Kebaikan Pria Lusuh

Aku berusaha pelan-pelan berjalan melewati Pria Lusuh yang sedang tertidur. Aku sengaja memelankan langkahku agar Pria itu tak terbangun dari tidurnya. Aku sangat kasihan padanya, Kami adalah Orang yang baru di kenalnya namun, Pria Lusuh itu rela tidur di luar demi Aku dan Anakku bisa tertidur dengan nyaman di dalam Istana Kardusnya.

" Kamu mau kemana?" Ucap Pria Lusuh itu terjaga dan bangkit dari tidurnya. Sambil mengucek matanya yang masih mengantuk lalu menatapku dengan heran.

" Aku sebenarnya tidak ingin membangunkanmu. Maaf jika suara langkah kakimu mengganggu tidurmu. Tadi, Aku hanya ingin mencari keberadan air untukku berwhudu." Ucapku menghentikan langkahku.

" Diamlah disini, biar Aku saja yang akan mengambil air untukmu berwudhu" Ucapnya lalu segera bangkit melangkahkan kakinya menyebrangi jalan raya yang masih sepi dari kendaraan yang berlalu lalang.

Tak lama menunggu, Pria Lusuh itu menenteng ember tanggung yang berisikan air di dalamnya. Nafasnya tersengal-sengal. Sepertinya Dia membawa air itu dari jarak yang cukup jauh dan agar cepat sampai Dia menenteng ember itu dengan cara berlari.

" Berwudhulah, maaf lama menunggu" Ucapnya meletakkan ember itu di depanku.

" Terima kasih, Kamu tak Sholat? Ucapku Bertanya.

" Tuhan Kita tak sama, keyakinanku berbeda denganmu" Jawabnya.

" Maaf" Ucapku lirih.

" Tidak masalah" Ucapnya santai.

Aku pun mulai berwudhu, Setelah berwudhu Aku melihat Kardus yang sudah di atur dengan rapi di atas rumput sebagai alasku untuk Sholat. Rupanya Pria Lusuh itu ketika Aku sedang berwudhu tadi, Dia sibuk menyediakan tempatku untuk melaksanaan kewajiban Subuh. Aku terharu dan tak lupa Aku mengucapkan rasa terima kasihku untuk yang sekian kalinya.

Usai Sholat, Aku meminta bantuan pada Pria Lusuh itu untuk menjaga Ketiga Putraku. Karena Aku akan pergi mencari Makanan untuk Kami Sarapan Pagi. Aku tak memberitahunya jika Aku akan pergi mencari Makanan. Aku hanya bilang pada Pria Lusuh itu, bahwa Aku ingin pergi ke suatu tempat karena ada keperluan sebentar.

" Apa Kamu percaya denganku? Apa Kamu tak ragu meninggalkan Ketiga Putramu bersamaku? Aku bisa saja berbuat buruk pada Mereka." Ucapnya serius.

Langkahku terhenti dan menoleh memandang Pria Lusuh itu.

" Aku percaya padamu karena Kamu Pria yang baik, Aku takkan pernah curiga atau pun ragu pada Orang yang sudah berkorban dengan tulus membantuku. Jika Kau berbuat jahat pada Mereka. Ada Allah Tuhanku yang akan melindungi dan menjaga Mereka Bertiga. Bagaimana pun caramu untuk berbuat buruk pada Mereka tetap saja tak akan pernah bisa jika tak seizin Tuhanku. Karena sebaik-baiknya penjagaan dan perlindungan Seorang Ibu kepada Anaknya hanya Allahlah yang Maha terbaik menjaga segalanya. Aku percaya, pertemuanku denganmu bukanlah karena secara kebetulan Melainkan takdir Allahlah yang telah menetapkan pertemuan Kita. Aku tak tahu ada rencana apa di balik semua ini. Hanya Allahlah yang Maha Tahu dan Maha Mengetahui." Jelasku tanpa ragu.

Pria Lusuh itu tertegun, Ku lihat matanya berembun dan berkata.

" Baiklah, Aku akan menjaga Mereka sepenuh hatiku" Ucapnya janji.

" Maaf, telah merepotkanmu. Jika Anak kecilku rewel, tolong kasihkan botol susu yang ada di samping Koporku padanya." Aku pun pamit dan melangkah pergi. Apapun yang terjadi Aku sudah memasrahkan semuanya pada Allah.

Aku melebarkan langkahku menyusuri jalan dan mencari Penjual Makanan yang siap santap. Aku sudah berjalan cukup jauh meninggalkan Rumah Kardus itu namun, Aku belum juga menemukan Orang yang menjual Nasi bungkus ataupun Makanan lainnya. Toko pun masih tutup, karena Waktu masih menunjukkan Pukul Lima Subuh. Hanya beberapa kendaraan yang berlalu lalang melintas di jalanan.

" Pak, berhenti Pak!" Teriakku pada Penjual Gerobak. Aku tak tahu apa yang di jual oleh Beliau.

