Aku Kehilangan Bibi

" Assalamualaikum" Ucap Paman dari arah pintu rumah.

" Waalaikumussalam" Jawab Kami serempak.

Paman pun melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Paman nampak heran melihat Ketiga Putraku yang duduk saling berhadapan sedang menyantap Makanan Mereka. Paman sepertinya di penuhi oleh pertanyaan, kemudian Matanya beralih ke ranjang Bibi yang sedang Ku suapi Bubur.

" Vi-Vi-Via Anakku" Ucap Paman gugup lalu segera menghampiri dan memelukku. Kami pun kembali menangis terisak.

" Mbuu Anakku ale, masih telas ampa Anak" [ Syukurlah Nak, Kamu masih hidup] Ucap Paman mengusap Kepalaku.

Paman pun menceritakan keadaan Bibi dari awal sampai akhir Bibi sakit seperti ini. Rupanya sakit Bibi berawal dari kekhawatirannya terhadapku. karena semenjak Suamiku Mas Surya membawaku ke Kota Provinsi. Aku tak pernah berkabar sama sekali. Bibi mengira Aku tak baik-baik saja walaupun dugaan itu benar. Bibi bahkan tak berselera untuk makan karena rasa rindunya padaku yang membelenggu Beliau. Bibi terus menerus memikirkanku. Semenjak saat itu Bibi sering merasakan nyeri teramat di perutnya akibat Magh Akut. Bibi keseringan telat makan dan kurang beristitahat. Biaya berobat Bibi tidaklah sedikit bahkan hutang menumpuk dimana-mana hingga Bibi dan Paman harus kehilangan hartanya. Rumah tempat berteduh harus di jual untuk biaya berobat dan membayar hutang. Rumah pun tak cukup untuk menambal hutang Paman. Lalu Sawah peninggalan Kedua Orang Tuaku pun terpaksa di jual Bibi karena keadaan sangat darurat dan mendesak. Saat itu Bibi harus menjalani Operasi dan jalan satu-satunya adalah menjual Sawahku. Bibi semakin merasa bersalah kepadaku karena telah menjual harta peninggalan Almarhumah Kedua Orang Tuaku. Bibi dan Paman juga ingin mengunjungiku ke Kota, namun kendala biaya Beliau Berdua hanya bisa pasrah.

" Maafkan Kami Nak, telah menjual hartamu. Kami sebenarnya tak mau memakan harta Anak Yatim. Bibi tahu dosanya sangat berat. Itulah sebabnya Bibi hanya berdoa setiap waktu agar Nyawa Bibi jangan di ambil oleh Sang Kuasa sebelum Bibi bertemu dan meminta maaf padamu. Bibi ikhlas menjalani penderitaan ini, mudah-mudahan dengan sakit ini Allah angkat Dosa Bibi karena telah mengambil hartamu. Ucap Bibi terisak dan merasa sangat bersalah. Paman juga ikut terisak dan sangat terluka melihat penderitaan Bibi selama10 Tahun ini.

Rasa bersalahku semakin mendalam, Aku menyesal telah patuh kepada Suamiku. Membiarkan Bibi dan Paman terluka dan menderita seperti ini. Aku tak akan pernah memaafkan Mas Surya sampai kapan pun.

Dengan sisa uang 3 juta Setengah, Aku akan membawa Bibi besok ke rumah sakit. Sebelum Aku ke kamar bersama Anak-anak terlebih dahulu Aku memastikan Bibi tertidur nyenyak.

______________________________

Tepat pukul 11 malam, Bibi tiba-tiba Drop dan tak bisa bicara. Aku sangat panik dan segera membawa Bibi ke Puskesmas di Kecamatan. Sampai di Puskesmas petugas disana langsung merujuk Bibi Yanti ke Rumah Sakit di Kota. Aku membawa Ketiga Anakku di atas Ambulan. Beruntung Paman bisa tegar dan kuat.

" Berdoalah Nak, agar Bibimu baik-baik saja. Jangan buang energimu dengan menangis. Kasihan Anakmu yang masih menyusui. Jika Kamu sakit siapa yang akan merawat Mereka. Kamu harus pasrah dan kuat" Ucap Paman mengingatiku.

Ambulan pun tiba di rumah sakit, Bibi tak langsung masuk UGD melainkan langsung dimasukkan ke dalam ruang ICU. Berbagai macam alat di pasang di tubuh Bibi. Monitor layar nafas Bibi terlihat sangat lemah. Aku dan Paman saling bergantian masuk untuk melihat keadaan Bibi. Mengingat ruang ICU hanya di peruntukkan untuk Satu Orang pengunjung yang bisa masuk.

" Bibi, bangunlah. Bukankah Via sudah ada dekat Bibi, lihat Cucu Bibi ingin merasakan di gendong oleh Neneknya. Bertahanlah Bibi." Ucapku tak bisa membendung air mataku.

