Fatir Hilang Kendali

POV FATIR

Belum sempat Kusandarkan bokongku di atas kursi untuk istirahat sejenak. Tiba- tiba telpon masuk dari nomor yang tak Ku kenal. Sebenarnya Aku malas mengangkat Telpon jika Namanya tak tertulis di Kontak Ponselku. Tapi, Aku kembali berfikir bisa saja Nomor ini Nomornya Via. Tak ada salahnya Aku mengangkat Telpon dari Nomor tersebut.

" Hallo" Ucap Seorang Wanita di seberang sana yang nada suaranya dibuat manja.

" Halo, ini siapa?" Tanyaku ketus.

" Mas yang telpon Saya duluan tadi. Kok, Mas yang nanya balik" Kini suara Wanita itu mulai judes.

" Kapan Aku menghubungi Anda?" Tanyaku lupa.

" Tadi Siang Anda menelpon Saya berkali- kali!" Ucapnya kesal.

Sejenak Aku mulai berfikir.

" Oh, Tadi Surya yang pinjam Ponselku untuk menghubungi Anda." Ucapku asal.

" Nekat juga Temanmu itu. Padahal Saya sudah tak mau lagi menjalin hubungan dengannya. Udah kere masih berani deketin Saya lagi." Ucap Wanita itu curhat.

Kepalaku mendidih mendengar pengakuan Wanita itu. Sejak kapan Wanita itu berhubungan dengan Adikku. Apakah gara- gara Wanita ini Via pergi meninggalkan rumah Ibu. Kalau itu benar, sungguh keterlaluan Si Surya. Dengan tetap bersikap tenang Aku mulai melunak dan mencoba menggali informasi dari Wanita itu.

" Tapi Surya sangat mencintai Anda. Surya Frustasi karena Anda meninggalkannya" Ucapku masih dengan menyebutnya dengan sebutan Formal.

" Bilang Sama Temanmu itu agar menjaga Keluarganya. Saya tidak mau Menikah dengannya meskipun sekarang Istrinya telah meninggalkannya." Lagi- lagi ungkapan itu membuat Aku menggertakkan gigi.

Aku langsung menutup telpon secara sepihak karena tak ingin mendengar suara Wanita itu lagi bercerita. Kasihan sekali Via selama ini sangat menderita dengan perbuatan Adikku.

Andai saat ini bukan tengah malam. Mungkin Aku sudah datang ke rumah Ibu untuk menghajar Adikku itu yang tak tau diri. Rasanya tak sabar menunggu besok untuk bertemu denganya.

Subuh pun tiba, Aku segera bangkit dan mengguyur tubuhku terlebih dahulu dengan air supaya Aku kembali segar. Aku sangat lelah karena kurang beristirahat. Terlebih Aku tak tidur semalaman karena kepikiran Via dan Ketiga Anakknya. Gara-gara perbuatan Adikku Via jadi menderita seperti ini.

" Sayang, bangun. Ayo Kita Sholat" Ucapku membangunkan Yuri dengan lembut.

" Yuri halangan Mas" Jawabnya beralasan.

Aku tak lagi membangunkan Yuri dan membiarkan dirinya tertidur nyenyak. Padahal di awal Pernikahan Yuri sangat taat beribadah terlebih selalu bangun pagi dan menyiapkan Sarapan pagi untukku. Lama kelamaan sikap Yuri secara perlahan berubah drastis. Kini Yuri seperti enggan melayaniku. Kerjaannya cuma Shoping dan hangout bersama Kawannya. Tugasnya sebagai Istri menjadi sengaja di lalaikan untuk kesenangannya sendiri.

Usai Sholat Aku menjaili Yuri dengan berbaring di sampingnya. Sengaja Aku meraba area sensitifnya untuk memastikan Yuri benar- benar sedang Haid atau tidak. Jika Yuri berhalangan mungkin saat ini tanganku ini sudah memegang pembalut Wanita.