" Mau beli Lontong Sayur ya, Mba?" Tanyanya ramah.

" Kebetulan sekali Pak, sudah dari tadi Saya berjalan mencari Santapan siap saji" Ucapku.

" Berapa bungkus Mba, dan Mau dipakein Nasi atau Lontong?" Tanyanya lagi.

" Lontong Sayurnya 5 Bungkus, Satu bungkus lagi khusus Nasinya" Jawabku memesan.

Aku berfikir sejenak, bagaimana caranya Aku memakan Makanan ini sementara di Rumah Kardus itu tak tersedia Mangkok atau pun sendok.

" Tunggu dulu Pak" Ucapku Pada Bapak Penjual Lontong Sayur.

Bapak Penjual pun seketika tangannya terhenti menyendok Kuah Lontong. Beruntung Bapak Penjual belum sempat menuangkan Kuah itu ke dalam Plastik.

" Bapak berjualan sampai mana?" Tanyaku ingin tahu.

" Sampai Komplek sana, masih jauh lagi" Ucap Bapak Penjual menunjuk ke arah jalur Rumah Kardus.

" Begini saja Pak, Bapak ikut dengan Saya ke rumah. Rumah Saya tidak jauh Kok, Pak. Jalurnya pun rute Bapak berkeliling untuk Berjualan" Ucapku menjelaskan.

" Asiiiiap Mba" Ucap Bapak Penjual dengan hormat mengikuti Aktor Atta Halilintar dengan gaya khasnya. Wajahnya yang kocak membuatku tertawa geli melihat tingkah Beliau.

Dalam perjalanan, tiba- tiba Aku melihat Mobil Mas Fatir dari kejauhan. Aku sangat tahu persis itu Mobilnya Mas Fatih. Karena Aku menghafal Nomor Plat Mobilnya.

" Stop Pak! Ssstt" Ucapku bersembunyi menunduk di balik Gerobak Bapak Penjual. Bapak Penjual pun berhenti. Beliau terlihat sangat heran dan tak mengerti dengan tingkahku. Dan benar saja, Mas Fatir menghentikan Mobilnya di samping Bapak Penjual Lontong Sayur.

" Maaf Pak, Bapak lihat Seorang Wanita tidak? Bersama Ketiga Putranya menyeret Koper berwarna Merah?" Tanya Mas Fatir mengeluarkan kepalanya dari Kaca Mobilnya.

" Ini Fotonya Pak?" Ucap Mas Fatir memperlihatkan Fotoku di dalam Ponselnya.

Bapak Penjual melihat ke arah Gerobaknya. Aku mengisyaratkan Bapak Penjual untuk tutup Mulut.

" Maaf Pak, sepertinya Saya tidak pernah melihat" Ucap Bapak Penjual berbohong.

Setelah Mas Fatir melajukan Mobilnya jauh, Aku baru berani berdiri dari samping Gerobak.

" Sepertinya Pria tadi mencari Mba, Wajahnya sangat khawatir dan pucat. Saya merasa bersalah telah berbohong" Ucap Bapak Penjual Menyesal.

" Maafkan Saya Pak, telah menyeret Bapak ikut masuk dalam kebohongan Saya. Saya melakukan semua ini karena terpaksa" Ucapku merasa bersalah.

Bapak Penjual pun tak lagi menanyakan alasanku. Sepanjang perjalanan Bapak Penjual membuat lelucon lucu yang membuatku tertawa lucu. Sejenak Aku bisa melupakan beban dan fikiran di dalam kepalaku.

Akhirnya, Kami pun sampai. Ku lihat Pria Lusuh itu menggendong Zaki dan bermain dengan Kedua Putraku. Ketiga Anakku sangat akrab dan tak ada rasa takut bersama dengan Pria Lusuh itu. Baru pertama kali Aku melihat tawa Pria lusuh itu. Tawanya sangat lepas dan bahagia. Pria Lusuh itu sangat menikmati kebersamaannya dengan Ketiga Putraku.

" Mba, ini gimana Lontong Sayurnya?" Ucap Bapak penjual mengagetkanku.

" Maaf Pak, Saya hampir lupa. Taro di mangkuk saja ya, Pak." Pintaku.

Bapak Penjual pun menuangkan Air Kuah ke dalam Mangkok. Setelah siap, Aku pun membantu Bapak Penjual membawakan Lontong itu ke tempat Rumah Kardus.

" Ayo Anak- anak, sarapan dulu" Panggilku.

" Ketiga Anakku pun berhamburan datang menghampiri dan duduk dengan tenang menyantap Makanan Mereka.

" Ini untukmu, terima kasih telah menjaga Anakku dengan baik" Ucapku tersenyum sambil menyodorkan Sebuah Mangkuk yang berisikan Lontong Sayur ke arah Pria Lusuh.

" Terima kasih" Ucapnya membalas senyumku.