Ku lihat Bibi meresponku dengan buliran bening jatuh di pipinya. Aku mengusap Buliran bening itu dengan tangan gemetar. Sambil mengelus dan mencium Wajah Beliau yang pucat pasih. Jujur, Aku belum siap di tinggal oleh Bibiku. Aku tak ingin kehilangan lagi. Rasa bersalahku semakin mendalam, Aku telah membuat Bibi menderita seperti ini.

Bola Mata Bibi bergerak- gerak seolah Bibi ingin berbicara padaku.

" Apa Bibi ingin Paman di sini?" Tanyaku mencoba merespon mata Bibi. Mata Bibi memutar ke kiri dan ke kanan.

" Bibi ingin melihat Cucu Bibi?" Tanyaku lagi. Bibi memejamkan matanya. Sepertinya pertanyaanku tadi adalah bentuk jawaban dari Bibi. Aku pun membawa Anakku Satu Persatu secara bergantian ke dalam ruangan ICU. Bulir bening mata Bibi kembali mengalir deras. Andai Bibi tak sakit mungkin, Bibi sudah mengajak Mereka bermain dan menuangkan rasa cinta dan kasih sayangnya kepada Ketiga Putraku.

" Cepatlah sembuh Bi, Via sangat menyanyangi Bibi. Maaf telah membuat Bibi menderita selama ini." Ucapku terisak. Sebenarnya Aku tak ingin melihat kesedihanku di depan Bibi. Aku rapuh dan mampu membendung air mataku. Kini, Mata Bibi terlelap dan beristirahat. Aku pun keluar dan membiarkan Paman untuk berjaga.

Aku mengajak Ketiga Anakku membeli Kue dan Makanan lainnya di depan Rumah Sakit. Walaupun hatiku saat ini hancur Aku tak boleh lemah dengan mengabaikan Ketiga Anakku. Setelah perut Mereka sudah kenyang Aku pun membawakan Makanan untuk Paman.

" Pa-man, Ma-kan" Ucapku dari kaca Ruang ICU dengan bahasa isyarat. Paman pun menhampiriku dan keluar dari ruang ICU.

" Makanlah Nak, Paman belum lapar." Ucap Beliau menolak.

" Makanlah Paman, agar Paman punya tenaga untuk menjaga Bibi." Ucapku.

Paman pun makan bersamaku, sambil menyuap nasi ke mulutnya. Mata Paman berkaca-kaca.

" Nasi Bungkus yang di inginkan Bibimu dulu, Paman tidak pernah bisa membelinya walau harganya terjangkau. Hu-hu-hu." Paman menangis sesegukkan.

Nasi Bungkus ini memang enak. Namun ketika masuk ke tenggorokan terasa hambar karena kesedihan Kami. Ku paksakan Nasi itu masuk ke mulutku walau tak berselera. Aku harus kuat dan tegar meski saat ini Aku sangat rapuh.

Kumandang Adzan Jum' at pun menggema. Paman tak lalai pergi ke masjid terdekat untuk melaksanakan Sholat Jum'at. Sementara Ketiga Anakku telah tertidur di emperan Rumah Sakit. Kini Aku bisa leluasa meninggalkan Mereka masuk ke dalam Ruang ICU untuk menjaga Bibi. Sesekali Aku menengok Ketiga Putraku dari balik kaca Ruang ICU. Mereka tertindur sangat lelap. Begitu juga dengan Bibi.

Terdengar dari Masjid Seorang Imam membacakan Doa usai membaca Khutbah, dan Aku juga khusyuk mendengarnya dan mengaminkan doa Imam Masjid. Namun ketika Doa itu selesai. Tiba-tiba Nafas Bibi berhembus sekali saja dan Bibi meninggalkan Kami untuk selama-lamanya.

" Bibiiiiiii! Teriakku masih tak percaya.

" Bangun Bi, bangunlah Bi" Ucapku mulai kehilangan kendali dan menggoyang-goyangkan tubuh Bibi. Aku tak sadar sejak kapan Paman sudah berada di sampingku. Air mataku tumpah ruah dan tak melepaskan pelukanku di tubuh Bibi.

" Sabar Nak, Bibimu tak sakit lagi. Kita hanya bisa berdoa semoga Bibimu di tempatkan di Surganya Allah dan bisa bertemu dengan Kedua Orang Tuamu di Akherat." Ucap Paman berusaha untuk tegar. Namun, Paman tak mampu menghadang bulir bening itu terjatuh di pipi Beliau. Aku tahu Paman sangat kehilangan Bibi. Ketegaran dan kesabarannyalah yang membuat Paman bisa kuat menerima kenyataan.

Mendengar kata- kata Paman, Aku semakin terluka. Semua Orang yang Ku sayangi telah meninggalkanku satu persatu untuk selama-lamanya. Kini hanya Pamanlah Satu-satunya Keluarga yang Ku miliki. Aku memeluk Paman dengan isak tangis yang pilu.

SELAMAT JALAN BIBI, SAMPAIKAN SALAM VIA KEPADA KEDUA ORANG TUA VIA.

