih, Asisten Zack."
"Sama-sama, Nona. Kalau ada sesuatu yang tidak anda mengerti, anda bisa bertanya pada saya. Dan itu—" Zack menunjuk dokumen yang ada di atas meja. "Berkas yang harus anda pelajari, karena Minggu ini ada kerja sama yang harus kita selesaikan."
"Baik, Asisten Zack."
"Kalau begitu selamat bekerja, dan semoga anda betah di sini," ucap Zack, yang membuat Renata tersenyum manis, apalagi saat wanita itu menyelipkan anak rambut ke belakang telinganya.
Dan lagi-lagi Lee diam-diam meliriknya.
***
Ketika hari beranjak siang, Renata izin turun ke bawah untuk membuat kopi, karena dia mengantuk, sementara beberapa pekerjaan belum mampu dia kuasai semua.
"Suruh saja office girl untuk membuatkannya," ujar Lee memberi saran. Namun, Renata menolak, sebab dia pun merasa sangat bosan berada di dalam ruangan terus menerus.
"Tidak, Tuan. Saya sekalian ingin menghafal ruangan yang ada di gedung ini, supaya saya cepat beradaptasi."
Lee manggut-manggut. "Baiklah, kalau begitu silahkan keluar. Pantry ada di lantai 2." Ujar Lee dengan tatapan datar.
"Terima kasih, Tuan."
Renata sedikit membungkukkan badan, lalu tanpa apapun lagi dia menghilang dari hadapan Lee. Namun, ketika sampai di ambang pintu, Renata berhenti. "Asisten Zack, apakah anda mau kopi?" Tawarnya, membuat Zack langsung menatap ke arahnya.
"Ah—" Zack melirik ke arah Lee, karena dia tahu Renata tidak menawarkan hal tersebut pada sang tuan. Sementara Lee pura-pura tidak mendengar. Dia fokus pada pekerjaannya.
"Tidak, Nona. Saya bisa buat sendiri kalau saya mau."
"Tidak apa-apa, biar sekalian."
"Ah, tidak. Saya tidak biasa mengopi saat jam makan siang hampir tiba."
"Baiklah, kalau begitu saya akan buat kopi untuk diri saya sendiri."
Zack menganggukkan kepala, merasa tidak enak hati pada Lee. Lagi pula kenapa Renata hanya bersikap lebih manis padanya? Astaga, jangan sampai dia salah mengartikan.
***
Renata tak hanya turun ke lantai dua, tetapi dia juga berjalan-jalan sebentar di lobby utama. Menghabiskan beberapa menit, agar dia tidak terlalu bosan.
Ketika dia sedang menelisik beberapa sudut ruangan, tiba-tiba tatapannya beralih pada pintu utama. Di mana ada dua bocah kecil dengan seragam sekolah, sedang berlari dengan tawa renyah.
"Kak Gio, tunggu aku!" teriak Shasha, karena Gio berlari terlalu cepat, dan meninggalkan dia di belakang.
"Haish, cepatlah! Kamu ini lambat seperti siput," balas Gio seraya mengentikan laju kakinya. Dia meraih pergelangan tangan adiknya, lalu mereka berlari bersama. Persis bocah kecil yang tidak ingin ditinggal oleh kedua orang tuanya.
"Tuan Muda, Nona Muda, jangan main lift sembarangan."
Di belakang mereka beberapa tim keamanan ikut mengejar. Karena mereka tidak akan membiarkan dua bocah itu kenapa-kenapa.
Renata terus memperhatikan aksi kejar-kejaran itu, dan karena merasa penasaran, Renata pun mengikuti langkah Gio dan Shasha. Bahkan ia sampai tidak ingat tujuan utamanya keluar dari ruangan Lee.
"Astaga, ada apa dengan jantungku? Kenapa berdebar-debar seperti ini?" gumamnya saat melangkah.
Ketika sampai di depan pintu lift, Renata bingung, karena dia tidak tahu tujuan dua bocah manis itu. "Haish, mau ke mana mereka? Kenapa aku bodoh sekali?"
Renata terdiam sesaat, dan akhirnya dia menyerah. Dia memutuskan untuk kembali ke ruangannya, dan ketika pintu lift terbuka, dia sangat terperangah melihat dua bocah itu masuk ke dalam ruangan Lee. Dia segera mengekor dengan langkah seribu.
Dan ketika pintu terbuka, Gio dan Shasha langsung berteriak. "DADDY!"
Deg.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
komalia komalia
si lee sama istri nya udah 5th lebih engga pernah bersentuhan lagi ko sofia nya tahan sampai segitu lama nya,kenapa engga di cerai atau minta cerai
2024-11-16
0
Cipika Cipiki
hmm awas jatuh cinta 😄 mana udah 5 tahun ngga anu, jadi jangan berfantasi ya Lee 😆
2024-06-14
0
Pia Palinrungi
akhirnya, semoga anaknya semakin deket sm renata
2023-12-22
2