Keinginan Sederhana Anakku

Hari ini Mas Surya masuk kerja Shif malam. Mas Surya bekerja di Hotel Bintang Lima di Kota ini sebagai Security. Sudah Tujuh Tahun Mas Surya bekerja di Hotel Bintang Lima tersebut. Dan Dua Tahun yang lalu Mas Surya diangkat sebagai Kepala Security. Dari awal pernikahan Aku tak pernah tahu berapa jumlah gaji Mas Surya. Yang Aku tahu dulunya masih berjumlah Dua Juta Rupiah dan sekarang agak meningkat sebesar Tiga Juta lebih. Tiga juta di serahkan padaku sementara sisanya sebagai pegangan Mas Surya untuk keperluan pulang pergi bekerja.

" Keperluanmu sudah Ku beli semua dari kebutuhan dapur hingga kebutuhan lainnya selama Satu bulan Tolong berhematlah dalam menggunakannya" Ucap Mas Surya menekan kata Hemat.

" Bagaimana dengan belanja Anak-anak Kita Mas setiap harinya?" Ucapku mengingatkan.

" Kamu selalu saja membuatku pusing. Keperluan barusan yang Ku beli tadi sudah habis Tiga Jutaan. Gajiku hampir habis tak tersisa. Dan sekatang Kamu membebankanku dengan uang belanja Anak Kita." Ucapnya kesal.

" Cepat sekali Mas Surya merasa pusing, bagaimana dengan Via yang mencukupkan semua itu selama 10 Tahun. Itu pun harus Via bagi bersama Ibu." Ucapku menyudutkan Mas Surya.

" Sudahlah, Aku mau berangkat kerja" Ucap Mas Surya berlalu pergi dengan Sepeda Motornya.

Walaupun sekarang Aku tak lagi memegang gaji Mas Surya lagi, setidaknya Aku tak pusing untuk memikirkan keperluan rumah ini. Tapi sebagai Ibu Rumah Tangga tak mempunyai seperpun uang pegangan apalagi menyusui sepertiku, pasti ada sesuatu yang Ku inginkan. Namun Aku harus bisa menahan diri dan bersabar sedikit lagi.

Aku menuju dapur melihat semua keperluan dapur yang di beli oleh Mas Surya. Benar saja semuanya lengkap dari Bumbu hingga Lauk- Pauk. Namun sepertinya Lauk-Pauk tak cukup untuk Satu bulan ke depan. Melainkan hanya cukup untuk Satu Minggu saja. Mengingat Kami tinggal di rumah ini berjumlah Tujuh Orang. Belum lagi Lisa yang bertubuh kurus porsi makannya bisa untuk Tiga Orang. Tapi Aku heran dngan bentuk badannya yang tak berkembang. Tetap saja kurus tinggi tak berisi.

" Aku rasa Kamu sudah sadar Via, Kamu pasti takut Suamimu akan meninggalkanmu. Makannya jangan sok-sokan belagu. Kalau Kamu patuh seperti ini kan, enak" Ucap Ibu menyantap Makanannya yang baru selesai Aku masak.

Aku tak menghiraukan ocehan Ibu lagi dan lebih memilih untuk diam. Kali ini Aku tak bodoh seperti dulu lagi. Sebelum Mereka makan Aku terlebih dahulu mengenyangkan perutku dan perut Kedua Putraku. Tak akan ada lagi Drama makanan sisa untukku.

" Kak, bikinin lagi dong Sopnya. Lisa suka" Ucap Adik Iparku memerintahku dengan enteng.

" Maaf Lisa, Kita harus berhemat. Jatah untuk hari ini sudah sesuai Porsinya" Ucapku serius kemudian berlalu meninggalkan Lisa dan Ibu di meja makan. Aku malas harus berlama- lama bersama Mereka. Terlebih Aku tak suka mendengar ocehan Ibu Mertuaku.

" Ibu, Sepatu Sekolah Zafran sudah koyak dan tak nyaman di pakai di kaki Zafran" Ucap Anakku mengeluh sambil memperlihatkan Sepatunya.

" Nanti Zafran bilang sama Ayah yah?" Ucapku mengelus rambutnya.

" Baik Bu" Ucap Zapran langsung berbaring di kasurnya. Sepulang mengaji tadi, Kedua Putraku usai makan malam Zul langsung tertidur. Sementara Zafran masih berceloteh menggoda Adiknya Zaki yang belum tetidur.