Terpopuler

Comments

Yunia Afida

Yunia Afida

semangat terus 💪💪💪💪💪

2023-01-15

1

Ma Ma Adit

Ma Ma Adit

aduuhhh udh deg²gan tdinya,kirain abang si penjual lontong bakalan ngasih tau ke mas fatir, baik banget sih bapak yg punya rumah kardus, semoga bapak itu tetep sehat bisa melindungi via dan anak²nya utk sementara waktu

2022-12-17

0

uBanya Gentan Gendhis

uBanya Gentan Gendhis

uhhhh.. nggantung lgi thor... up lg donk

2022-12-17

0

lihat semua
Episodes
1 Masuk Rumah Sakit
2 Siapa Pria itu?
3 Suamiku Berhianat
4 Atur Uagmu Mas!
5 Ibu Mertua Menyerangku
6 Aku Harus Melawan
7 Pertama Kalinya ke Mall
8 Keinginan Sederhana Anakku
9 Sepatu Baru Untuk Anakku
10 Isi Amplop Lima Juta
11 Tuduhan Mas Surya
12 Pergi Meninggalkan Rumah Ibu Mertua
13 Via Kemana membawa Ketiga Putraku
14 Aku Patah Hati
15 Kebaikan Pria Lusuh
16 Menginjakkan Kaki di Kampung Halaman
17 Pertemuanku dengan Bibi
18 Aku Kehilangan Bibi
19 Kemarahan Surya
20 Fatir Hilang Kendali
21 Menuju Kampung Via
22 Kedatangan Keluarga Suamiku
23 Yudis Si Pria Lusuh
24 Yudis Membawa Anakku
25 Menginjakkan Kaki Di Rumah Ibu Mertua
26 Bermalam Di Rumah Bunda Mery
27 Mempermalukan Mas Surya
28 Bermalam di Rumah Herman
29 Pedihnya Di Dalam Penjara
30 Sekolah Baru Anakku
31 Surat Relas Talak Mas Surya
32 Sidang Pertama
33 Tetap Pada Pendirian
34 Lisa?
35 Resmi Berpisah
36 Berpisah Dengan Yoris Dan Bertemu Dengan Yudis
37 Hari pernikahan Surya
38 Yudis Gagal Pulang
39 Bisnis Membuka Warung Nasi
40 Iparku Yang Menyebalkan
41 Aku Terpaksa mencuri
42 Aku Terharu Dan Bangga
43 Zafran Masuk Pondok
44 Kedatangan Mas Surya Dan Yudis
45 Perhiasan Nindana Hilang
46 Ibu Masuk Rumah Sakit
47 Lisa Datang Ke Rumah
48 Pertemuan Ibu dan Anak
49 Kematian Lisa
50 Bertemu Nindiana
51 Nindiana Kabur Lagi
52 Rumahku di Jual Nindiana
53 Nindiana Kena Batunya
Episodes

Updated 53 Episodes

1
Masuk Rumah Sakit
2
Siapa Pria itu?
3
Suamiku Berhianat
4
Atur Uagmu Mas!
5
Ibu Mertua Menyerangku
6
Aku Harus Melawan
7
Pertama Kalinya ke Mall
8
Keinginan Sederhana Anakku
9
Sepatu Baru Untuk Anakku
10
Isi Amplop Lima Juta
11
Tuduhan Mas Surya
12
Pergi Meninggalkan Rumah Ibu Mertua
13
Via Kemana membawa Ketiga Putraku
14
Aku Patah Hati
15
Kebaikan Pria Lusuh
16
Menginjakkan Kaki di Kampung Halaman
17
Pertemuanku dengan Bibi
18
Aku Kehilangan Bibi
19
Kemarahan Surya
20
Fatir Hilang Kendali
21
Menuju Kampung Via
22
Kedatangan Keluarga Suamiku
23
Yudis Si Pria Lusuh
24
Yudis Membawa Anakku
25
Menginjakkan Kaki Di Rumah Ibu Mertua
26
Bermalam Di Rumah Bunda Mery
27
Mempermalukan Mas Surya
28
Bermalam di Rumah Herman
29
Pedihnya Di Dalam Penjara
30
Sekolah Baru Anakku
31
Surat Relas Talak Mas Surya
32
Sidang Pertama
33
Tetap Pada Pendirian
34
Lisa?
35
Resmi Berpisah
36
Berpisah Dengan Yoris Dan Bertemu Dengan Yudis
37
Hari pernikahan Surya
38
Yudis Gagal Pulang
39
Bisnis Membuka Warung Nasi
40
Iparku Yang Menyebalkan
41
Aku Terpaksa mencuri
42
Aku Terharu Dan Bangga
43
Zafran Masuk Pondok
44
Kedatangan Mas Surya Dan Yudis
45
Perhiasan Nindana Hilang
46
Ibu Masuk Rumah Sakit
47
Lisa Datang Ke Rumah
48
Pertemuan Ibu dan Anak
49
Kematian Lisa
50
Bertemu Nindiana
51
Nindiana Kabur Lagi
52
Rumahku di Jual Nindiana
53
Nindiana Kena Batunya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!