Aku mencubit lengan Yuri cukup keras. Agar Yuri segera bangun. Karena membangunkannya dengan kelembutan sudah Ku lakukan. Tugasku sebagai Suami bukan hanya menafkahi dan menyenangkannya namun juga Aku harus mendidik Yuri agar patuh kepada Tuhan.

" Auuuu, sakit Mas" Ucapnya meringis.

" Bangun sekarang dan Sholatlah Yuri. Sakit cubitanku tak sebanding dengan panas Api Neraka nanti." Ucapku tegas.

" Yuri halangan Mas" Ucapnya mengelak.

Aku berdiri di depannya lalu mendekat dan langsung menurunkan ****** ******** Yuri.

" Ini yang Kamu bilang halangan? Bahkan setetes darah pun tak mengotori Celana Dalammu. Apa perlu Mas yang akan mengecek sendiri dan memastikan. Ingat Yuri kelalaianmu ini sama saja Kamu memasukkan Mas ke dalam Api Neraka." Ucapku sedikit membentak.

" Isssshh" Ucap Yuri mendengus kesal dan menghentakkan kakinya ke lantai kemudian berlalu pergi untuk Berwudhu.

Walau dengan terpaksa setidaknya Yuri mau melakukannya dan mendengar perintahku. Ibadah itu harus dipaksakan jika tidak mau sampai kapan Yuri akan bermalas-malasan dan lalai untuk melakukannya. Sesuatu yang di paksakan dengan perlahan akan terbiasa dan menjadi kebiasaan apalagi itu Ibadah Wajib hukumnya. Saking Wajibnya dalam keadaan sakit terbaring kaku pun harus dilaksanakan tak ada alasan kecuali dalam keadaan tak suci.

Sementara Yuri Sholat, Aku menuju dapur untuk membakar Roti untuk sarapan. Sudah menjadi kebiasaanku usai Sholat Subuh Aku langsung mengganjal perutku dengan Roti. Yang walaupun paginya Aku tetap makan Nasi.

" Sayang, Mas akan keluar sebentar." Ucapku berpamitan pada Yuri. Tanpa bertanya Yuri hanya menangguk karena masih mengantuk dan melanjutkan tidurnya kembali.

Aku mencoba menyusuri jalan yang masih terlihat agak sepi. Ku lihat dari kejauhan Sosok Via sedang berjalan bersama Tukang Gerobak. Entah apa yang di jualnya. Aku pun berhenti dan menanyakan pada Bapak penjual. Namun sayang Bapak itu tak pernah melihat Via. Mungkin Aku terlalu kepikiran Via hingga Aku berhalusinasi.

Aku duduk termangu di emperan Toko yang masih belum buka. Mengistirahatkan sejenak Tubuh dan fikiranku. Sungguh, Aku sangat rindu dengan Kakak Iparku yang baik hati dan prilakunya. Dan Aku juga rindu dengan Ketiga Keponakanku yang lucu. Tawa Mereka membuatku serasa punya semangat. Kini Mereka telah pergi tanpa kabar. Aku teramat kesepian karena Aku merasa ada yang hilang dalam hidupku. Setelah Ku rasa agak tenang Aku pun menuju rumah Ibu menyanyakan prihal Via sampai meninggalkan rumah. Dan jawaban Ibu membuatku sangat kesal. Ibu membela Surya yang jelas-jelas bersalah.

" Surya masuk kerja ya Bu" Tanyaku pada Ibu karena sedari tadi Aku tak melihat keberadaannya.

" Dia itu uring-uringan memikirkan Istrinya. Dua hari tidak masuk kerja karena memikirkan Istri dan Anaknya.

" Memikirkan Istrinya atau Selingkuhannya" Ucapku pada Ibu.

" Jangan sembarangan Kamu menuduh Adikmu Fatir. Justru Via yang sudah pergi dengan selingkuhannya." Ucap Ibu memfitnah.

" Bu, Via pergi karena Dia merasa tertekan dan menderita dengan ulah Surya" Ucapku mencoba membela Via.

