Mas Surya hanya terdiam terpaku mendengar ucapanku yang tak pernah Aku ungkapkan sebelumnya. Mungkin saat ini Mas Surya merasa bersalah karena Aku telah mengetahui kebusukannya.
" Jangan bandingkan Aku dengan Mas Fatir. Karena Aku dan Mas Fatir jelas berbeda Via! Ok. Aku mengaku salah karena telah menghianatimu. Dan sekarang Kamu sudah tahu semuanya. Jika Kamu ingin pergi dari sisiku maka, pergilah. Aku tak akan pernah melarang ataupun untuk menahanmu" Ucap Mas Surya tanpa bersalah. Dan secara tidak langsung telah tega mengusirku dengan halus.
" Baiklah Mas, jika itu yang Mas inginkan. Via akan segera angkat kaki dari sini. Via akan membawa Ketiga Anak Kita pergi. Dan Via harap Mas tak akan pernah mencari Kami. Semoga hidup Mas selalu bahagia" Ucapku pergi meninggalkan Mas Surya ke dalam kamar.
Ku tatap Ketiga Anakku yang tertidur pulas. Rasanya tak tega harus membangunkan Mereka malam-malam begini. Kemana Aku akan harus pergi mencari naungan lagi. Membawa Ketiga Anakku di malam hari sangatlah beresiko dan berbahaya. Apalagi udara di luar malam ini sangatlah dingin. Aku masih berfikir untuk segera pergi dari sini. Setidaknya Aku harus sabar menunggu hingga pagi tiba.
" Dasar Wanita belagu! Menantu tak tau diri! Kamu mana berani pergi dari rumah ini. Aku yakin jika Kamu tetap ingin pergi. Kamu akan jadi gembel di luar sana. Maaf Ibu tak akan mengakui kalian jika Ibu bertemu Kalian menjadi Pengemis di jalanan nanti" Ujar Ibuku menghina dan mencaciku.
Kupingku terasa panas mendengar ocehannya yang sangat tajam. Aku terpancing dengan ucapan Ibu yang menusuk sampai ke relung hatiku. Dengan egois Aku mulai masuk ke dalam kamar lalu memasukkan semua pakaian Ketiga Anakku ke dalam koper. Dengan pelan Aku membangunkan Zafran dan Zaki.
" Ada apa Bu?" Ucap Anakku mengucek matanya yang masih mengantuk.
" Nak, Ayo ikut Ibu. Kita berlibur ke Kampung Ibu ya? Kalian kan, pingin liburan kesana" Ucapku lembut.
" Malam begini Bu, perginya?" Timpal Zul heran.
" Ayok Nak, cuci muka dulu" Ucapku mengantar Kedua Putraku ke kamar mandi untuk membasuh Muka agar Mereka tak mengantuk.
Dengan uang Lima Juta Rupiah pemberian dari Orang Misterius. Aku bertekad pulang kampung malam ini bersama Ketiga Putraku. Setelah usai berkemas Aku mulai melangkahkan kaki untuk keluar dari rumah Ibu. Ku lihat Mas Surya dan Ibu sedang duduk berhadapan di ruang tamu.
" Mas, Via pamit" Ucapku menatap Mas Surya sendu. Wajah Mas Surya yang tadinya emosi kini menatapku dengan penuh iba. Namun tetap terdiam tanpa kata. Padahal Aku sangat berharap agar Mas Surya mencegah kepergianku dari rumah ini. Tapi itu tak dilakukannya. Kini Aku sadar diri, bahwa selama ini Aku tak berarti apa-apa dalam kehidupan Mas Surya.
" Bu, maafkan Via jika Via selama ini membebani dan merepotkan Ibu. Via pamit" Ucapku mulai melangkahkan kaki ke arah pintu keluar. Mugkin Ibu sangat senang jika Aku pergi dari rumahnya. Wajah Beliau terlihat biasa saja tanpa ada tersirat rasa kasihan dan iba sedikit pun.
" Ayo Nak, Kita berangkat" Ucapku menggandeng tangan Kedua Putraku. Zaki yang berada dalam gendonganku masih ternyenyak tidur. Sementara tangan Kiriku menyeret Koper berisi Pakaian.
" Ibu, apa Ayah tak ikut dengan Kita?" Ucap Zafran Anakku masih menoleh ke belakang melihat Ayahnya yang masih duduk termangu.
" Ayah sibuk Nak, nanti Ayah akan menyusul Kita" Ucapku berbohong.
Aku mengajak Anakku menaiki Bemo Kota menuju Halte Bus. Suasana di Jalanan terlihat sudah sepi karena sekarang Waktu sudah menunjukkan Pukul 12 Malam. Kedua Putraku akhirnya tak bisa menahan kantuk dan Mereka pun Berdua tertidur di bangku Halte Bus. Tubuh mungil Mereka meringkuk karena kedinginan. Melihat Kedua Putraku ikut merasakan penderitaan Ibunya. Pertahananku mulai runtuh untuk tak menangis lagi. Aku sesegukkan tanpa suara agar suara tangisanku tak di dengar oleh Kedua Putraku. Hanya Tuhan yang menemaniku saat ini. Tempat terbaik Ku untuk bersandar dan berharap.