________________________

Libur panjang Sekolah telah tiba. Alhamdulillah Kedua Putraku sama-sama berprestasi. Keduanya tetap menjadi juara kelas. Waktu sepertinya bergulir begitu cepat. Tahun depan, saat mulai masuk Sekolah Zafran naik ke kelas Enam SD. Sementara Adiknya Zaki Naik ke kelas Empat SD. Bayiku sekarang sudah berusia Satu Tahun lebih. Namun perubahan Penghuni rumah ini semakin menjadi-jadi. Bersyukurlah Aku tak lemah seperti dulu. Walaupun Aku suda berani melawan tetap saja Hinaan dan cacian menjadi makananku sehari-hari.

" Bu, semua Teman Zafran pada berlibur. Ada yang berlibur ke Kampung Neneknya ada juga yang pergi bertamasya dengan Keluarganya. Kita kapan Bu?" Ucap Anakku berharap.

" Untuk saat ini Kita di rumah saja ya Nak, Ayahmu sibuk bekerja. Apalagi Adik Zafran masih kecil di bawa kemana-mana" Jawabku memberi alasan pada Zafran.

" Dari dulu jawaban Ibu pasti itu mulu. Ayah selalu sibuk bekerja cari uang. Tapi kalau Ayah cari uang untuk Kita kenapa Zafran tak pernah di belikan mainan oleh Ayah. Seperti Teman yang lain. Arka Teman Zafran juga Ayahnya juga sibuk. Tapi Ayahnya Arka selalu punya waktu untuk Arka." Ucap Anakku mulai membandingkan sikap Ayahnya dengan Orang lain. Usia Zafran sudah menginjak 10 Tahun. Setidaknya Zafran sudah mengerti dan paham dengan keadaan sekitar. Apalagi Zafran Anak yang cerdas dan tak mudah lagi di beri alasan yang bertentangan dengan logikanya.

" Sabar ya Nak, Ibu janji suatu saat nanti Ibu akan mengajak Kalian liburan" Ucapku berjanji.

" Janji ya Bu" Ucap Zafran penuh harap. Aku pun mencium ubun- ubun kepalanya. Ada rasa sedih di hatiku saat Zafran menginginkan sesuatu yang sederhana namun tak bisa Aku turuti. Padahal Anak-anak seusia Mereka hanya minta kasih sayang dan kebersamaan Orang Tuanya. Mas Surya lupa membahagiakan Kami Keluarganya, selalu sibuk bekerja dan bekerja. Padahal dengan berjalan pagi bersama sambil menikmati makan jajanan di warung tepi jalan adalah sesuatu yang romantis bagiku dan Anak- anak. Aku juga ingin pulang ke Kampung halaman . Semenjak Menikah dan memutuskan ikut ke Kota dengan Suami Aku tak pernah lagi melihat Kampung halamanku sampai saat ini. Jika Aku mengutarakan keinginanku selalu saja Mas Surya beralasan belum ada uang. Entah, bagaimana nasib Paman dan Bibi di desa saat ini. Karena kendala signal di Kampungku belum memadai, jadi Aku sulit untuk berkomunikasi. Kampung yang terpencil jauh dari hiruk pikuk keramaian kini hanya bisa Ku rindukan.

" Bu, Zul lapar" Ucap Anakku Zul yang baru saja pulang bermain. Dengan segera Aku pun mengambil Nasi ke dalam dapur. Ku dapati Lisa dan Ibu menikmati makan siang Mereka. Beruntung saja tadi siang sesudah memasak Ikan dan Sayur Aku sudah menyisahkan untukku dan Kedua Putraku. Tanpa kata Aku membawa Nasi yang ada di tanganku menuju kamar. Ibu dan Lisa hanya menatapku dengan tatapan heran. Karena biasanya Aku sering meminta jatah Ikan dan Sayur untuk di sisakan.

" Makanlah Nak" Ucapku meletakkan piring nasi beserta Lauk Pauk di depan Zul Anakku.

Dulu Aku menantikan sisa makanan dari penghuni rumah ini. Namun sekarang Aku menyimpan makanan untukku makan bersama Kedua Putraku. Entah, sampai kapan hal ini akan Ku lakukan. Sepertinya Aku harus mengutarakan keinginanku pada Mas Surya untuk mengontrak Rumah ataupun menyewa Kos. Mudah-mudahan Mas Surya setuju dengan keinginanku.

Terpopuler

Comments

Yunia Afida

Yunia Afida

si surya kan selingkuh, apa ama via g diselidiki dulu

2023-01-14

0

😘Mrs. Hen😘

😘Mrs. Hen😘

memang lebih baik pisah rumah dengan mertua...apalagi ibu mertuanya kayak gitu...

2022-12-26

1

Pajar Wati Nu Amoorea

Pajar Wati Nu Amoorea

terus yang kasua selingkuhan suaminya mana?

