NAFKAH SISA
Kepalaku terasa sangat sakit, penglihatanku berkunang-kunang dan secara perlahan- lahan memudar. Keseimbangan tubuhku seperti tak ada tumpuan, tak sadar Aku jatuh pingsan saat membersihkan langit Plapon rumah Mertuaku.
Perlahan Aku membuka mata. Kini tubuhku sudah berbaring di atas ranjang Rumah Sakit dengan jarum infus yang menempel di tanganku. Apa yang terjadi sebenarnya denganku, perasaan Aku sedang membersihkan Plapon rumah Ibu. Tapi mengapa Aku malah berada di kamar Rumah Sakit.
" Syukurlah Kamu sudah sadar" Ucap Mas Surya berdiri melipat kedua tangannya melihat keadaanku.
" Memangnya apa yang terjadi dengan Via Mas?" Tanyaku masih bingung.
" Kamu jatuh pingsan saat membersihkan Plapon rumah" Jelas Suamiku.
" Cepatlah sembuh, biaya Rumah Sakit sangat mahal dan Anak Kita di rumah hanya bisa merepotkan Ibu " Ucap Mas Surya menyakiti perasaanku.
Aku hanya bisa meneteskan air mata dengan perlakuan Mas Surya. Entah, sampai kapan rasa perdulinya di tunjukkan untukku. Aku diharapkan sembuh hanya untuk bekerja dan menjaga Buah Hati Kita.
" Kalau begitu bawalah Via pulang sekarang Mas, Via tak ingin merepotkan Mas dan membuat Mas terbebani" Ucapku tanpa memandangnya.
" Istirahatlah dan nikmati tinggal di rumah sakit ini. Bukankah selama ini Kamu selalu mengeluh ingin beistirahat" Ucap Mas Surya menyinggungku.
Aku tak lagi bersuara dan lebih memilih untuk diam. Aku sudah lelah menangis, rasanya stok air mataku sudah hampir habis. Rumah Tangga yang di bangun dengan rasa cinta dan kasih sayang kini berubah menjadi Neraka bagiku. Setiap harinya Aku selalu di hina oleh Mertuaku. Belum lagi cacian dari Mas Surya. Aku seperti Babu bagi Mereka dan tak berarti apa-apa.
Aku mencoba memejamkan mata sejenak agar fikiran dan batinku terasa tenang. Belum setengah jam Aku terlelap tiba- tiba terdengar suara Ibu Mertua menghampiriku di ranjang rumah sakit.
" Tidak usah berpura- pura lemas, jangan manja. Ingat! Kamu harus kuat demi Ketiga Putramu" Ucap Ibu Mertuaku memutar bola matanya dengan malas.
Aku harus bagaimana lagi agar Mertuaku menyukaiku. Apa yang Aku lakukan selalu salah di mata Beliau. Kebenciannya semakin menjadi ketika Aku memegang sepenuhnya gaji Suamiku. Uang sejumlah Tiga Juta Rupiah sebenarnya tidak mencukupi untuk biaya hidupku sehari- hari. Sebisa mungkin Aku berhemat agar uang itu bisa terpakai untuk Satu bulan. Sebenarnya dari Tiga juta itu, Aku harus berbagi lagi dengan Ibu Mertuaku. Setengahnya untukku dan setengahnya lagi untuk Ibu Mertua. Belum lagi iuran listrik yang harus Aku tanggung dan biaya Ketiga Putraku yang masih kecil. Satu Juta Setengah membuatku berhemat dan menyiksa diri sendiri. Bajuku bisa di hitung hanya berapa helai di dalam lemari. Saat Anak Ketigaku masih Bayi Aku tak berani memakaikannya Pampers karena itu adalah sebuah pengeluaran besar. Setiap Anakku pipis ataupun Pup Aku harus terjaga dan benar-benar memperhatikannya agar tak mengenai celana. Pernah waktu itu Ibu Ku mintai tolong untuk menjaga Zaki Bayiku.
" Bu, Via minta tolong titip Zaki sebentar. Soalnya Via ingin membereskan dapur" Ucapku meletakkan Zaki di atas pangkuan Beliau. Wajah Ibu begitu cemberut tapi tetap menggendong Zaki dan mengajak Bayiku masuk ke dalam rumah. Aku terpaksa minta tolong kepada Ibu meski Ibu keberatan untuk menjaga Cucunya. Anak Sulungku Zafran dan Anak Keduaku Zul sudah sejak tadi berangkat ke Sekolah.
Belum usai pekerjaan di dapur, Ibu sudah berteriak memanggil Namaku karena Cucunya Pipis dan baju daster Ibu basah oleh Air Seni Anakku.
" Coba Zaki itu di pakaikan Pampers. Bajuku jadi basah dan bau pesing gara-gara Dia kencing di pangkuanku. Segera cuci bajuku ini" Bentak Ibu sambil mengeluarkan Baju dari tubuhnya.
Ku gendong Zaki ke dalam kamar guna mengganti celananya yang telah basah akibat Dia pipis. Anakku masih berumur Enam Bulan. Zaki sering pipis karena lagi aktifnya menyusu. Beruntung celana ganti Zaki sangat banyak di berikan oleh para Tetangga. Jika tidak, maka Aku akan keteteran harus menunggu celana kering baru di pakaikan untuk Anakku. Aku sengaja tak membawanya ikut ke dapur karena hal itu akan membahayakan Bayiku. Jika Dia berada di gendonganku maka tak menutup kemungkinan gemercik minyak yang panas akan mengenainya kulitnya saat Aku menggoreng Ikan.