Tiba-tiba sebuah Mobil berwarna Kuning Keemasan berhenti di depan Halte. Pemilik Mobil itu mengeluarkan Kepalanya dari kaca Mobilnya.
" Mau kemana Bu?" Ucapnya ramah.
" Saya sedang menunggu Bus menuju Kota Bima Pak" Ucapku.
" Bagaimana kalau Saya antar" Ucap Sang Sopir sambil memainkan Kedua Alisnya. Mata Sang Sopir terlihat sangat liar dan genit. Sepertinya Pemilik Mobil kuning itu memiliki niat yang buruk.
Aku menolak dan beralasan Suamiku akan segera tiba dan akan menjemput Kami. Namun, alasanku tak di dengar oleh Orang itu dan malah turun dari Mobilnya untuk menghampiriku.
" Aku akan antar Kamu dan Anakmu sampai tujuan, asalkan Kita bermain dulu di dalam Mobil sebentar" Ucap Orang itu menarik tanganku.
" Lepaskan! Toloooong!" Teriakku sekencang mungkin. Kedua Putraku terbangun dan langsung memelukku dengan sangat ketakutan. Aroma mulut Orang itu sangat menyengat karena pengaruh minuman berakohol. Beruntung Si Kecil Zaki tak ikut terkejut saat Aku berteriak.
Kulihat Seorang Pria berlari dari seberang jalan menghampiri Kami. Pria yang berpakaian lusuh dan memprihatinkan datang untuk membantuku.
" Hey! jangan ganggu Wanita itu." Ucap Pria lusuh menunjuk Pemilik Mobil kuning.
" Haha, gembel sepertimu mau melawanku. Sana pergi! Ini bukan urusanmu!" Ucap Pria Jahat itu dengan angkuhnya.
BUGH BUGH BUGH
Tak tehitung sudah berapa kali bogem mentah mendarat di pipi Pria Jahat itu. Pria Lusuh menghajarnya tanpa ampun. Akhirnya Pria itu memohon dan menangkupkan Kedua tangannya berlari menuju Mobilnya kemudian melajukan mobilnya dengan kencang.
" Terima kasih" Ucapku.
" Mari ikut Saya, jika Kamu tetap akan diam di sini bersama Ketiga Anakmu dalam keadaan sepi, itu sangat berbahaya dan beresiko. Ucap Pria Lusuh itu menawarkan.
" Tapi Kami harus menunggu Bis menuju Kota Bima untuk Pulang Kampung" Ucapku menolak.
" Jangan egois, fikirkan Ketiga Putramu" Ucap Pria itu membalikkan badannya untuk pergi. Sebelum Pria melangkah jauh Aku secepat mungkin menghentikan langkahnya.
" Tunggu! Aku ikut denganmu" Ucapku terpaksa. Aku tak punya pilihan lain.
Pria itu membantu menyeret Koperku. Sementara Aku memegang Kedua tangan Anakku dengan erat. Kali ini Aku benar- benar pasrah.
" Masuklah" Ucap Pria Lusuh menyuruh Kami masuk ke dalam rumah yang terbuat dari Kardus di pinggir jalan.
" Beristirahatlah, jangan takut dan khawatir Aku akan tidur di luar. Beristirahatlah bersama Ketiga Putramu." Ucap Pria Lusuh dengan tulus.
Walaupun hanya Rumah Kardus setidaknya aman untuk membaringkan Tubuh Kami. Banyaknya nyamuk yang berkeliaran membuat Aku tetap terjaga dan selalu mengibaskan kain agar nyamuk tak hinggap di kulit Ketiga Putraku.
Melihat Aku sibuk mengibaskan kain, Pria Lusuh itu menyemprot sekeliling Rumah Kardus dengan Semprot Obat Anti Nyamuk. Seketika suara Nyamuk yang bising di telinga tak lagi berkeliaran. Mataku mulai mengantuk dan akhirnya Aku pun ikut tertidur bersama Ketiga Putraku. Suara Adzan subuh terdengar nyaring di telinga. Aku bangkit dan mencari tempat untuk berwudhu. Saat Aku keluar, Kulihat Pria Lusuh itu meringkuk tidur diatas rerumputan. Sarung yang tipis membuat tubuhnya membulat karena kedinginan. Aku sangat kasihan melihatnya tidur tak beralaskan apapun. Dapat Ku bayangkan dinginnya malam menembus hingga menusuk ke tulangnya. Aku sungguh terenyuh dan merasa iba.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Yunia Afida
pria lusuh itu, pasti sama dengan pria misterius itu siapa ya
2023-01-15
0
uBanya Gentan Gendhis
mungkin pria itu pria masalalu Via.. atau pengangum via..
2022-12-16
0
uBanya Gentan Gendhis
kira kira siapa pria lusuh itu ya... atau mungkin pria misterius yg menolong via,, menyamar jd pria lusuh... entahlah... lanjut thor... ceritaasyik nyambung
2022-12-16
0