" Via itu Istri yang tak bersyukur. Masa Gaji Satu Juta setengah tidak cukup untuk satu bulan" Ucap Ibu ceplas-ceplos.

" Apa?" Aku terkejut. Artinya selama ini Via benar- benar mendapatkan perlakuan tak adil dari Surya. Seoarang Kepala Security hanya menafkahi Istrinya secuil dari gaji belasan juta. Kali ini kesabaranku benar-benar di ambang batas. Aku pun mencoba menghubungi Surya dan segera menyuruhnya untuk pulang. Aku sudah perduli dengan kesibukannya bekerja. Surya harus menemuiku secepatnya.Tak menunggu lama Surya pun pulang dengan Sepeda Motornya. Penampilannya yang sembarautan dan langkah kakinya terlihat loyo menghampiriku.

" Kenapa Mas nggak bilang kalau Mas Fatir di rumah Ibu. Surya tadi ke rumah Mas.'" Ucapnya menghampiriku.

Aroma nafas Surya sangat menyengat indra penciumanku. Sepertinya Surya barusan meneguk minuman haram. Tampak bekas ci*man di seluruh lehernya, Wajahnya sedikit lebam dan lecet. Entah, apa yang telah di lakukan Surya di luar sana.

tanpa bertanya bogem mentah melayang mengenai Wajah dan perut Adikku. Sungguh, Aku tak bisa lagi mengendalikan emosiku. Ibu berteriak dan berlari menghampiriku dengan memasang badannya guna menghadang pukulanku melayang ke arah Surya. Spontan Aku menghentikan pukulanku.

Surya terduduk lesu tak berdaya. Bekas pukulanku membuat Wajahnya menjadi bertambah memar dan lebam. Ibu langsung membopong Surya berjalan menuju ranjang dan berbaring di atas kasur. Sementara Aku bersimpuh di lantai Ruang Tamu sambil mengusap kepalaku dengan kasar. Aku tak menyangka Surya yang selalu Ku baggakan menjadi Lelaki pengecut seperti ini.

" Kamu keterlaluan Fatir! Demi Wanita Belagu itu Kamu menghajar Adikmu." Ucap Ibu kesal menyalahkanku.

" Bu, berhentilah membela Surya. Dia jelas- jelas bersalah. Fatir tidak akan melakukan semua ini jika Surya tak keterlaluan." Ucapku lembut dan berusaha membuka fikiran Ibu.

Hening, hanya suara ringisan kecil dari mulut Surya yang terdengar.

" Besok Kita semua akan berangkat ke Kampung Via. Fatir yakin Via telah Pulang ke Kampungnya, kalau pun Via tak ada di sana anggap saja Kita datang untuk bersilaturrahmi dengan Mertuamu Surya." Ucapku.

Walaupun Ibu dan Surya tak mau ikut, Aku tetap akan pergi ke Kampungnya Via besok. Aku pun pamit pulang pada Ibu. Aku butuh istirahat untuk tenagaku buat besok. Karena perjalanan menuju Kampung Via membutuhkan Waktu yang berjam- jam.

Terpopuler

Comments

Zaliah Jusoh

Zaliah Jusoh

tahniah kepada pengarang Nye...
kisah masyarakat yang sebenarnye..

2023-03-18

0

Yunia Afida

Yunia Afida

g sabar nunggu surya dapat karma yg pedih

2023-01-15

0

Ma Ma Adit

Ma Ma Adit

adik ipar x thor bkn kakak ipar😅sprtinya author lgi kurang fokus nih ayookk semangat lgi thor 👍👍