" Kak, Lisa lapar" Ucap Adik Iparku yang baru saja bangun tidur. Lisa adalah Adik Iparku yang masih duduk di bangku kelas Tiga SLTP. Dan sebentar lagi Lisa akan melanjutkan Sekolahnya ke jenjang SLTA. Meskipun Lisa sudah Dewasa namun, Ibu sangat memanjakannya. Di tambah lagi biaya Sekolahnya tak luput dari tanggung jawab Suamiku Mas Surya. Setiap kebutuhannya Mas Suryalah yang akan menanggungnya walau kadang Anakkulah yang akan menjadi korban.
" Bu, Ayo Kita sarapan Lauknya sudah matang" Teriak Lisa dari dapur memanggil Ibu Mertua. Penghuni rumah ini selalu saja begitu. Jika Makanan sudah terhidang maka Mereka tak lagi memikirkan Aku yang dalam keadaan kelaparan.
" Bu, tolong sisakan lauknya sedikit untukku sarapan" Ucapku memberanikan diri.
" Siapa juga yang mau habiskan! Kamu kira Aku rakus! " Ucap Ibu tersinggung. Padahal andai saja Aku tak mengingatkan. Ibu dan Lisa pasti akan menghabiskannya karena mengira Aku sudah Sarapan duluan. Mengingat Akulah Juru Masak di rumah ini.
Usai Mereka Sarapan barulah Aku memasukkan nasi ke dalam perutku. Aku sengaja makan banyak supaya Aku punya tenaga karena Aku sedang menyusui saat ini.
" Via, Kata Dokter Kamu sudah bisa pulang hari ini" Ucap Kakak Iparku Mas Fatir. Ya, hanya Mas Fatirlah Orang yang perduli denganku di rumah ini. Sedangkan Istri Mas Fatir sepertinya ikut tak menyukaiku. Karena selama ini Mba Yuri tak pernah mau akrab denganku. Sikap Mba Yuri selalu cuek dan sombong. Kakak Iparku sudah berumah tangga Lima Tahun lamanya. Dan sampai saat ini belum juga di karuniai Momongan.
" Terima kasih Mas Surya, Mba Yuri. Telah bersedia membantu mengurus Ketiga Putra Via" Ucapku berterima kasih sambil memandang Mas Fatir dan Mba Yuri secara bergantian.
"Kamu tidak usah berterima kasih Via, Itu sudah menjadi kewajiban Kami selaku keluargamu, lagi pula Aku dan Yuri senang melakukannya" Ucap Mas Fatir tulus. Sementara Wajahnya Mba Yuri terlihat datar dan sulit untuk di tebak.
Walaupun hari ini Aku sudah di perbolehkan untuk pulang oleh Dokter. Namun tubuhku masih terasa sangat lemas. Mungkin karena Aku berbaring Seminggu ini.
Mba Yuri membantu mendorong kursi rodaku menuju Mobil yang sudah terparkir di area parkiran rumah sakit. Mas Fatir memang pembisnis sukses. Dan Mobil yang terparkir di sana bewarna Hitam Metalik adalah Mobil Mas Fatir. Aku cukup kecewa, karena Mas Surya tak datang untuk ikut menjemputku. Alasannya selalu sibuk bekerja. Beruntung Aku sudah terbiasa dengan sikapnya yang cuek dan tak perduli. hingga membuatku menjadi Wanita tegar dan kuat seperti ini.
Sampai di rumah Aku langsung di sambut oleh Kedua Putraku. Mereka Berdua berhamburan memeluk tubuhku dengan erat. Aku tahu mereka sangat rindu padaku, karena sudah Satu Minggu ini Aku tak pernah berjumpa dengan Mereka. Karena Aku di rawat di rumah sakit. Setelah mengantarku pulang Mas Fatir dan Mba Yuri pamit pulang. Tak lupa Mas Fatir selalu memberikan sejumlah uang yang di selipkan ke dalam kantong Kedua Putraku masing-masing.
Aku menuju kamar yang sangat berantakan. Aku tak terbiasa tidur dalam keadaan kamar kotor seperti ini. Aku terpaksa membereskan kamarku sampai bersih dengan sisa tenagaku. Seharusnya Aku harus beristirahat di rumah karena Aku baru saja sembuh dan masih dalam pemulihan.
Zapran datang menghampiriku lalu menyodorkan uang dalam amplop yang di berikan oleh Omnya Mas Fatir. Ku buka amplop itu yang berisikan uang Tiga Ratus Ribu.
" Bu, tadi uang yang di berikan Om Fatir ke Zul sudah diambil oleh Tante Lisa. Kata Tante Lisa Zul masih kecil tidak boleh memegang uang" Tutur Anakku jujur.
Mengapa Lisa selalu saja mengambil hak Anakku. Kali ini Aku harus melawan, jika Aku lemah seperti ini terus Penghuni rumah ini akan selalu semena- mena dan terus menginjak harga diriku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Wanita Aries
Mampirrr
Cerita baguss
2024-10-08
0
§¢🎯™𝙼𝚘𝙼 𝙰𝚖𝚈⨀⃝⃟☯
mampir semangat
2023-04-06
1
Yunia Afida
semangat terus 💪💪💪
2023-01-14
0