2022-12-16

0

lihat semua
Episodes
1 Masuk Rumah Sakit
2 Siapa Pria itu?
3 Suamiku Berhianat
4 Atur Uagmu Mas!
5 Ibu Mertua Menyerangku
6 Aku Harus Melawan
7 Pertama Kalinya ke Mall
8 Keinginan Sederhana Anakku
9 Sepatu Baru Untuk Anakku
10 Isi Amplop Lima Juta
11 Tuduhan Mas Surya
12 Pergi Meninggalkan Rumah Ibu Mertua
13 Via Kemana membawa Ketiga Putraku
14 Aku Patah Hati
15 Kebaikan Pria Lusuh
16 Menginjakkan Kaki di Kampung Halaman
17 Pertemuanku dengan Bibi
18 Aku Kehilangan Bibi
19 Kemarahan Surya
20 Fatir Hilang Kendali
21 Menuju Kampung Via
22 Kedatangan Keluarga Suamiku
23 Yudis Si Pria Lusuh
24 Yudis Membawa Anakku
25 Menginjakkan Kaki Di Rumah Ibu Mertua
26 Bermalam Di Rumah Bunda Mery
27 Mempermalukan Mas Surya
28 Bermalam di Rumah Herman
29 Pedihnya Di Dalam Penjara
30 Sekolah Baru Anakku
31 Surat Relas Talak Mas Surya
32 Sidang Pertama
33 Tetap Pada Pendirian
34 Lisa?
35 Resmi Berpisah
36 Berpisah Dengan Yoris Dan Bertemu Dengan Yudis
37 Hari pernikahan Surya
38 Yudis Gagal Pulang
39 Bisnis Membuka Warung Nasi
40 Iparku Yang Menyebalkan
41 Aku Terpaksa mencuri
42 Aku Terharu Dan Bangga
43 Zafran Masuk Pondok
44 Kedatangan Mas Surya Dan Yudis
45 Perhiasan Nindana Hilang
46 Ibu Masuk Rumah Sakit
47 Lisa Datang Ke Rumah
48 Pertemuan Ibu dan Anak
49 Kematian Lisa
50 Bertemu Nindiana
51 Nindiana Kabur Lagi
52 Rumahku di Jual Nindiana
53 Nindiana Kena Batunya
Episodes

Updated 53 Episodes

1
Masuk Rumah Sakit
2
Siapa Pria itu?
3
Suamiku Berhianat
4
Atur Uagmu Mas!
5
Ibu Mertua Menyerangku
6
Aku Harus Melawan
7
Pertama Kalinya ke Mall
8
Keinginan Sederhana Anakku
9
Sepatu Baru Untuk Anakku
10
Isi Amplop Lima Juta
11
Tuduhan Mas Surya
12
Pergi Meninggalkan Rumah Ibu Mertua
13
Via Kemana membawa Ketiga Putraku
14
Aku Patah Hati
15
Kebaikan Pria Lusuh
16
Menginjakkan Kaki di Kampung Halaman
17
Pertemuanku dengan Bibi
18
Aku Kehilangan Bibi
19
Kemarahan Surya
20
Fatir Hilang Kendali
21
Menuju Kampung Via
22
Kedatangan Keluarga Suamiku
23
Yudis Si Pria Lusuh
24
Yudis Membawa Anakku
25
Menginjakkan Kaki Di Rumah Ibu Mertua
26
Bermalam Di Rumah Bunda Mery
27
Mempermalukan Mas Surya
28
Bermalam di Rumah Herman
29
Pedihnya Di Dalam Penjara
30
Sekolah Baru Anakku
31
Surat Relas Talak Mas Surya
32
Sidang Pertama
33
Tetap Pada Pendirian
34
Lisa?
35
Resmi Berpisah
36
Berpisah Dengan Yoris Dan Bertemu Dengan Yudis
37
Hari pernikahan Surya
38
Yudis Gagal Pulang
39
Bisnis Membuka Warung Nasi
40
Iparku Yang Menyebalkan
41
Aku Terpaksa mencuri
42
Aku Terharu Dan Bangga
43
Zafran Masuk Pondok
44
Kedatangan Mas Surya Dan Yudis
45
Perhiasan Nindana Hilang
46
Ibu Masuk Rumah Sakit
47
Lisa Datang Ke Rumah
48
Pertemuan Ibu dan Anak
49
Kematian Lisa
50
Bertemu Nindiana
51
Nindiana Kabur Lagi
52
Rumahku di Jual Nindiana
53
Nindiana Kena Batunya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!