Terpopuler

Comments

Zaliah Jusoh

Zaliah Jusoh

x dapat d bayangkan keadaan via...
bermacam ranjau dia lalui.

2023-03-17

0

Yunia Afida

Yunia Afida

jadi sedih banget, semoga bibi husnul khotimah

2023-01-15

0

Ma Ma Adit

Ma Ma Adit

gak bisa berkata²😭😭😭😭😭

2022-12-19

0

lihat semua
Episodes
1 Masuk Rumah Sakit
2 Siapa Pria itu?
3 Suamiku Berhianat
4 Atur Uagmu Mas!
5 Ibu Mertua Menyerangku
6 Aku Harus Melawan
7 Pertama Kalinya ke Mall
8 Keinginan Sederhana Anakku
9 Sepatu Baru Untuk Anakku
10 Isi Amplop Lima Juta
11 Tuduhan Mas Surya
12 Pergi Meninggalkan Rumah Ibu Mertua
13 Via Kemana membawa Ketiga Putraku
14 Aku Patah Hati
15 Kebaikan Pria Lusuh
16 Menginjakkan Kaki di Kampung Halaman
17 Pertemuanku dengan Bibi
18 Aku Kehilangan Bibi
19 Kemarahan Surya
20 Fatir Hilang Kendali
21 Menuju Kampung Via
22 Kedatangan Keluarga Suamiku
23 Yudis Si Pria Lusuh
24 Yudis Membawa Anakku
25 Menginjakkan Kaki Di Rumah Ibu Mertua
26 Bermalam Di Rumah Bunda Mery
27 Mempermalukan Mas Surya
28 Bermalam di Rumah Herman
29 Pedihnya Di Dalam Penjara
30 Sekolah Baru Anakku
31 Surat Relas Talak Mas Surya
32 Sidang Pertama
33 Tetap Pada Pendirian
34 Lisa?
35 Resmi Berpisah
36 Berpisah Dengan Yoris Dan Bertemu Dengan Yudis
37 Hari pernikahan Surya
38 Yudis Gagal Pulang
39 Bisnis Membuka Warung Nasi
40 Iparku Yang Menyebalkan
41 Aku Terpaksa mencuri
42 Aku Terharu Dan Bangga
43 Zafran Masuk Pondok
44 Kedatangan Mas Surya Dan Yudis
45 Perhiasan Nindana Hilang
46 Ibu Masuk Rumah Sakit
47 Lisa Datang Ke Rumah
48 Pertemuan Ibu dan Anak
49 Kematian Lisa
50 Bertemu Nindiana
51 Nindiana Kabur Lagi
52 Rumahku di Jual Nindiana
53 Nindiana Kena Batunya
Episodes

Updated 53 Episodes

1
Masuk Rumah Sakit
2
Siapa Pria itu?
3
Suamiku Berhianat
4
Atur Uagmu Mas!
5
Ibu Mertua Menyerangku
6
Aku Harus Melawan
7
Pertama Kalinya ke Mall
8
Keinginan Sederhana Anakku
9
Sepatu Baru Untuk Anakku
10
Isi Amplop Lima Juta
11
Tuduhan Mas Surya
12
Pergi Meninggalkan Rumah Ibu Mertua
13
Via Kemana membawa Ketiga Putraku
14
Aku Patah Hati
15
Kebaikan Pria Lusuh
16
Menginjakkan Kaki di Kampung Halaman
17
Pertemuanku dengan Bibi
18
Aku Kehilangan Bibi
19
Kemarahan Surya
20
Fatir Hilang Kendali
21
Menuju Kampung Via
22
Kedatangan Keluarga Suamiku
23
Yudis Si Pria Lusuh
24
Yudis Membawa Anakku
25
Menginjakkan Kaki Di Rumah Ibu Mertua
26
Bermalam Di Rumah Bunda Mery
27
Mempermalukan Mas Surya
28
Bermalam di Rumah Herman
29
Pedihnya Di Dalam Penjara
30
Sekolah Baru Anakku
31
Surat Relas Talak Mas Surya
32
Sidang Pertama
33
Tetap Pada Pendirian
34
Lisa?
35
Resmi Berpisah
36
Berpisah Dengan Yoris Dan Bertemu Dengan Yudis
37
Hari pernikahan Surya
38
Yudis Gagal Pulang
39
Bisnis Membuka Warung Nasi
40
Iparku Yang Menyebalkan
41
Aku Terpaksa mencuri
42
Aku Terharu Dan Bangga
43
Zafran Masuk Pondok
44
Kedatangan Mas Surya Dan Yudis
45
Perhiasan Nindana Hilang
46
Ibu Masuk Rumah Sakit
47
Lisa Datang Ke Rumah
48
Pertemuan Ibu dan Anak
49
Kematian Lisa
50
Bertemu Nindiana
51
Nindiana Kabur Lagi
52
Rumahku di Jual Nindiana
53
Nindiana Kena Batunya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!