2022-12-20

1

lihat semua
Episodes
1 Masuk Rumah Sakit
2 Siapa Pria itu?
3 Suamiku Berhianat
4 Atur Uagmu Mas!
5 Ibu Mertua Menyerangku
6 Aku Harus Melawan
7 Pertama Kalinya ke Mall
8 Keinginan Sederhana Anakku
9 Sepatu Baru Untuk Anakku
10 Isi Amplop Lima Juta
11 Tuduhan Mas Surya
12 Pergi Meninggalkan Rumah Ibu Mertua
13 Via Kemana membawa Ketiga Putraku
14 Aku Patah Hati
15 Kebaikan Pria Lusuh
16 Menginjakkan Kaki di Kampung Halaman
17 Pertemuanku dengan Bibi
18 Aku Kehilangan Bibi
19 Kemarahan Surya
20 Fatir Hilang Kendali
21 Menuju Kampung Via
22 Kedatangan Keluarga Suamiku
23 Yudis Si Pria Lusuh
24 Yudis Membawa Anakku
25 Menginjakkan Kaki Di Rumah Ibu Mertua
26 Bermalam Di Rumah Bunda Mery
27 Mempermalukan Mas Surya
28 Bermalam di Rumah Herman
29 Pedihnya Di Dalam Penjara
30 Sekolah Baru Anakku
31 Surat Relas Talak Mas Surya
32 Sidang Pertama
33 Tetap Pada Pendirian
34 Lisa?
35 Resmi Berpisah
36 Berpisah Dengan Yoris Dan Bertemu Dengan Yudis
37 Hari pernikahan Surya
38 Yudis Gagal Pulang
39 Bisnis Membuka Warung Nasi
40 Iparku Yang Menyebalkan
41 Aku Terpaksa mencuri
42 Aku Terharu Dan Bangga
43 Zafran Masuk Pondok
44 Kedatangan Mas Surya Dan Yudis
45 Perhiasan Nindana Hilang
46 Ibu Masuk Rumah Sakit
47 Lisa Datang Ke Rumah
48 Pertemuan Ibu dan Anak
49 Kematian Lisa
50 Bertemu Nindiana
51 Nindiana Kabur Lagi
52 Rumahku di Jual Nindiana
53 Nindiana Kena Batunya
Episodes

Updated 53 Episodes

1
Masuk Rumah Sakit
2
Siapa Pria itu?
3
Suamiku Berhianat
4
Atur Uagmu Mas!
5
Ibu Mertua Menyerangku
6
Aku Harus Melawan
7
Pertama Kalinya ke Mall
8
Keinginan Sederhana Anakku
9
Sepatu Baru Untuk Anakku
10
Isi Amplop Lima Juta
11
Tuduhan Mas Surya
12
Pergi Meninggalkan Rumah Ibu Mertua
13
Via Kemana membawa Ketiga Putraku
14
Aku Patah Hati
15
Kebaikan Pria Lusuh
16
Menginjakkan Kaki di Kampung Halaman
17
Pertemuanku dengan Bibi
18
Aku Kehilangan Bibi
19
Kemarahan Surya
20
Fatir Hilang Kendali
21
Menuju Kampung Via
22
Kedatangan Keluarga Suamiku
23
Yudis Si Pria Lusuh
24
Yudis Membawa Anakku
25
Menginjakkan Kaki Di Rumah Ibu Mertua
26
Bermalam Di Rumah Bunda Mery
27
Mempermalukan Mas Surya
28
Bermalam di Rumah Herman
29
Pedihnya Di Dalam Penjara
30
Sekolah Baru Anakku
31
Surat Relas Talak Mas Surya
32
Sidang Pertama
33
Tetap Pada Pendirian
34
Lisa?
35
Resmi Berpisah
36
Berpisah Dengan Yoris Dan Bertemu Dengan Yudis
37
Hari pernikahan Surya
38
Yudis Gagal Pulang
39
Bisnis Membuka Warung Nasi
40
Iparku Yang Menyebalkan
41
Aku Terpaksa mencuri
42
Aku Terharu Dan Bangga
43
Zafran Masuk Pondok
44
Kedatangan Mas Surya Dan Yudis
45
Perhiasan Nindana Hilang
46
Ibu Masuk Rumah Sakit
47
Lisa Datang Ke Rumah
48
Pertemuan Ibu dan Anak
49
Kematian Lisa
50
Bertemu Nindiana
51
Nindiana Kabur Lagi
52
Rumahku di Jual Nindiana
53
Nindiana Kena Batunya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!